(Pembelaan terhadap Muawiyah bin Abu Sufyan,Raja terbaik kaum muslimin yang terzalimi)
Mukaddimah
Alhamdulillah, puji bagi Allah Rabb alam semesta yang telah menganugerahkan kenabian kepada Nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- kemudian menjadikan para sahabat-radhiallahu ‘anhum- sebabagai manusia pilihan terbaik sepanjang zaman- yang telah mengorbankan segala jiwa dan raga mereka untuk meninggikan kalimat Allah di atas permukaan bumi ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi, para sahabat beliau, para tabi’in dan yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga akhir zaman.Amma ba’du:
Tulisan ini adalah merupakan refleksi keprihatinan kami melihat gejala buruk yang mulai menyebar di kalangan ummat, yang diangkat ke permukaan oleh orang-orang munafik dari ummat ini, berupa bentuk penghujatan dan pelecehan terhadap sahabat-sahabat Nabi yang mulia, yang telah menghancurkan benteng-benteng kekafiran dan menyebarkan cahaya tauhid di permukaan bumi.
Tujuan busuk mereka ini tidak lain untuk meruntuhkan bangunan Islam dengan meruntuhkan kepercayaan ummat kepada para sahabat Nabi mereka, yang menjadi perantara kita untuk mengenal agama Nabi-shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala kepecayaan ummat hilang terhadap mereka, maka dengan mudah bangunan Sunnah roboh dan datanglah hawa nafsu sebagai gantinya yang akan membongkar habis sendi-sendi Islam.
Orang-orang munafik dari ummat ini yang sadar, betapa tinggi kedudukan sahabat ditengah-tengah ummat, karena itulah mereka berupaya menyelinap perlahan-lahan untuk menikam Islam dari belakang dengan cara, meruntuhkan satu-demi satu vigur sahabat Nabi-shallalahu ‘alaihi wa sallam.
Terkhusus di Negeri kita Indonesia, yang menjadikan Ahlus sunnah wal jamaah sebagai manhaj dalam memahami agama, sulit rasanya untuk terang-terangan mencela apalagi mengkafirkan semisal Abu Bakar,Umar, Utsman maupun hujatan terhadap Aisyah dan Hafsah-semoga Allah meridhoi seluruh sahabat-maka jalan yang diambil oleh “musuh-musuh dalam selimut “ ini adalah dengan berupaya meruntuhkan kehormatan ummat pada sosok Muawiyah.
Jika kelak Muawiyah telah ternodai kehormatannya, maka secara otomatis akan terkoyak pulalah kehormatan para sahabat Nabi lainnya dengan alasan, bahwa tidak semua sahabat Nabi itu adil dan terpercaya. Jikalah Muawiyah tercemar kehormatannya dengan alasan tidak maksum, akan merambat pula periode berikutnya kepada Umar, Utsman, dst.
Semoga Allah merahmati salafus shaleh yang telah membaca niat busuk musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan sendi-sendinya dengan menghujat Muawiyah sebagai ”pintu” yang jika terkuak dan roboh, akan mudah bagi mereka memasukkan hujatan kepada para sahabat.
Berkata Abdullah bin Mubarak:
معاوية عندنا محنة ، فمن رأيناه ينظر إليه شزراً اتهمناه على القوم ، يعني الصحابة
Muawiyah menurut kami adalah barometer penguji, barang siapa yang melihat padanya dengan kacamata kebencian, kami akan mencurigainya terhadap yang lain(para sahabat).
Berkata Ar-Rabi’ bin Nafi al-Halabi-rahimahullah-:
معاوية ستر لأصحاب محمد صلى الله عليه وسلم ، فإذا كشف الرجل الستر اجترأ على ما وراءه
Muawiyah bagian kain penutup bagi sahabat Muhammad-shallallahu ‘alaihi wa sallam-jika seseorang berani menyingkap penutup ini niscaya dia akan berani untuk menyingkap apa yang ada di baliknya”.
