Tiada yang ditakutkan orang beriman melebihi takutnya mereka dari su’ul khatimah yang menghinakan seseorang di akhir kematiannya. Betapa tidak, Sabda Nabi yang berbunyi:
وإن الرجل ليعمل بعمل أهل الجنة، حتى ما يكون بينه وبينها غير ذراع أو ذراعين، فيسبق عليه الكتاب، فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها
“sesunggunya seseorang benar-benar beramal dengan amalan ahli surga, hingga tidaklah jarak antara dirinya dan surga kecuali hanya satu atau dua hasta saja, maka dia didahului oleh catatan takdir, maka dia melakukan amalan ahli neraka yang membuatnya masuk neraka”. Muttafaq ‘alaihi.
Sungguh menguncangkan hati-hati setiap orang beriman, melekat di telinga mereka dan mengikuti setia gerak-gerik dan langkah mereka.
Adalah Sufyan begitu khawatirnya dengan nasib dirinya, dia berkata: ”aku khawatir di dalam catatan takdirku dituliskan sebagai orang yang binasa”. Dia juga berkata: ”aku khawatir seandainya imanku tercabut tatkala menjelang kematian.
Adalah Malik bin Dinar berdiri sepanjang malam sambil memegang janggutnya sembari berkata: ”wahai Rabb sungguh engkau telah mengetahui siapa-siapa yang menjadi ahli surga dan neraka, dimanakah kelak Malik kau tempatkan?
Demikian juga kisah-kisah orang yang mati dalam su’ul khatimah, senantiasa membayangi mereka dalam setiap denyut nadi dan hentakan jantung.
Ada yang wafat dalam keadaan mabuk dengan botol alkohol di tangan; ada yang mati dalam keadaan berzina, terkapar, diatas perut pelacur; menyudahi akhir hayatnya dengan tembang-tembang lagu, mati murtad…dst.
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa ada seorang pemuda yang senantiasa mengumandangkan azan di salah satu masjid. Pada suatu hari dia naik ke menara untuk mengumandangkan azan sebagaimana biasanya, maka dia tertegun kagum ketika melihat kecantikan seorang wanita yang membuat dia tidak jadi melantunkan azan, melainkan turun untuk menemui wanita itu.
Sesampainya dirumah wanita tersebut, dia ingin segera melamar si gadis, namun ternyata gadis itu beragama Nasrani dan menyampaikan bahwa mustahil ayahnya menerima lamaran seorang lelaki muslim kecuali jika dia mau pindah agama. Singkat cerita lelaki tukang azan ini menerima tawaran pindah agama , sahlah dia menjadi seorang nasrani yang murtad dari Islam. Selang pernikahan, lelaki ini menaiki bagian dari atap rumah si gadis, dan ternyata -qaddarallah- dia terjatuh dan mati dalam keadaan kafir -nauzubillah-.
Ada seseorang dalam keadaan sekarat ditalqinkan kalimat la ilaha illallah, maka jawabannya: ”kalimat ini tidak kubutuhkan, sebab setahuku aku tidak pernah sekalipun sholat untuk Allah,” dia tak mampu mengucapkannya.
Ada juga seorang saudagar yang tenggelam dalam kesibukan dunianya, tatkala menjelang wafat dia talqinkan kalimat la ilaha illallah, namun yang keluar dari mulutnya: ”barang ini harganya murah, barang ini kwalitasnya baik…dan dia tidak mampu mengucapkannya hingga wafatnya.
Ibnu Rajab menukil dari Abdul Aziz bin Abi Rawwad bahwa dia pernah mendatangi seseorang dalam keadaan sekarat, orang-orang berupaya mentalqinkannya kalimat la ilaha illallah, namun yang dia ucapkan bahwa dia kafir dengan kalimat tersebut setelah itu diapun binasa.
Ada lagi seorang tua yang begitu gemarnya mengikuti gadis-gadis untuk menggodanya, suatu ketika dia melihat seorang gadis sedang berjalan menuju kamar mandi umum, maka dia segera mengikutinya dan berupaya menggodanya. Dalam kondisi sekarat dia ditalqinkan kalimat la ilaha illallah, namun yang keluar dari ucapannya adalah: ”Maukah kalian tunjukkan padaku mana jalan menuju kamar mandi umum anak”, kemudian diapun binasa.
Banyak faktor-faktor yang membuat seseorang mati dalam keadaan su’ul khatimah, diantaranya yang sering menimpa sesorang adalah disebabkan kemunafikan seseorang yang membuat apa yang dia tampakkan tidak sama dengan apa yang dia sembunyikan. Terkadang seseorang tampilan lahirnya menunjukkan dia adalah orang sholeh, bertaqwa, rajin ibadah dan istiqomah, tetapi dalam kesendiriannya dia selalu lakukan maksiat dan hatinya dipenuhi berbagai bentuk penyakit, seperti ujub, riya, bangga dengan amalan, takabbur, hasad…dst. Orang–orang seperti ini sangat rentan berubah di akhir hayatnya dan menutup umurnya dengan kemaksiatan bahkan kekafiran.
Berkata Ibnu Taimiyah Rahimahullah:
“واعلم أن سوء الخاتمة – أعاذنا الله تعالى منها – لا تكون لمن استقام ظاهره وصلح باطنه، ما سمع بهذا ولا علم به ولله الحمد، وإنما تكون لمن له فساد في العقد، أو إصرار على الكبائر، وإقدام على العظائم، فربما غلب ذلك عليه حتى ينزل به الموت قبل التوبة، فيأخذه قبل إصلاح الطوية، ويصطلمه – أي: يفاجئه الموت- قبل الإنابة، فيظفر به الشيطان عند تلك الصدمة، ويختطفه عند تلك الدهشة، والعياذ بالله”.
Ketahuilah bahwa su’ul khatimah -kita berlindung darinya- tidak akan pernah terjadi dengan seseorang yang tampak istiqomah pada tampilan lahir dan batinnya, tidak pernah terdengar seperti ini -alhamdulillah-, tetapi peristiwa su’ul khatimah biasanya terjadi bagi orang-orang yang rusak akidahnya, atau terbiasa terang-terangan melakukan dosa besar, atau nekat melakukan maksiat-maksiat yang besar, boleh jadi telah menjadi kebiasaan baginya hingga akhirnya kematian datang menjemputnya sebelum dia bertaubat, ajal merenggutnya sebelum mampu mebenahi hati, sebelum bertaubat, syaitan berhasil menguasainya, merenggutnya dalam keadaan yang begitu mengejutkan itu, nauzubillah”.
ya Rabb…rahmatilah hamba yang dhaif ini, dan wafatkanlah kami dalam husnul khatimah.