Terlaknatlah anda wahai para pencela sahabat

Mukaddimah

Khatib Al-Baghdadi dalam kitab Aljami baina Adab Ar-rawi wa as-sami’ meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda:”

إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أو الْبِدَعُ , وَسُبَّ أَصْحَابِي , فَعَلَى الْعَالِمِ أَنْ يُظْهِرَ عِلْمَهُ , فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ , وَالْمَلاَئِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا ، وَلاَ عَدْلاً.) (أخرجه الخطيب فى الجامع بين أداب الراوى والسّامع )

“Apabila timbul fitnah atau bid’ah, dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui mengenai kesesatan Syi’ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima oleh Alloh”.

Sejak bumi ini terkembang, tidak pernah ada sepanjang zaman manusia –manusia pilihan yang dapat menyamai keutamaan para sahabat Rasulullah –shalallallahu ‘alaihi wa sallam-. Betapa tidak, lihatlah bagaimana semerbaknya nama mereka disanjung dan dipuji Allah dan RasulNya di dalam Alquran maupun sunnah Nabi-shalallalhu ‘alaihi wa sallam-.
Jikalah anda, akan merasa bangga dan tersanjung tatkala mendapatkan pujian dari kepala negara, bagaimana lagi jika yang memuji anda adalah” Raja- diraja”, yang tunduk dibawah kekuasaanNya segala raja dunia.

Namun, sungguh aneh tatkala ada orang-orang yang mengaku sebagai pengikut setia Rasulullah, pembawa panji ASWAJA, perekat ummat, tetapi tidak pernah berhenti dari mencela sebagian sahabat-sahabat Nabi kita, menuding, melecehkan dan menyumpah serapah mereka .

Tatkala kita beribadah kepada Allah dengan meyebutkan kebaikan para sahabat ,mendoakan agar keridhoaan Allah senantiasa tercurah pada mereka, sebaliknya tokoh-tokoh sesat yang lebih layak disebut sebagai ”perampok agama” ini beribadah kepada Allah-menurut mereka-dengan mencaci maki para sahabat Nabi.

Kalau saja sahabat Nabi -orang badui yang kencing disudut masjid- saja haram mereka cela,bagaimana pula tatkala “peluru dan senjata” hujatan dan caci maki mereka di arahkan kepada orang-orang yang paling berjasa dalam Islam, semisal Abu Bakar dan Umar, dan kedua putri mereka yang keduanya adalah merupakan istri-istri tercinta Rasulullah di dunia dan akhirat.

Sungguh berani ”penyusup” ke dalam barisan ASWAJA, berjalan dan berleluasa di masjid-masjid kita, melontarkan kata kotornya di negeri Ahlus sunnah, bahwa Aisyah -Ummul mukminin- adalah “pemberontak” dan “pembangkang” sementara mulut kotornya menyebut Muawiyah- yang merupakan khalul mukminin (paman bagi orang mukminin), dan Raja terbaik dalam Islam sepanjang zaman- dengan gelar “haus, tamak dan rakus terhadap kekuasaan”. Inna lillahi wa inna ilahi Rajiun.

Mendidih rasanya darah ini tatkala ”orang busuk” seperti ini di import ke daerah kita oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab-dari belakang layar- hanya untuk mencela dakwah sunnah dan para salafus saleh, yang dengan bangganya mengatakan: ”saya syiah, Abu bakar syiah, Umar syiah dan kita semua adalah syiah…”, padahal pendiri Aswaja saja telah memfatwakan sesatnya Syiah, dan haramnya mengikuti mereka.

Kalaulah para sahabat saja tidak selamat dari kejahatan lidahnya, bagaimana lagi dengan imam Bukhari-rahimahullah-penulis kitab Sahihnya, yang habis jadi bual-bualan dan pelecehan orang “dungu” ini dengan ungkapan bahwa dalam kitab sahihnya terdapat beratus hadis dhaif.

