? Dua cermin kehidupan?

? Dua cermin kehidupan?

Dunia ini adalah panggung kehidupan. Setiap orang dituntut untuk berperan dengan skenario yang telah diatur oleh Zat Yang Maha Perkasa dan Bijaksana.

Di atas panggung hidup ini, berbagai peran dan lakon terus dijalani manusia. Ada yang memainkan peran utama, ada pula yang memainkan peran pendukung maupun peran antagonis.

Ada yang melakonkan peran para Nabi dan Rasul, para ulama dan orang soleh, dan ada pula yang melakoni peran Firaun, Haman, Qarun dan Abu Lahab.

Di kalangan wanita ada yang melakoni peran Maryam Binti Imran ibunda Isa al Masih dan Asiyah Bintu Muzahim istri Firaun. Ada juga yang melakoni peran Istri Nuh dan Istri Luth.

Orang bijak adalah orang yang menjadikan sejarah sebagai guru terbaik baginya untuk menentukan langkah ke depan.

? Cermin bersih

Cinta kepada suami tidak menghalangi Ummu Habibah untuk mencarikan bagi suaminya istri yang pasti akan menjadi pesaingnya kelak. Tatkala ia mendengar Rasulullah akan menikahi Durrah bintu Abi Salamah, segera ia mengutarakan bisikan hatinya yang lama terpendam. Ia berkata:”

ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ุŒ ุงู†ูƒุญ ุฃุฎุชูŠ ุจู†ุช ุฃุจูŠ ุณููŠุงู†. ู‚ุงู„: “ูˆูŽุชูุญูุจู‘ููŠู†ูŽุŸ”. ู‚ู„ุชู: ู†ุนู…ุŒ ู„ุณุช ู„ูƒ ุจู…ูุฎู’ู„ููŠูŽุฉูุŒ ูˆุฃุญุจู‘ู ู…ูŽู† ุดุงุฑูƒู†ูŠ ููŠ ุฎูŠุฑู ุฃูุฎุชูŠ. ูู‚ุงู„ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…:”ุฅูู†ู‘ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ุง ูŠูŽุญูู„ู‘ู ู„ููŠ”. ู‚ู„ุชู: ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ุŒ ููˆุงู„ู„ู‡ ุฅู†ู‘ูŽุง ู„ู†ุชุญุฏู‘ูŽุซ ุฃู†ูƒ ุชุฑูŠุฏ ุฃู† ุชู†ูƒุญ ุฏูุฑู‘ูŽุฉ ุจู†ุช ุฃุจูŠ ุณู„ู…ุฉ. ู‚ุงู„: “ุจูู†ู’ุชูŽ ุฃูู…ู‘ู ุณูŽู„ูŽู…ูŽุฉูŽุŸ”. ูู‚ู„ุชู: ู†ุนู…. ู‚ุงู„: “ููŽูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽูˆู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽูƒูู†ู’ ูููŠ ุญูŽุฌู’ุฑููŠ ู…ูŽุง ุญูŽู„ู‘ูŽุชู’ ู„ููŠุ› ุฅูู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู„ุงูŽุจู’ู†ูŽุฉู ุฃูŽุฎููŠ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุถูŽุงุนูŽุฉูุŒ ุฃูŽุฑู’ุถูŽุนูŽุชู’ู†ููŠ ูˆูŽุฃูŽุจูŽุง ุณูŽู„ูŽู…ูŽุฉูŽ ุซููˆูŽูŠู’ุจูŽุฉูุŒ ููŽู„ุงูŽ ุชูŽุนู’ุฑูุถู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู‘ูŽ ุจูŽู†ูŽุงุชููƒูู†ู‘ูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ุฃูŽุฎูŽูˆูŽุงุชููƒูู†ู‘ูŽ”.

Wahai Rasulullah, nikahilah saudariku putri Abu Sufyan. Nabi menjawab: “apakah dirimu menghendaki itu? Aku menjawab: “ya”. Aku tidak ingin ia hidup tanpa suami…dan orang yang paling ku inginkan baginya berbagi kebaikan denganku adalah saudariku. Nabi bersabda: “sesungguhnya hal itu tdk halal bagiku(mengabungkan dua kakak beradik)”.

