Ketika Fitnah Bergejolak

Fitnah bukanlah hanya bermakna dusta, menipu dan yang semacamnya. Fitnah itu adalah kekacauan, huru-hara, gonjang-ganjing, munculnya perseteruan, perselisihan, peperangan, pertumpahan darah, yang membuat rusaknya tatanan masyarakat.

Fitnah itu bermula dari sesuatu yang kecil, sederhana, dikira pelakunya menguntungkan, lambat laun menjadi besar dan menyeret orang banyak.

Bagaikan kebakaran dahsyat, mungkin bermula dari sesuatu yang kecil, seperti arus pendek, lilin, obat nyamuk, petasan dst…ternyata akhirnya membakar satu gedung yang terkadang merembet menghanguskan seluruh gedung yang di sekitarnya.

Nabi kita mengilustrasikan fitnah itu bagaikan potongan malam, yang merambat dari sekedar temaram, kemudian menjadi gelap dan gulita. Semakin malam, semakin bertambah gelapnya. Beliau bersabda:
“بادروا بالأعمال، فتناً كقطع الليل المظلم، يصبح الرجل فيها مؤمناً، ويمسي كافراً، أو يمسي مؤمناً ويصبح كافراً، يبيع دينه بعرض من الدنيا” رواه مسلم والترمذي وأحمد .

“Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah bagaikan potongan-potongan malam, yang membuat seseorang paginya mukmin dan sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya kafir dan paginya menjadi mukmin, ia menjual agamanya dengan segelintir dari kenikmatan dunia”. HR Muslim, Tirmizi dan Ahmad.

Imam Nawawi menjelaskan hadis ini adalah anjuran untuk segera beramal soleh sebelum muncul fitnah (kekacauan) yang membuat orang tak lagi mampu beramal ibadah karena disibukkan dengan fitnah yang dahsyat datang bergulung-gulung sebagaimana kedatangan malam yang semakin ke belakang semangkin pekat.

* * *

Orang Alim akan mengetahui kemunculan fitnah jauh-jauh hari sebelum fitnah itu muncul. Karena itulah mereka selalu berupaya mencegah ummat untuk tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh yang akan menjelma menjadi kekacauan.

Orang awam, barulah tersadar akan fitnah yang mereka lakukan setelah semuanya terjadi dan semuanya “terseret” bagaikan diseret gelombang banjir.

Lihatlah banjir jika datang, ia akan menyapu segala yang di hadapannya tanpa menyisakan apapun juga. Ia akan menyeret kayu-kayu besar, rumah-rumah, sampah-sampah bahkan orang-orang disekitarnya. Begitu jugalah fitnah telah merebak.

Tanpa disadari manusia bahwa fitnah yang dia buat akhirnya menimpa dirinya sendiri dan orang lain, yang terkadang tidak bersalah dan tidak tau-menau sama sekali.

Ketika fitnah terjadi, maka akan masuk ke dalam jeratnya semua orang dengan segala niat dan kepentingan. Ada yang niatnya baik namun salah caranya, ada yang memang punya niat busuk untuk “memancing di air keruh”, ada yang tidak paham masalah dan akhirnya terikut dan ikut-ikutan. Begitulah akhir dari arus fitnah ketika telah menjadi “air bah” yang tidak lagi “pandang bulu” menyapu segalanya.

Orang berakal ketika melihat “kebakaran” akan berupaya beramai-ramai datang membantu memadamkan api, karena merek sadar bahwa api yang dibiarkan akan melahap rumah-rumah mereka. Adapun orang “BODOH” ketika melihat kebakaran hanya berkata: “biarkan saja itu bukan rumahku”..atau mungkin ia akan tertawa melihat rumah tetangga menjadi “arang” tanpa dia sadari api tersebut akan pula melahap rumahnya dan boleh saja merubahnya menjadi abu.

—————-
Batam, 12 Syawal 1437/ 17 Jun 2016

Abu Fairuz Ahmad Ridwan MY