Over Dosis

Idealnya segala sesuatu adalah yang pertengahannya, tidak berlebih dan tidak kurang. Dalam bahasa Arab disebut dengan “Washatiyyah”.

Mencintai sesuatu yang dihalalkan Allah, asalnya boleh-boleh saja. Mencintai harta dan kedudukan, mencintai anak dan istri, semuanya adalah mubah dan fitrah yang telah dipatrikan Allah, selama tidak menghalangi tujuan seseorang untuk sampai pada Allah.

Tetapi, janganlah terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang dan jangan pula terlalu berlebihan dalam membencinya. Sekedarnya sajalah, sebab SEGALA YANG BERLEBIHAN ITU JELEK bahkan dalam hal ibadah.

Bagaimana dalam hal mencintai pasangan kita? Jawabnya sama seperti di atas. Bagaikan obat yang dikonsumsi berlebihan dapat mencelakai, maka demikian juga “OVER DOSIS” mencintai makhluk, membawa celaka dan petaka.

Telah menjadi “kaedah baku” bahwa sesuatu yang terlalu dicintai di dunia ini, akan menyengsarakan. Gundah gulana sebelum dapat, sengsara jika terluput, duka nestapa ketika terlepas.

Makhluk itu selalu mengecewakan, tak bisa diharap sepenuh hati, apalagi dijadikan tempat bergantung. Bahkan tidak dijamin selamat dari pengkhianatannya.

Hari ini kau anggap kawan, besok menjadi lawan, sore ini pegang amanat, esok pagi jadi pengkhianat, saat ini adalah kekasih, kelak menjadi musuh bebuyutan.

Bergantung padanya bagaikan bergantung dengan sarang laba-laba. Dikira makhluk ini betapa kuat sarangnya, padahal lemah selemah-lemahnya, tak mampu menahan tetes hujan dan tak kuat menghadapi angin . Sungguh tiada sarang yang lebih lemah dari rumah laba-laba.

———————————–
Batam, Nongsa 19 Syawwal 1437 h / 24 Juni 2016

Abu Fairuz my.