Imam Ahmad pernah ditanya: “apa pendapatmu-semoga Allah merahmatimu- tentang orang yang mengatakan: Muawiyah bukan penulis wahyu, bukan pula paman orang-orang beriman, sebab dia mengambil kekuasaan dengan pedang dan merampas? Berkata Abu Abdillah(Imam Ahmad):
هذا قول سوء رديء ، يجانبون هؤلاء القوم ، ولا يجالسون ، و نبين أمرهم للناس .
Ini adalah pendapat jelek dan perkataan yang keji,orang seperti mereka wajib dijauhi dilarang bermajlis dengan mereka, dan kita wajib menjelaskan perkara mereka kepada manusia.
Muawiyah adalah Raja pertama dalam Islam
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah:
واتفق العلماء على أن معاوية أفضل ملوك هذه الأمة ، فإن الأربعة قبله كانوا خلفاء نبوة ، وهو أول الملوك ، كان ملكه ملكاً ورحمة .
Para ulama sepakat bahwa Muawiyah adalah Raja yang paling utama dari umat ini, sesungguhya empat penguasa sebelumnya adalah para khalifah yang sesuai di atas manhaj kenabian, adapaun Muawiyah adalah Raja pertama yang berkuasa dan penuh dengan rahmat.
Ibnu Taimiyah berkata:
فإن معاوية ثبت بالتواتر أنه أمّره النبي صلى الله عليه وسلم كما أمّر غيره ، وجاهد معه ، وكان أميناً عنده يكتب له الوحي ، وما اتهمه النبي صلى الله عليه وسلم في كتابة الوحي .. وولاه عمر بن الخطاب الذي كان من أخبر الناس بالرجال ، وقد ضرب الله الحق على لسانه وقلبه ، ولم يتهمه في ولايته .
Sesungguhnya Muawiyah telah terbukti secara mutawatir pernah dijadikan Nabi sebagai amir(panglima) sebagaimana yang lain, dan Muawiyah juga pernah berjihad bersama Beliau, sebagai orang yang terpercaya bagi Nabi bertugas sebagai penulis wahyu, dan Nabi tidak pernah mencurigainya dalam penulisan wahyu. Pada Masa Umar-sebagai sosok yang sangat mengenal karakter manusia- dia juga diangkat sebagai gubernur, dan Allah telah mematrikan kebenaran di atas lidah dan hatinya.
beliau juga berkata:
فلم يكن من ملوك المسلمين خير من معاوية ، ولا كان الناس في زمان ملك من الملوك خيراً منهم في زمان معاوية .
Maka tidak pernah ada raja kaum muslimin yang lebih baik darinya.
Berkata Ibnu Abi Al’Izz al-Hanafi:
وأول ملوك المسلمين معاوية وهو خير ملوك المسلمين . شرح العقيدة الطحاوية ( ص 722 ) .
Raja pertama kaum Muslimin adalah Muawiyah dan dialah raja terbaik kaum muslimin
Mencela Muawiyah sama dengan membatalkan agama syiah
Dengan mencela Muawiyah seolah-olah mereka mencela Hasan dan Husain bin Ali dan dan seluruh para sahabat Nabi dan kaum Muslimin yang membaiatnya. Seolah mereka berkata bahwa Hasan, Husain dan semua sahabat rela menyerahkan kekhalifahan kepada “bajingan tengik yang haus darah dan kekuasaan” sebagaimana yang dikatakan oleh kaum munafik, dari Rafidhah, khawarij dan yang semisalnya. Yang tentunya hal ini menunjukkan betapa hancurnya moral seluruh sahabat Nabi dan Ahlu Bait yang diam dan bungkam dipimpin seorang yang fasiq. Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.
Orang-orang Syiah yang mencela Muawiyah hakikatnya telah menghancurkan agama mereka sendiri, sebab dalam agama Syiah para Imam mereka adalah sosok-sosok yang maksum tidak pernah lupa apalagi bersalah.
Berkata Khumaini dalam kitabnya “ al- Hukumah al-Islamiyah halaman 52:”
فإن للإمام مقامًا محمودًا ودرجة سامية وخلافة تكوينية تخضع لولايتها وسيطرتها جميع ذرَّات هذا الكون”،
Sesungguhnya Imam memiliki tempat yang terpuji dan kedudukan yang tinggi dan kepemimpinan alam yang tunduk pada kekuasaannya seluruh isi alam semesta.
