Ya Allah bagiMu segala puji…
Atas cucuran nikmatmu pada zaman kami ini…
Sekiranya orang-orang terdahulu dibangkitkan dari kubur mereka dan melihat gelimang kenikmatan orang sekarang, niscaya mereka akan mengatakan bahwa kita kini hidup dalam surga.
Betapa panas yang mereka rasakan bila datang musim panas, mereka terpaksa harus mengikatkan kantong-kantong air untuk dapat menciptakan kelembaban dalam ruangan rumah-rumah mereka yang hanya terbuat dari tanah yang ditumpuk-tumpukkan. Sebaliknya betapa dingin menusuk tulang apabila musim dingin datang melanda.
Kini tak ada musim dingin ataupun musim panas, seluruhnya dapat disetel semau kita. Pada musim panas orang tinggal menyalakn AC dengan temperatur dingin yang mereka inginkan, maka kesejukan kan memenuhi ruangan. Sebaliknya pada musim dingin mereka tinggal menyalakan pemanas ruangan maka kehangatan kan menjalar keseluruh penjuru.
Apa yang dimiliki Firaun dan Namrud berupa kereta kencana dan kuda-kuda yang tangguh, tak se”kuku”kenikmatan mobil-mobil yang kita miliki, yang mampu kita pacu dengan kecepatan penuh 100-300 km perjam. Dilengkapi dengan Ac,sound yang menggelegar, kursi yang empuk yang dapat berjalan disemua medan dan semua keadaan maupun cuaca.
Kunci-kunci gudang kekayaan Qarun yang diangkat oleh sekelompok orang kuat, kini cukup digantikan dengan kartu-kartu tipis untuk membuka segala ruangan.
Bila qarun kemana-mana harus membawa berkarung-karung mata uang emas dan perak, maka kita cukup dengan selembar kartu ATM yang mudah di selipkan dalam dompet-dompet mungil.
Bila Baginda Sulaiman yang berkendaraan angin mengirim surat ke Ratu Bilqis via burung hud-hud yang memakan waktu beberapa hari, kini dengan jaringan net kita dapat berkirim surat ke seluruh penjuru dunia hanya dalam hitungan detik via berbagai media sosial.
Bila untuk bertatap muka para pendahulu kita harus berjalan berbulan menempuh segala rintangan mara dan bahaya untuk melintas sahara dan lautan, kini hanya dengan satu kali klik di keyboard anda dapat berbicara langsung bertatap muka dengan orang lain di belahan dunia manapun berada.
Ku teringat pengalaman haji ayahanda Syeikh Sulaiman Ruhaili yang ia kisahkan kepada kami sungguh memprihatinkan. Mereka hanya mampu berbekal kurma dijalan.
Bilamana mereka telah menghabiskan buah kurma mereka kan menyimpan biji-bijinya untuk dihisap-hisap kelak manakala buah telah tak bersisa. Setelah habis dihisap biji-biji kurma ini tetap disimpan hingga datang masanya mereka menumbuk halus biji-biji tersebut untuk dicampurkan ke dalam air dan diminum.
Padang pasir yang tandus dan kering serta cuacana dan angin panas tak bersahabat yang menampar wajah-wajah mereka,merupakan tantangan berat untuk melintasinya. Bila sebagian mereka dengan unta-unta kurus menempuh perjalanan beribu mil, ada pula yang hanya bermodal dengkul berjalan tertatih-tatih meretas terjalnya tebing dan tingginya gunung.
Kini anda tinggal menikmati sejuknya ruang tunggu bandara, tatapan manis para pramugari dan pramugara yang menyuguhkan berbagai macam bentuk hidangan lezat baraneka rasa, ditambah dengan varian minuman segar yang anda suka, sambi memejamkan mata sejenak, anda telah tiba di Jeddah, kemudian sambil membuka mata anda pun bertalbiah melihat ka’bah di depan mata.
Tunjukkan daku kemegahan bangunan milik kaum Ad dan Tsamud yang merubah gunung menjadi istana-istana, mohon bandingkan dengan kokohnya TOWER ZAM-ZAM yang berdiri tegak mencakar langit Mekah.
Katakan padaku kehebatan bangsa Qibti dengan piramidanya yang kuat, dan bandingkan dengan gedung Burj Khalifa di Dubai yang tingginya 828 meter dengan 209 tingkat, hingga sampai ke awan.
Bila dahulu para pedagang klasik bersafar ria untuk berjual beli lintas negara, kini mereka hanya sekedar menggerak-gerakkan jari untuk melihat dan mengecek barang selanjutnya bertransaksi ekspor impor barang dagangan lintas negara.
Saudaraku..
Tidakkah dikau bersyukur..?
*renungan diri
————-
Mekkah, 15 Zulqa’dah 1439/28 Juli 2018
Abu Fairuz My