Aku Bukan Wahabi

Dalam Islam dilarang menisbatkan diri pada sosok manusia yang tidak maksum (terpelihara dari kesalahan) siapa pun orangnya. Jangankan menisbatkan diri pada syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab, bahkan menisbatkan diri pada orang terbaik ummat setelah Nabipun – sebagaimana Abu Bakar dan Umar pun tak boleh.

Tiada benar seseorang mengatakan dirinya Bakri, Umari, Utsmani ataupun Alawi, menisbatkan diri pada sosok khulafaur Rasyidin perindividu.

ADAKAH WAHHABI ?

Hakikatnya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak pernah mengajarkan apalagi menyeru ummat agar mengikuti pribadinya, bahkan anak keturunannya sendiri hingga kini tidak satupun menisbatkan dirinya kepada Syeikh Muhammad nenek moyang mereka. Mereka hanyalah berintisab pada nasab Syeikh dengan gelar Alu Syeikh. Bahkan kerajaan Saudi Arabia sendiri menolak tuduhan orang-orang mereka bermazhab Wahhabi.

Siapa yang mentelaah kitab yang dikarang Syeikh, paham benar bahwa beliau bermazhab fikih Hambali, berakidah salafus sholeh dan ahlus sunnah wal jamaah.

ASAL USUL SEBUTAN WAHHABI

Sebutan Wahhabi hakikatnya dilontarkan orang-orang yang memusuhi Syeikh dan dakwah pemurnian agama. Manakala mereka tidak punya modal berhujjah dengan dalil, merekapun mencari jalan lain dengan memfitnah, membuat tuduhan keji, dan dusta, bahwa kaum wahhabi mengkafirkan kaum muslimin, membid’ah-bid’ahkan amalan mereka, memecah belah jamaah mereka. Lebih dahsyat dari itu adapula yang mengatakan wahhabi antek-antek Yahudi, mata-mata kaum kafirin untuk menjual data dan dokumen mereka pada negeri-negeri kafir.

BUYA HAMKA DITUDUH WAHHABI

Berkata Buya Hamka Rahimahullah : ”Sebab-sebab atau alasan mereka mencela kaum Wahabi adalah karena Wahabi sangat menentang pemujaan kepada kubur orang terpandang sebagaimana orang musyirikin dahulu menyembah berhala.

Buku-buku mencela Wahabi itu tersebarlah di negeri kita (Indonesia) ini sehingga kata (sebutan atau gelar) Wahabi dipandang sebagai kata (suatu) penghinaan…

Memang, apabila orang telah kehabisan hujah dan alasan, merekapun kembali memakai fitnah. Dan inilah yang menyebabkan umat Islam berpecah belah, berkaum tua dan berkaum muda…

Bagi kami yang dikatakan kaum muda itu tidaklah keberatan jika kami dituduh Wahabi”.

SIAPA MUSUH WAHHABI?

Musuh Wahhabi adalah setiap orang yang fanatik buta dengan ajaran leluhur, tradisi nenek moyang, yang doyang berbuat kesyrikan di kuburan para wali dengan dalih tawassul, syafaat, padahal hakikatnya meminta pada orang mati.

Musuh Wahhabi adalah setiap orang yang gemar melakukan bid’ah, dari alim ulama su’u yang ingin dikultuskan, dipuja, diambil berkah dari bekas minumnya, untuk memakan harta ummat dan pengikutnya dengan jalan bathil.

Musuh Wahhabi adalah segelintir orang yang ditokohkan, dengan menyandang gelar habib, kyai, gus yang berupaya menjaga pembodohan ummat, anti dalil, kecuali bila terbentur dalam berhujjah menggunakan dalil bid’ah hasanah.

Sebutan Wahhabi ini, adalah senjata paling manjur yg dimiliki ahli bid’ah hasanah, untuk menjauhkan orang dari gerakan pemurnian Islam, yang menyeru manusia untuk kembali pada sunnah Nabi dan ajaran Khulafaur Rayidin.

Dengan apa yang dipaparkan di atas, maka aku berlepas diri dari apa yang mereka sebutkan dengan Wahhabi, kami bukan Wahhabi dan Wahhabi bukan kami.

Kami adalah segelintir orang yang berupaya menapak tilas jejak Rasul, para sahabat, tabi’in, tabi’ tabiin, imam mazhab yang empat dan orang-orang yang menigkuti mereka dalam kebaikan hingga hari kiamat.

Batam, 28 Muharram 1446/ 4 Agustus 2024

Abu Fairuz Ahmad Ridwan My