Tawadhu

Betapa hati ini selalu merasa ingin dipuji dan disanjung…? selalu ingin di atas dan dihormati…?
Mengapa diri ini selalu menganggap rendah orang lain, apalagi yang belum mengaji dan paham manhaj, mengapa…?
Mengapa senantiasa diri ini mencari popularitas dan ketenaran, mencari banyak pengikut…?
Mengapa pula diri ini merasa telah suci dan bertakwa, merasa telah pasti menjadi ahli surga…??

Abu Daud At-Thayalisi meriwayatkan, dari Shalt bin Dinar Ab Syu’aib dari Uqbah bin Shahban al-hanna’i. Dia berkata:

سألت عائشة ، رضي الله عنها ، عن قول الله : ( ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا فمنهم ظالم لنفسه ) الآية ، فقالت لي : يا بني ، هؤلاء في الجنة ، أما السابق بالخيرات فمن مضى على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ، شهد له رسول الله صلى الله عليه وسلم بالحياة والرزق ، وأما المقتصد فمن اتبع أثره من أصحابه حتى لحق به ، وأما الظالم لنفسه فمثلي ومثلكم . قال : فجعلت نفسها معنا .

Aku pernah bertanya tafsiran ayat: “kemudian wariskan alkitab pada orang-orang yang kami pilih dari hamba-hamba kami, di antara mereka ada yg menzalimi dirinya, dan di antara mereka ada yg pertengahan dan di antara mereka ada orang-orang yg berlomba-lomba dalam kebaikan”,

Aisyah menjawab: wahai anakku ,mereka seluruhnya ahli surga,adapun yg berlomba-lomba dalam kebaikan mereka adalah orang-orang yg telah berlalu(wafat) di masa Rasulullah, mereka adalah orang-orang yg dapat rekomendasi dari Rasulullah dengan nikmat hidup dan rezeki. Adapun yg pertengahan mereka adalah paa sahabat Nabi yg mengikuti jejak beliau hingga wafat. Adapun yg menzalimi dirinya, maka mereka adalah orang-orang yg seperti saya dan kamu”. Uqbah berkata: “dia(Aisyah) memasukkan dirinya ke dalam golongan orang-orang seperti kita”.

Allahu Akbar,betapa tawadhu nya Ummul Mu’minin Aisyah,padahal dia adalah wanita terbaik sepanjang zaman…senantiasa merasa bersalah dan menzalimi diri.

Lantas, layakkah kita yg baru sebentar mengaji, sedikit memahami agama, malas beramal ibadah, sering melihat orang yg belum mengaji dng sebelah mata dan menghinakan… mengklaim diri suci dan bertakwa, merasa lebih tinggi di atas manusia, seolah-olah surga telah ditangan kita…???

Berkata Alhasan Bashri:  “tahukah kamu apa itu tawadhu? tawadhu adalah tatkala engkau keluar dari rumahmu dan tidaklah engkau menjumpai seorang muslim pun kecuali engkau menganggap dia lebih utama darimu”.

Ditanyakan pada Fudhail bin Iyadh tentang makna tawadhu, maka dia menjawab: tawadhu adalah ketika dirimu tunduk pada kebenaran walapun kau mendapatkannya dari anak kecil, ataupun kau mendengarnya dari orang yang paling jahil”.

Allahul musta’an

Batam,26 Rajab 1434/5 juni 2013.