Menjadi Istri-Istri Sejati

Menjadi istri-istri sejati itu berat, karena mereka harus bekerja sehari semalam demi menjaga amanah, mendidik dan membesarkan anak-anak dan harta suami, tanpa menerima sepeserpun gaji.

Mulai dari memasak, menyiapkan hidangan untuk keluarga, mencuci pakaian, menyetrikanya, merapikan dan membersihkan rumah, hingga berbelanja segala kebutuhan di pasar.

Kan menjadi lebih berat lagi bilamana ia memiliki anak-anak yang masih kecil-kecil, bahkan masih menyusu. Dia harus stand by menyusukan anak kapanpun juga dalam 24 jam, meski dalam kondisi kelelahan, kurang tidur bahkan dalam kondisi terkantuk-kantuk.

Akan menjadi lebih berat lagi bilamana ia harus bekerja banting tulang demi membantu ekonomi dan keuangan keluarganya karena minimnya pendapatan suami.

Akan lebih dalam lagi kesulitannya bilamana ia yang menjadi tulang punggung keluarga karena suami pemalas tidak bertanggung jawab atas dirinya, ataupun menjadi janda karena dicerai suami yang tidak pernah mau memikul beban nafkah anak-anaknya lagi.

Apa yang ku ungkapkan di atas sebatas menjadi istri dalam RUMAH TANGGA MONOGAMI belaka, ADAPUN DALAM RUMAH TANGGA POLIGAMI, semua kesulitan di atas akan bertambah lagi dengan beban YANG MAHA BERAT karena ia harus bersabar menanggung segala resiko kehidupan berpoligami.

ISTRI PERTAMA harus ikhlas dan rela berbagi suaminya dengan para MADUNYA, mulai dari berbagi cinta, berbagi malam, berbagi nafkah, berbagi tugas dan hal lain yang harus dibagi. Bukanlah perkara mudah menerima pesaing baru dalam merebut hati suami dan cintanya, maka itulah ia harus benar-benar mampu menahan cemburu yang tidak proporsional yang hanya akan menyusahkan dirinya, suami dan madu-madunya.

JADI ISTRI KEDUA DAN SELANJUTNYA juga bukanlah hal yang mudah, banyak tantangan dan resiko yang harus dia hadapi. Mulai dari membersihkan imajinasi masyarakat tentang dirinya yang harus sabar disebut PELAKOR, perusak rumah tangga orang, plus tekanan dari pihak istri pertama dan keluarganya yang terkadang merasa “di atas angin” bilamana suami posisinya lemah.

Ia harus banyak mengalah dan lapang dada bilamana keutuhan rumah tangga ingin dipertahankan.

TAPI PASTIKAN SEMUA RINTANGAN DI ATAS kan mampu dihadapai dan dilewati oleh istri-istri sejati bilamana ia selalu merasa bersama Allah, bermohon dan bergantung pada-Nya, ridho dengan ketentuan-Nya. APAKAH ADA SESUATU YANG SULIT DIHADAPI BILAMANA ENGKAU SELALU BERSAMA
ZAT YANG MAHA KUAT DAN MAHA PENGASIH.

Lihat kesabaran ibunda Sarah dan lihat pula ketegaran ibunda Hajar dalam mengolah energi cemburu mereka sehingga melahirkan bangsa besar dan para nabi.

Daripada kau sibuk mengeluh dengan segala ketidak nyamanan, lebih baik kau bertekad bulat untuk menghadapinya bersama Allah, ku pastikan kau akan bisa dan berhasil, insyaallah.

Pontianak, 2 Zulqa’dah 1443/3 Juni 2022
Abu Zubair My