Apakah orang “sesumbar” seperti ini layak dijadikan sebagai nara sumber dalam agama, yang setiap majlisnya dihiasi dengan kesombongan diri,yang mendakwakan dirinya hafal sekian ribu hadis dengan sanadnya… ???
Perumpamaan “Provokator” yang selalu memuji diri ini dan para ulama yang dia cela seperti Imam Bukhari-Hafiz ad-dunya- ataupun Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani bagaikan perumpamaan bait sya’ir yang berbunyi:
يا ناطح الجبل العالي ليكلمه
أشفق على الرأس لا تشفق على الجبل
كناطح صخرة يوما ليوهنها
فلم يضرها وأوهى قرنه الوعل
Wahai orang yang coba menanduk gunung yang menjulang untuk melubanginya
Kasihani kepalamu jangan pernah kasihani gunung itu
Perumpamaanmu bagaikan domba yang ingin menanduk batu cadas untuk melemahkannya
Ternyata cadas tak bergeming, bahkan tanduknya jadi hancur

Diamnya salafiyyun, bukan karena kami pengecut, “wahai pecundang” , tetapi perumpaman kami dengan kalian bagaikan perumpamaan ucapan penyair:
قالوا سكت وقد خوصمت قلت لهم .. إن الجواب لباب الشر مفتاح
والصمت عن جاهل أو أحمق شرف .. وفيه أيضا لصون العرض إصلاح
أما ترى الأسْد تُخشى وهي صامته؟.. والكلب يـُخسَا لعمري وهو نباح

Mereka berkata kenapa engkau diam padahal engkau telah didebat??…maka aku katakan…sesungguhnya menjawab debatmu itu adalah kunci pembuka pintu kejelekan.
Diam terhadap orang jahil atau orang dungu adalah kemulian…juga padanya upaya untuk menjaga kehormatan diri
Tidakkah engkau melihat singa itu ditakuti padahal dia diam?..sementara anjing dibungkam-aku bersumpah demi Allah-padahal dia menyalak-nyalak.

KH. Hasyim Al-Asyari dan Syiah

Jauh-jauh hari sebelum Khomeini mencuci otak pemuda-pemuda kita di Iran dan melalui mereka mengexport revolusi Syi’ahnya ke Indonesia, KH Hasyim Asy’ari (pendiri N.U.) ketika menbuat Qanun Asasi Li Jam’iyah Nahdlatul Ulama, beliau sudah mewanti-wanti agar kaum …Nahdliyyin berpegang teguh dengan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali) serta waspada dan tidak mengikuti Madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah. Hal mana karena keduanya adalah Ahli Bid’ah.

Dalam halaman 7 (tujuh) Qanun Asasi tersebut beliau menyampaikan Hadits Rosulillah SAW, yang berbunyi:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أو الْبِدَعُ , وَسُبَّ أَصْحَابِي , فَعَلَى الْعَالِمِ أَنْ يُظْهِرَ عِلْمَهُ , فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ , وَالْمَلاَئِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا ، وَلاَ عَدْلاً.) (أخرجه الخطيب فى الجامع بين أداب الراوى والسّامع )

“Apabila timbul fitnah atau Bid’ah, dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui mengenai kesesatan Syi’ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima oleh Alloh”.

Kemudian di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasai tersebut beliau juga berfatwa, bahwa Madzhab yang paling benar dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (keempatnya Ahlussunnah Wal Jamaah).

Selanjutnya beliau berkata; “Selain empat Madzhab tersebut juga ada lagi Madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah, tapi keduanya adalah Ahli Bid’ah, tidak boleh mengikuti atau berpegangan dengan kata kata mereka”.

Adapun mengenai Assawadul A’dhom (golongan terbanyak) sebagai tanda golongan yang selamat dan akan masuk Surga, maka di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasi tersebut, KH Hasyim Asy’ari telah mengutib sabda Rosululloh SAW. sbb:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَم.
“Ikutlah kalian kepada Assawadul A’dhom (Golongan terbanyak)”
Menanggapi Hadits Assawadul A’dhom tersebut, KH Hasyim Asy’ari berfatwa; “Karena fakta membuktikan bahwa empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (kesemuanya Ahlussunnah Wal Jamaah) tersebut merupakan Madzhab yang paling banyak pengikutnya, maka barang siapa mengikuti Madzhab empat tersebut berarti mengikuti Assawadul A’dhom dan siapa saja keluar dari empat Madzhab tersebut, berarti telah keluar dari Assawadul A’dhom ”.

