Tidak semua musibah membawa petaka. Apalagi jika musibah tersebut menimpa sang mukmin. Dengan iman kepada takdir ia kan mampu merubah musibah menjadi pahala dan ampunan. Dengan musibah yang menimpanya Allah mengangkat derajatnya.
Jikalah tanpa musibah,tiada kan tertoreh sejarah emas para Nabi dan Rasul. Musibah dicampakkan ke laut dan ditelan paus dalam gelapnya lautan lah yang mengangkat derajat Yunus bin Matta di mata Allah. Petaka itu yang melahirkan kenangan abadi terekam kuat dalam mushaf kita. Rintihan orang yang bersalah dan berdosa:” la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minaz zhalimin”. tiada ilah yang haq di ibadati selainMu tuhan maha suci Engkau sungguh diriku benar-benar termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menzalimi diri”.
* * *
Sore itu kupacu motor membawa istri tercinta ke salah satu swalayan terdekat di kotaku. Swalayan itu cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,karena itulah kami biasa berbelanja di sana.
Setelah mengantar istri,aku berjalan-jalan melihat makanan-makanan,ketela-ketela yang bisa dibawa ke rumah untuk panganan ringan anak-anakku. Ku lihat tidak ada yang menarik untuk dibeli,kalau pun ada hanyalah ketela-ketela yang telah rusak dan tidak utuh lagi.
Tatkala sibuk melihat makanan-makanan itu, kulihat ada tukang siomay lewat di hadapanku dengan motornya. Aku gembira karena kutau betapa istri dan anak-anakku tercinta mencintai makanan ini. Tentulah mereka kan bahagia sekiranya kubelikan untuk mereka makanan kegemaran mereka, toh aku mencari nafkah juga untuk membahagiakan mereka.
Kupacu motorku dengan sedikit ngebut untuk mengejar tukang siomay tersebut. Aku berteriak-teriak memanggil namun ia tak juga berhenti. Terpaksa kupacu lebih kencang motorku untuk menghampirinya.
Setelah memesan siomay tersebut,dan penjual membungkus pesananku, aku di telpon kembali oleh istriku,memberitahukan bahwa ia telah siap belanja dan bergegas untuk pulang. Kusabarkan dirinya karena tinggal satu bungkus lagi yang belum selesai dibungkus.
Setelah membayar dan menggantungkan lima bungkus siomay tersebut, kupacu motorku menuju swalayan, sebenarnya tidak begitu kencang,namun aku dikagetkan dengan pemandangan di hadapanku. Ada motor yang terjatuh melintang,semntara pengemudinya terlempar di sampingnya.
Kini dihadapanku hanya ada dua kemungkinan yang tidak dapat di elakkan, menabrak pengemudi yang terlentang pasrah dihadapan banku,atau menabrak motornya yang berada disampingnya. Tidak ada pilihan yang lebih ringan bahayanya kecuali kuharus tabrakkan motorku ke arah motor yang melintang di jalan itu.” Brak” benturan dahsyat dua benda tidak terelakkan. Aku jatuh tersungkur mencium krikil dan aspal di bahu jalan. Aku tak sadarkan diri.
Ketika siuman ternyata diriku telah berada di rumah sakit dengan wajah dipenuhi perban dan jahitan. Total tiga puluh jahitan telah memenuhi wajahku. Ada beberapa luka yang melintang bawah mataku,di bawah hidungku,bahkan dibibir bagian dalam, tapi semuanya telah terjahit rapi.
Aku tak tau mengekspresikan betapa berantakannya wajahku, penuh luka memar dan lembab. Sempat dalam hatiku terucap”habislah kini reputasiku, niatku berpoligami kandas terempas membentur gunung. Siapa yang mau bersuamikan orang yang wajahnya telah”amburadul”seperti ini. Itulah kata hati yang terungkap.
Subhanallah, alangkah cepatnya segalanya terjadi. Baru saja kurasakan masih dijalan menjinjing bungkusan, kini diriku terkapar tak berdaya dipembaringan rumah sakit ini di dampingi istriku tercinta.
* * *
Musibah yang kuderita cepat tersebar ke mana-mana,termasuk di kalangan ummahat-para murid-muridku yang selalu ku ajar. Esok adalah jadwalku mengajar di salah satu rumah mereka. Dengan musibahku ini,terpaksa kajian kubatalkan dan gantinya para ummahat membezukku dirumah sakit.
Ditengah-tengah mereka ada sesorang jamaahku yang begitu prihatin melihat kondisiku. Dengan kemurahan hatinya ia meng- handle- pengurusan motorku yang lumayan parah kondisnya di salah satu bengkel resmi motor di kotaku. “Insyaalah semua pengurusan motor ustadz biar saya yang menghandle” sebutnya.
Beberapa hari terbaring di rumah, dan ketika luka-lukaku mulai mengering,aku dikejutkan dengan masuknya sms dari salah seorang akhwat jamaahku yang berisikan pertanyaan yang aneh.
“Ustadz setau ana para ustadz berpoligami,bagaimana dengan ustadz ?”.
Sms tersebut ku abaikan dan tidak kutanggapi dengan serius. Namun setelah beberapa saat,sms berikutknya kembali datang menuntutku untuk menjawab apa yang ia tanyakan. Dengan sangat terpaksa,kali ini kubalas sms nya:” afwan ana belum siap”. Itu jawabanku.
Selang beberapa saat, ia kembali mengirimiku sms barunya:” apanya yang belum siap ustadz ?”.
