Datanglah Pada Allah Sebagai Hamba Bukan Sebagai Raja

Seorang hamba ahli ibadah merasa gelisah karena banyaknya ibadah tidak membuat hatinya tentram dan tenang. Ia berfikir keras apa penyebabnya.

Ia merasa dia tidak melakukan dosa besar dan maksiat kepada Allah, bahkan segala ibadah berupa sholat, puasa, sedekah dan lainnya kerap dia lakukan.

Ahli ibadah ini sangat terganggu dengan status galaunya yang belum terobati. Ia pun berjalan kesana-kemari tak tentu arah.

Di depan sebuah rumah, ia melihat seorang anak yang menagis tersedu-sedu di depan pintu rumahnya karena ibunya marah padanya dan mengunci pintu tidak membukakan untuknya.

Anak itu menangis tersedu-sedu sambil merintih berkata: ”duhai ibu, bila tidak ibu bukakan bagiku pintu maka kemanakah anakmu ini akan pergi. Tiada rumah yang menerimaku dan tiada orang yang peduli denganku sebagaimana ibu, duhai ibu, maafkan kepongahan anakmu ini, ia menyesal atas sikapnya dan pembangkangannya pada ibu, bukakanlah pintu untukku duhai ibu.”

Tak berapa lama sang ibu membukakan pintu rumah sambil menangis memeluk anak tersebut: ”duhai anakku, dikaulah buah hatiku, akulun takkan pernah tega menutup pintu untukmu, aku hanya ingin kau sadar bahwa ibumu tak suka kepongahanmu, kini engkau datang dengan segala kerendahan diri, bagaimana mungkin ibu menutup pintu maaf untukmu padahal engkaulah buah hatiku”.

Melihat adegan tersebut, seketika ahli ibadah tersadar bahwa Allah lebih cinta pada hamba-Nya, melebihi cinta sang ibu pada anaknya.

Iapun tersadar bahwa dia datang menghadap Allah dengan dengan segala kepongahannya dihadapan Allah. Ia datang mengetuk pintu Allah seolah bagaikan seorang raja yang datang dengan segala kekuatan dan kehebatannya, bukan sebagai hamba yang hina dina dengan segala kerendahan dirinya.

Seketika ia mengubah prilakunya, segala amal ibadahnya dianggapnya tak bernilai dan dapat menyamai nikmat Allah yang diberikan pada-Nya.

Kini hatinya hancur lebur, di hadapan kebesaran Allah, dirinya fakir miskin mengharap belas kasih Allah. Barulah ia merasakan betapa nikmat ibadah yang dia lakukan untuk Allah.

PP Imam Bukhari, 28 Jumadis Tsani 1445/ 10 Jan 2024