Dengan adanya fatwa fatwa tersebut diatas, jelas bagi kita bahwa KH. Hasyim Asy’ari sudah berusaha agar kaum Nahdiyyin berpegang teguh dengan empat Madzhab Ahlussunnah serta waspada dan tidak sampai terpengaruh dengan propaganda Syi’ah.(http://nuyangasli.blogspot.com/2012/02/khhasyim-asy-ari-tentang-syiah.html)

Sahabat dan pujian Allah terhadap mereka

Berikut ini akan saya sebutkan sejumlah ayat yang menunjukkan kemulian sahabat, keadilan mereka dan rekomendasi Allah atas mereka.
Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. QS: Albaqarah: 143

Makna kata “وسطاً”yang berarti adil dan pilihan, ditujukan kepada para sahabat yang bersama Rasulullah di kala itu, karena untuk merekalah ayat ini di tujukan disebabkan mereka umat Islam pertama. Konsekwensi “adil”nya mereka berdampak bahwa apa yang mereka sampaikan dari Nabi adalah kebenaran dan mustahil mereka berdusta atas nama Nabi, karena itu riwayat mereka wajib di terima.

Firman Allah ta ala:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.QS: Al-Imran: 110

Ayat ini secara global menjelaskan keutamaan kaum muslimin sepanjang zaman dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar yang mereka lakukan. Generasi yang pertama kali masuk dalam ayat ini adalah rombongan sahabat Nabi sebagai kaum mukminin pertama dalam Islam. Konsekwesinya logisnya menunjukkan bahwa tidak akan mungkin mereka menjadi umat yang termulia jikalah mereka orang yang cacat pribadinya.

Firman Allah ta’ala:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.QS: Al-Anfal: 74.

Ayat ini menunjukkan keutamaan kaum muhajirin dan kaum anshar yang mereka semua rela berjihad di jalan Allah, dan mendapatkan pujian dengan “orang beriman yang sebenar-benarnya” dan dijanjikan Allah untuk mereka ampunan dan karunia dari Nya. Maka konsekwensinya,siapa saja yang menodai kehormatan mereka sama dengan mendustakan Allah yang merekomendasi mereka.

Fiman Allah ta’ala:
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.QS: At-Taubah:100

Ayat di atas adalah jaminan bahwa kaum muhajirin dan Anshar telah mendapatkan kehormatan status ”diridhoi Allah’ dan dijanjikan surga, maka … layakkah membenci dan mencela ahli surga yang dicintai Allah, menolak berita dan kesaksian dari mereka tentang riwayat hadis yang mereka dengar dari Rasulullah ??
Allah berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا (١٨)
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi Balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)QS: Alfath: 18

Siapakah orang-orang beriman yang telah mendapatkan keridhoan Allah di atas kalau bukan para sahabat yang membaiat Nabi untuk setia dan patuh berperang hingga tetes darah terakhir demi membela darah utsman yang mereka kira telah terbunuh? Bukankan diantara mereka ada Abu Bakar dan Umar yang sangat dicela oleh orang munafik kaum Rafidah?bukankah musuh Allah siapa saja yang membenci orang-orang yang diridhoi Allah??
Allah berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (٢٩)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud,Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. QS: Alfath:29

Siapakah yang dimaksudkan dengan “orang-orang” yang bersama Nabi: apakah Khumaini, dan para pengikutnya?? Ataukah da’i-da’i alumnus hauzat dari Khom Iran dan para antek-anteknya –seperti da’i yang di “impor” dari tanah seberang itu… yang kaya caci maki dan miskin ilmu -yang berselubung dibalik” selimut “ASWAJA di negeri kita ini??dengan selogan mereka “pecinta Ahlu bait”??

Ataukah ayat di atas ditujukan kepada seluruh sahabat yang bertemu Rasulullah dan beriman dengannya, seperti khulafa’ur rasyidin, Abu Hurairah, Abu Bakrah, Muawiyah bin Abu Sufyan, apalagi yang ibunda Aisyah –kekasih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-??