Aku berkata: “kami mendengar bahwa anda akan menikahi Durrah bintu Abu Salamah”. Nabi bersabda: “maksudmu putri dari Ummu Salamah?” Aku menjawab: “ya”. Nabi bersabda: “seandainya ia bukan anak tiri yang tinggal bersamaku niscaya akan tetap tdk halal untuk menikahinya, sebab ia adalah puteri saudaraku sepersusuan, sebab dahulu aku dan ayahnya Abu Salamah pernah disusukan oleh Tsuwaibah, maka janganlah kalian menawarkan kepada saya lagi puteri-puteri kalian maupun saudari-saudari kalian”. HR.Muslim.

Allahu Akbar…sungguh sempurna baktinya kepada suaminya dan sungguh sempurna kebaikan hatinya untuk berbagi suami dengan orang-orang yang dicintainya.

Persis sebagaimana ketulusan Ibunda Sarah tatkala dengan ikhlas menyerahkan kekasih hatinya Khalilullah Ibrahim kedalam pelukan budaknya Hajar. Ketulusan yang menjadi penyebab lahirnya manusia termulia yang pernah menginjakkan kakinya di atas muka bumi ini -Nabi akhir zaman Muhammad putera Abdullah- shallalahu alaihi wa sallam.

Tak beda dengan ketulusan Fatimah Bintu Abdul Malik-Puteri Khalifah- menyerahkan budak wanita yang dikagumi suaminya Umar bin Abdul Azis kepada suaminya setelah ia hiasi budak yang cantik jelita tersebut kemudian dia antarkan ke kamar suaminya.

?Cermin kotor

Sebagian wanita tanpa sadar telah melumuri lisannya dengan kejelekan. Menjadi penghalang terwujudnya kebaikan.

Jangankan berbagi suami dengan saudari-saudarinya seiman yang juga butuh kasih sayang dan cinta seperti dirinya, justru menjadi penentang sunnah poligami dan penghalang bagi orang lain yang ingin melakukannya.

Dengan leluasa ia masuk ke rumah-rumah para istri dengan menyebar racunnya. Membuat keruh hubungan istri dengan suaminya.

Seolah ialah orang yang paling tulus memberi nasehat, namun hakikatnya hanyalah pengadu domba yang berselubung dibalik baju persahabatan yang ikhlas.

“Hati-hati loh umm…suami umi mo nikah lagi, jangan sampai terjadi dengan ummu”.

“Hati-hati loh umm….harus waspada…santriwati ma’had bla-bla jangan sampai mengambil suami ummu !”

“Hati-hati loh umm..suami ummu jangan dekat-dekat si fulan yang istrinya banyak, ntar ketularan virusnya”. Itulah diantara sekian ungkapan mereka.

Mereka menghabiskan umur hanya untuk mengeruhkan rumah tangga orang. Alangkah baiknya jika mereka menghitung-hitung dosa mereka dan semakin menambah bakti kepada suami-suami daripada bergerilya ke sana-ke sini mencari mangsa.

Ucapan-ucapan jelek di atas terkadang keluar dari mulut ummahat dan akhwat yang telah mengaji dan memproklamirkan diri pengikut jejak salafus sholeh. Semoga Allah menunjuki mereka.

Terkadang mereka berusaha mendatangi akhwat yang siap dipoligami dan atas “topeng” nasehat…mulai berupaya menghalangi akhwat tersebut dari niat tulusnya.

Ukhti…apa memang ukhti mau jadi istri kedua…?
Apa ngak ada lagi yang masih bujangan?
Apa ukhti takut ngak laku lagi…..??
Ukhtikan masih muda, masih laku loh…!!

Hanya kepada Allah orang-orang mukmin mengadu. Hanya kepadaNya orang-orang soleh bergantung.

Batam, 25 Rajab 1436 h/14 Mei 2015 m

Abu Fairuz