Aku biarkan sms itu beberapa saat. Untuk memutuskan kominikasi tersebut kukirimi ia sms,semoga menjadi sms terakhir menurutku:” banyak hal !!” Jawabku via sms.
Selang beberapa saat ia kembali mengirimiku sms:” jikalah masalahnya dengan nafkah dan rumah, alhamdulillah ana dah punya rumah,jikalah masalahnya karena nafkah insyaallah saya tidak meminta nafkah dari ustadz dan tidak mengurangi uang belanja istri ustad, yang jelas ana siap menjadi istri antum kedua dan tidak menyusahkan antum”.
* * *
Sms terakhir itu kuceritakan pada istriku dan kuminta ia menanggapinya. “Coba Mas cari info tentangnya”. Jawab istriku.
Subhanallah, istriku tidak marah sebagaimana banyak wanita yang “mencak-mencak”ketika mendengar suaminya mau menikah lagi. Bahkan tidak sedikit yang langsung minta diceraikan dan membuat keributan.
Tapi tidak istriku,sungguh ia mengerti kodratnya dan mengerti syariat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ia mengetahui bahwa suaminya bukanlah miliknya, tapi milik Allah, ia tau betapa banyak saudari-saudarinya yang juga ingin merasakan apa yang ia rasakan, dipanggil “ummi ” oleh anak-anaknya, disebut “istri” oleh suami dan manusia.
Ia mengetahui betapa banyaknya gadis-gadis dan para janda yang menunggu sang pangeran tak kunjung datang.
La haula wala quwwata illa billahi…
Alangkah tercelanya ummat yang mengaku beragama Muhammad,tapi memerangi syariat poligami yang dibawa dan dicontohkan olehnya maupun sahabat-sahabatnya !!.
Subhanallah…
Alangkah besarnya musibah yang menimpa ummat ini ketika mereka “membebek” menjadi pengekor ummat-ummat yang dimurkai Allah dan yang tersesat dari Yahudi maupun Nashara. Penentang syariat Allah dan Rasulnya,pendukung setia ideologi kuffar orang-orang Eropa atas nama “gender” dan “emansipasi” wanita!!.
Tidakkah mata mereka “terbelalak” melihat musibah dahsyat berupa kerusakan moral dan hancurnya tatanan sosial masyarakat Barat disebabkan syahwat haram tanpa kendali?
Betapa dahsyatnya prostitusi,anak-anak “haram jadah”yang terlahir tak ber-ayah, virus HIV dan AIDS yang membinasakan, semua terjadi tatkala mereka mengharamkan poligami dan menghalalkan prostitusi.
Sungguh aneh negeri-negeri muslim yang “mengekor” mereka menuju jurang kehancuran hidup layaknya binatang.
Alangkah terkutuknya negeri yang menganggap poligami sesuai konsep Islam adalah tindakan kriminal dan kejahatan atas wanita,sementara eksploitasi wanita,pelecehan terhadap wanita dengan menjadikan mereka hanyalah”gundik-gundik simpanan” para pejabat dan konglomerat dianggap hal yang wajar dan sesuai dengan tuntutan zaman.
Alangkah celakanya negeri yang mempersulit poligami sesuai syariat dengan segala persyaratan batil sehingga membuka sebesar-besarnya pintu “perselingkuhan ” dan “perzinahan”…
Hanya kepada Allah kita mengadu.
* * *
Setelah beberapa saat lukaku semangkin membaik,aku dan istriku pergi berkunjung resmi ke tempat wanita jamaahku tersebut. Ternyata ialah yang telah membantu mengurus motorku dan begitu memperhatikanku.
Proses ” nazhar” berjalan dengan lancar,sungguh istriku yang tercinta, menyerahkan segala keputusan kepadaku. Setelah memperhatikan dan mempertimbangkan segalanya dengan matang, kusunting ia dengan keridhoan istriku.
Kini kehidupan rumah tanggaku semangkin terasa lebih indah dari sebelumnya. Sungguh kedua istriku begitu pandai dan bijak berlomba-lomba mencari keridhoanku. Lebih mengagumkan lagi, betapa keduanya begitu akrab,saling mengerti dan memahami,saling berbagi dan saling menyayangi.
Semoga Allah menjaga keutuhan dan kebahagian rumah tangga kami selamanya dan menjadikan keduanya kelak sebagai istri-istriku di surga dengan iman dan amal sholeh serta rahmatNya semata. Amin ya Rabbi.
Dan semoga Allah menyadarkan kaum muslimah tentang persepsi mereka yang salah terhadap poligami-syariat Allah yang terzalimi-. Membuka hati-hati mereka untuk senantiasa ridho berbagi suami dengan saudari-saudari mereka lainnya.
Inilah kisahku,semoga bermanfaat dan menjadi ibrah bagi siapa saja yang membacanya dan mendoakanku serta seluruh kaum muslimin agar senantiasa dalam kebahagian dan rahmat Allah, mengokohkan ikatan pernikahan mereka,memperbaiki keadaan mereka, dan memberi taufik bagi mereka untuk hidup bahagia dengan syariat Allah.
Semoga shalawat dan salam tercurah selalu kepada baginda Nabi,para istri dan keluarga beliau,para sahabat dan tabi in hingga hari kemudian.
*kisah nyata dari seorang sahabat yang dikisahkan kembali dengan bahasa bebas.
Trawas-Mojokerto, 27 Syawwal 1436 h/12 Agustus 2015 m.
Abu Fairuz