Sahabat dan pujian Rasulullah terhadap mereka

Seluruh sahabat adalah údul(terpercaya) dengan kesepakan kaum muslimin kecuali ahul bid’ah semisal Rafidhah, khawarij, maupun mu’tazilah. Karena itulah seluruh riwayat yang datang dari mereka dengan jalan sanad yang sahih hingga sampai ke Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-wajib dibenarkan dan menjadi hujjah. Ke ‘udul’an mereka telah direkomendasikan langsung oleh Rasulullah dalam sabda beliau pada waktu haji wada’ sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari jalur perawi Abu Bakrah:
ألا ليبلغ الشاهد منكم الغائب . البخاري (1/31) و مسلم (3/1306)
Ketahuilah, hendaklah orang yang hadir diantara kalian(ditempat ini) menyampaikan kepada yang tidak hadir. HR. Bukhari dan Muslim

Maksud hadis di atas, seandainya para sahabat itu pendusta dan penghianat, maka mustahil Rasulullah perintahkan mereka untuk menyampaikan riwayat hadis beliau kepada orang-orang yang tidak ikut haji bersama Rasulullah.
Kalaupun Rasulullah tidak mengetahui penghianatan mereka, bukankah Allah maha mengetahui segala sesuatu dan mampu memberitahukan kepada Nabinya bahwa, Abu bakar,Umar, Abu Hurairah, Abu Bakrah, Muawiyah dst..adalah penghianat, sebagaimana Allah beritahukan kepada Nabinya nama orang-orang Munafik bahkan permalukan mereka dengan surat” Al-Munafiqun” yang dibaca sepanjang zaman??.

Diantara keutamaan sahabat lainnya,Rasulullah bersabada:
خير أمتي قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم.(رواه البخاري(2/287-288) ومسلم(4/1964)
Sebaik-baik umatku adalah orang yang hidup sezaman denganku(para sahabat), kemudian orang-orang yang datang setelah mereka(para tabi’in) dan kemudian orang-orang yang datang setelah mereka(tabi’ tabiin). HR. Bukhari dan Muslim.
Layakkah ummat terbaik, menurut persaksian Nabi dikatakan berkhianat, ditolak riwayatnya, dikatakan” pembual”seperti ungkapan mereka terhadap Abu Hurairah??

Rasulullah bersabda dalam hadis yang dikeluarkan Imam Bukhari dari jalur Abu Said Alkhudri:
لا تسبوا أصحابي فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهباً ما بلغ مد أحدهم ولا نصيفه . رواه البخاري(2/292)
Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku, kalaulah seandainya kalian berinfaq(shadaqah) dengan sebesar gunung Uhud dalam bentuk emas, niscaya kalian tidak akan pernah dapat menyamai infak satu mud dari tangan mereka bahkan tidak pula setengahnya. HR. Bukhari.

Maka apakah benar, dakwaan mereka yang mengaku mencintai Rasulullah, tetapi mencela sahabat-sahabatnya, mengakui mencinti ahlu bait, tetapi pada hakikatnya melecehkan kehormatan mereka, karena diatara sahabat yang mereka laknat, adalah mertua Rasulullah-seperti Abu Bakr dan Umar-Istri Rasulullah-seperti Hafsah dan Aisyah- menantu Rasulullah-seperti Usman bin Affan- ipar Rasulullah-seperti Muawiyah bin Abu Sufyan, bahkan pada hakikatnya mereka mencela Ali bin Abu Thalib yang telah rela menikahkan putrinya Ummu Kultsum kepada Umar bin Khattab yang mereka kafirkan.

Keadilan para sahabat dan Ijma kaum Muslimin

Telah sepakat kaum muslimin dalam menilai para sahabat bahwa mereka seluruhnya adalah orang-orang yang terpercaya tanpa terkecuali, baik para sahabat yang terbawa-bawa dalam fitnah peperangan antara mereka ataupun tidak.
Hal ini berdasarkan rekomendasi dari Allah dan RasulNya, atas pengorbanan mereka untuk memperjuangkan Islam dengan segala harta dan darah mereka. Betapa jasa-jasa mereka tidak terhingga terhadap Islam, sebab merekalah yang telah menyebarkan hidayah ke seluruh penjuru dunia.

Betapa mulianya mereka, karena itulah Allah anugerahkan atas mereka nikmat yang tidak dimiliki oleh manusia manapun yang datang setelah mereka; yaitu berjumpa dan melihat Rasulullah; berjuang bersamanya; bersimpuh didepan majlisnya; menjadi murid-murid setianya; mengetahui sebab wahyu turun; bahkan turut menyaksikan jibril-sang pembawa wahyu- dari Allah di tengah-tengah mereka.

Merekalah yang paling dalam ilmunya, paling faham dengan nash-nash agama, dengan kefasihan mereka,denga itu menjamin pemahaman mereka untuk meniti jalan yang lurus dan tidak menyimpang.

