Aku bangga dengan ibuku

Pagi ini….sungguh ku teringat pada sosok yang telah melahirkan dan membesarkanku. Dialah orang yang kupanggil”ibu”.

Dari rahimnya dia mampu melahirkan 14 orang anak,tanpa sedikitpun berkeluh -kesah.

Untuk membantu ayahku yang hanyalah pegawai negeri rendahan,dia rela bekerja membanting tulang utk membuat opak,menerima jahitan konveksi,berjualan dengan membuka warung kecil-kecilan.

Bahkan aku teringat bahwa dalam kondisi hamil besar mengandung kakakku…beliau pernah terjatuh terjerembab disorong pedagang dengan gerobak sorongnya di pasar “central”Sambu-Medan yang telah menjadi tempat rutinnya berbelanja pagi…pagi sekali sebelum matahari terbit.

Untuk menghemat ongkos,dia rela berdesakan dan bergelantungan di angkutan umum “povri”untuk membawa barang-barang dagangannya pulang.

Ketika aku mau masuk pesantren….aku teringat bagaimana ibu menghitung-hitung ulang gaji bapak yang tidak seberapa…mengkalkulasi ulang dengan iuran spp ku yg kala itu lumayan besar untuk ukuran keluarga kami.

Ringkasnya…kurang jika tidak menambah usaha lain.Karena itulah warung kecil yang dulu sempat vakum beberapa tahun disebabkan kesibukannya merawat anak…kini dibuka kembali hanya karena inggin menyekolahkanku di sebuah pesantren.

Pernah juga aku teringat…bagaimana ibuku harus merelakan mesin jahit “singer”kesayangannya yang dulu digunakan untuk menerima borongan jahitan konveksi…harus dijual demi membeli kamus “munjid”yg menjadi kewajiban bagi kami santri kelas 5( sama dengan 2 SMU) untuk memilikinya yang harganya kala itu (tahun 1991) cukup besar 75.000 Rupiah.

Lebih dari itu tatkala aku diterima sebagai mahasiswa di Madinah yang diwajibkan segera mengurus segala persyaratan seperti pasport,visa,keberangkatan ke Jakarta naik Pesawat(yang kala itu hanya layak dinaiki orang-orang kaya) terpaksa harus ku naiki karena mengejar jadwal keberangkatan ke Madinah yang waktunya telah dekat.

Tahukah anda apa yang dilakukan ibuku..???dengan segala keikhlasan dia menjual perhiasan-perhiasan emas kesayangannya untuk keperluanku.

Hari terus berjalan..ibuku semangkin menua dan aku telah selesai mengenyam pendidikan di Madinah dan telah berkeluarga dan mulai berdakwah dengan sedikit ilmu yang ku miliki.

Alhamdulillah aku juga pernah berangkat haji dengan ibuku yang kala itu setengah biayaku adalah pemberian dari ibu.

Bahkan untuk 2 kali umrahpun ibu tetap pergi dari uangnya sendiri ,karena jujur aku tidak ada biaya memberangkatkan beliau dengan uangku kala itu.

Tiap kali ibuku datang ke tempatku di Batam,beliau begitu semangatnya mengikuti kajian-kajian. Bahkan dalam 2-3 bulan di rumahku…dia berhasil mengkhatamkan quran 4-5kali

Subhanallah,tahukah anda bahwa setiap saat ibuku selalu membaca Alquran dan dia juga bisa menguasai sebagian besar terjemahannya…padahal dia tidak pernah nyantri sepertiku.

Ketika kutanya bagaimana ia bisa menterjemah..?dia dengan bangga menjawab bahwa dia senantiasa berguru dengan guru-gurunya di Medan.

Bahkan jujur anda akan salut melihat mushaf ibuku yang telah butut dan usang…yang dipenuhi dengan tulisan-tulisan tangan beliau…senantiasa di bawa kemanapun ia pergi.

Jika dilihatnya aku sedang kosong,segera ia memintaku mendengarkan bacaan quran plus terjemahannya. Jika keliru ia minta dibenarkan.

Subhanallah…jikakah ibuku punya kesempatan belajar ilmu shorof dan nahwu…kupastikan dia kebih baik dariku.

Hal lain yang senantiasa ku kenang…bahwa rumah kami yg dihuni anggota keluarga yang banyak…tidak pernah sepi dari kerabat maupun famili dari kampung yang menumpang tinggal bersama kami dalam rangka belajar,bekerja dll.

Bahkan subhanallah…rumah kami senantiasa memelihara anak2 yatim dari kerabat ayah maupun ibu hingga mereka dewasa dan menikah.

“Ibuku orang hebat”…itulah yang selalu ku ucapkan dalam hatiku. Betapa tidak….untuk mengurusi anaknya yang banyak saja aku sudah salut dibuatnya,bagaimana lagi mengurus anak-anak yatim yang ia asuh..subhanallah.

Dimasa tuanya…beliau mulai sakit-sakitan dan melemah,berkali-kali dia di opname di rumah sakit disebabkan penyakit gulanya.

Diakhir hayatnya…aku sempat terkagum-kagum tatkala ia melepaskan gelang emasnya 20 gram tatkala aku memotivasinya berinfak untuk pembangunan asrama ppit Imam Syafii kami.

Padahal beliau begitu butuhnya untuk simpanan hari tuanya tatkala ia sakit..namun dia yakin pasti apa yang dia berikan akan menjadi tabungannya kelak di hari kiamat.

Kini ia tekah tiada-rahimahallah-semoga Allah menempatkannya di temoat yang terbaik di alam sana.;merahmatinya dan nengampuni kesalahannya.

Semoga kami anak-anaknya bisa meneladani beliau,dan kuharap kepada setiap pembaca agar sudi kiranya mendoakan beliau.

Batam,25 Jumada Tsani 1435/26 april 2014.

Jelang daurah pengumpulan dana untuk asrama Ppit Imam Syafii-Nongsa -Batam.

Abu fairuz.
https://www.facebook.com/AbuFairuzCom

One thought on “Aku bangga dengan ibuku