Dalam pentas kehidupan ini,kita melihat berbagai perangai dan akhlak yang dilakonkan anak manusia. Ada yang menjadi tokoh utama, ada yang jadi peran pembantu, ada pula yang berperan sebagai tokoh antagonis.
Ada Musa dan Harun-alaihimas salam– ada juga Firaun dan Haman maupun Qarun. Ada Abu bakar dan Umar, ada pula Abu Jahal dan Abu Lahab.
Ada yang hidup berkorban jiwa raga dan tenaga untuk agama, ada yang mengelabui manusia, cari makan dan keuntungan dengan menjual agama.
Dalam pergaulan di duniapun demikian pula adanya, ada manusia yang dermawan berhati mulia, ada pula si bakhil berhati buruk. Ada yang selalu memberikan kontribusi positif pada orang sekitanya, ada yang auranya selalu negatif yang hidup hanya kan merugikan orang sekitarnya.
PENGALAMAN HIDUP
Kehidupan yang paling indah adalah hidup di tengah-tengah orang shaleh, yang senantiasa ingin berbuat kebaikan padamu. Ingin selalu berbagi, penuh dengan tenggang rasa, toleran , santun, berkorban untukmu.
Sebaliknya kehidupan yang paling tidak nyaman adalah hidup di tengah orang-orang yang egois, mau menang sendiri, pelit, enggan berbagi, dan selalu ingin merugikan orang sekitarnya.
Bila susah, ia kan datang padamu menghiba-hiba, minta bantuan dan supportmu, mengeluhkan segala derita nestapanya, mengeluhkan dililit hutang, terjebak rentenir, dibuang keluarga dan semacamnya.
Karena dirimu seorang penghiba hati, lembut kalbu, senang membantu, maka engkau ulurkan tanganmu untuk menghalau penderitaannya, membayar hutang-hutangnya, menyelamatkannya dari hinaan keluarga dan cemooh orang dikampungnya.
Setelah kau tolong, ia bukan berusaha untuk tegak mandiri bekerja keras dan mandiri berdiri di atas kedua kaki sendiri, tetapi ia menjadikanmu tempat sandaran hidup, tempat gantungan harap, menyusahkan hidupmu.
MANUSIA TIPE BENALU
Ibarat tumbuhan, aku mengumpamakan ia bagaikan parasit yang hidup bergantung dengan tanaman inangnya, ia menyerap habis makanan sang inang agar tanaman induk-sang inang mati dan ia tetap hidup gemuk dan subur.
Manusia tipe benalu ini banyak bersebaran, hidup hanya menyusahkan orang lain, “menggandoli” orang tempat ia bernaung, bila ditolong maka ia akan menyusahkan orang yang menolongnya, bahkan merugikan dan membahayakan.
Ibarat orang yang tenggelam di danau, datang seseorang untuk menyelamatkannya, manakala ia ditolong, ia malah menenggelamkan orang yang menolongnya agar ia selamat dan naik ke darat.
RESIKO JADI ORANG SUKSES DUNIA
Jadi orang yang sukses karir dunianya, seperti menjadi pejabat, konglomerat, jadi sultan, maka ia akan rentan dikelilingi orang-orang semacam ini.
Bilamana dulu masih susah, miskin belum berkedudukan maka semua sanak saudara, kerabat dan handai tolan menjauh, menyingkir bahkan berlepas diri dan tak mengakuinya.
Tapi bilamana ia sukses dunianya, semua orang mengaku kerabat dan sanak saudaranya, berbondong-bondong berdatangan bagaikan madu yang dikerumuni kawanan semut. Semua yang dulu menjauh kini mendekat, semua yang dulu berlepas diri kini menjadi dekat, menjilat karena ingin kecipratan nikmat yang ada padanya.
JAGA JARAK
Bila ketentuan takdir, hidupmu didatangi orang yang hanya pandai menyusahkanmu, menghisap sumur kebaikanmu dan bila kering meninggalkanmu, maka jaga jarak dengannya, abaikan segala puji pujianya, jangan berikan padanya sedikitpun kepercayaanmu, jangan beberkan padanya rahasia-rahasiamu, karena ia adalah pengkhianat.
ORANG KAYA YANG TAK BERESIKO
Orang kaya yang tidak beresiko adalah orang kaya hati dan lapang jiwa. Orang jenis ini hanya akan didekati orang-orang perindu akhirat, yang tidak menjadikan dunia sebagai standar kesuksesan hidup, orang yang memejamkan mata tidak terpengaruh dengan berbagai pangkat dan jabatan keduniaan.
Baginya standar hidup itu adalah akhirat, dan kesuksesan hidup hanyalah di kampung akhirat. Mungkin ia tak punya harta benda dan kedudukan yang membuat ahli dunia condong padanya, tak bergelimang emas dan perak, namun ia punya kekayaan jiwa yang tak habis-habisnya, ia punya kekayaan akhlak dan ilmu yang tiada habis dibagikan kepada manusia.
Aduhai, betapa beruntungnya orang yang semacam ini di dunia maupun akhirat, betapa mulianya mereka di tengah-tengah manusia.
Punggur-Sei Selari, 3 Syawwal 1445/12 April 2023
Abu Fairuz Ahmad Ridwan