Kemudian dia juga berkata pada halaman 19 dari kitab tersebut:
“والأئمَّة الذين لا نتصوَّر فيهم السهو أو الغفلة، ونعتقد فيهم الإحاطة بكل ما فيه مصلحة المسلمين”.
Para imam-imam tidak dapat tergambar dibenak kita seandainya mereka itu memiliki sifat lupa ataupun lengah, dan kita meyakini bahwa mereka mengetahui dan meliputi segala sesuatu yang membawa kemaslahatan kaum muslimin.
Dari penjelasan Khumaini di atas, jelaslah bahwa mereka menganggap para Imam mereka maksum tidak pernah lupa ataupun lalai, bahkan alam semesta dan seisinya tunduk pada mereka.
Ungkapan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kebijakan yang diambil oleh Hasan dan Husain –cucu Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam-membaiat Muawiyah bahkan menyerahkan padanya kekuasaan…adalah kebijakan yang benar dan tidak mungkin salah, karena segala tindakan Imam adalah benar dan tidak mungkin dihinggapi kelalaian ataupun lupa, dengan demikian runtuhlah agama Syiah yang mencela Muawiyah karena telah menerima kekuasan dari Hasan yang maksum, bahkan seharusnya mereka mendukung kekhalifahan Muawiyah yang telah diangkat langsung oleh Imam mereka dan dibaiat .
Seandainya mereka mangatakan bahwa menyerahkan kekuasaan dari Hasan ke Muawiyah adalah bentuk ijtihad Hasan, berarti Runtuh pula doktrin mereka bahwa para Imam mereka maksum dan tidak pernah salah maupun lupa, sebab yang namanya ijtihad boleh jadi benar dan boleh jadi salah, dengan demikian segala ijtihad imam mereka tidak boleh diklaim seluruhnya benar apalagi dijadikan sebagai prinsip agama.
Seandainya mereka menyatakan bahwa penyerahan Hasan kepada Muawaiyah adalah bentuk Taqiyyah(sikap berpura-pura) maka konsekwensinya mereka telah menghinakan Imam Hasan yang telah sudi menyerahkan kekuasaan karena takut dan pengecut hanya mementingkan keselamatan dirinya dan keluarganya, rela menjual agama dan menyerahkannya kepada penguasa yang zalim bahkan kafir-menurut mereka.
Mencela Muawiyah sama dengan mencela Umar dan Utsman-radhiallahu a’anhuma
Orang-orang munafik yang mencela Muawiyah, tidak pernah sadar bahwa mencela Muawiyah sama dengan mencela Umar bin Khattab-radhiallahu anhu- yang telah melantiknnya menjadi gubernur di negeri Syam. Tidak pula mereka sadari bahwa mencela Muawiyah sama dengan mencela Utsman bin Affan –radiallahu ‘anhu- yang tetap mempertahankannya menjabat gubernurnya selama pemerintahan Utsman hingga dia terbunuh.
Mencela Muawiyah sama dengan mencela Nabi Muhammad-sallallahu ‘alaiahi wa sallam-.
Lebih dari itu mencela Muawiyah sama dengan mencela Nabi-shallalahu ‘alaihi wa sallam- yang rela menjadikannya sebagai salah seorang penulis wahyu Alqur’an, yang dampaknya boleh saja Muawiyah mengkhianati Rasul dan memutar balikkan penulisan wahyu sebagaimana yang dia kehendaki.
Mencela Muawiyah sama dengan mencela Allah –subhanahu wa ta ala-
Terakhir, mencela Muawiyah sama dengan mencela Allah –subhanahu wa taala – yang diam dan bungkam atas pengangkatan Muawiyah sebagai penulis wahyu kalam-Nya, tidak mengingatkan Nabinya dan tidak menghukumnya.
bersambung insyaallah
Batam,Rabu, 11 Desember 2013 /8 Safar 1435 H
Abu Fairuz Ahmad Ridwan bin Muhammad Yunus