Berkata Ibnu Abdul bar dalam kitabnya ‘Al-Isti’ab hasyiah terhadap kitab Al-Ishabah(juz 1 hlm 8:
و نحن وإن كان الصحابة رضي الله عنهم قد كفينا البحث عن أحوالهم لإجماع أهل الحق من المسلمين و هم أهل السنة والجماعة على أنهم كلهم عدول فواجب الوقوف على أسمائهم..
Dan kami –walaupun para sahabat-semoga Allah meridhoi mereka seluruhnya-telah cukup bagi kita untuk tidak menyibukkan diri membahas tentang keadaan mereka karena telah tegknya ijma para pengikut kebenaran dari kaum muslimin yaitu ahlus sunnah wal jama’ah yang menyarakan bahwa mereka(para sahabat) adalah adil, namun kita wajib pula untuk mengetahui nama-nama mereka…

Berkata Alhafiz ibnu Hajar dalam kitab Al-Ishabah juz 1 hlm. 17:
اتفق أهل السنة على أن الجميع – أي الصحابة – عدول و لم يخالف ذلك إلا شذوذ من المبتدعة
Sepakat Ahlus sunnah bahwa seluruh sahabat adalah terpercaya dan tidak ada yang menyelisihi hal ini kecuali orang-orang yang nyempal dari golongan Ahli bid’ah.

Mazhab sempalan ahli bida’ah yang mencela para sahabat

Konsensus para ulama tentang terpercayanya para sahabat Nabi diingkari oleh sekte sempalan dalam Islam yang telah mengoyak-ngoyak ijma ummat ini, siapakah mereka?

Pertama:sekte Syiah Rafidhah

Mereka menganggap sesat seluruh orangyang tidak meyakini Nabi telah menuliskan wasiat kepada Ali untuk menjadi pengganti beliau setelah wafat, mereka menganggap bahwa seluruh sahabat telah murtad dan celaka setelah wafatnya Nabi kecuali segelintir kecil dari mereka yang dapat dihitung jari, karena mereka tidak membaiat Ali sebagai khalifah setelah Nabi. Lihatlah hal ini dalam kitab-kitab mereka seperti kitab Raudhah min al kafi, karya Alkulaini dst.
Kedua: mazhab mu’tazilah

Adapun Mu’tazilah, mereka berselisih pendapat mengenai keadilan para sahabat menjadi tiga pandangan:
– kelompok yang menyatakan bahwa seluruh sahabat terpercaya kecuali yang memerangi Ali bin Abi Thalib yang teremar keadilan mereka, seperti Az-Zubair, Thalhah dan Aisyah.(lihat Almaqalat al Ilamiyyin juz 2 hlm 145 dan kitab Alfarqu baina Firaq hlm, 120-121)
-pendapat Washil bin Atha yang mengatakan tercemarnya keadilan salah satu dari dua kubu sahabat yang bertikai pada perang Jamal dan Shiffih, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti siapa yang salah dalam hal ini, karena itulah dia menolak seluruh riwayat sahabat yang turut dalam peperangan itu. Bahkan dia berkata akan menolak kesaksian sahabat seperti Aisyah, Ali, Tholhah dalam perkara kecil yaitu dalam persaksian jual beli sayur mayur(lihat Al-Milal dan Al-Mihal juz 1 hlm: 49, juga Mizan I’tidal juz 4. 329 dan Alfarqu bain al firaq hlm 120)
– pendapat Amru bin Ubaid yang menyatakan bahwa seluruh pasukan yang terlibat perang telah fasiq dan tidak boleh diterima kesaksian mereka(lihat alfarqu baina Alfiraq hlm. 121, dan al milal wa an-nihal juz 1 hlm: 49.

Ketiga:perkataan Abul Husain Al-Qattaan dari ulama syafiiyyah, bahwa para sahabat Nabi harus diteliti satu persatu kondisi mereka sebagaimana para perawi yang datang setelah mereka.(lihat Fathul Mugits karya As-Sakhawi juz 2hlm 112, al Ihkam fi Usul Al-Ahkam karya Al-Amidi juz 1.hlm. 247

Keempat: pendapat Al-Maziri dari ulama Malikiyah sebagaimana disebutkan Ibnu Hajar dalam Al-Ishabah juz 1 hlm:19: keadilan para sahabat hanyalah berlaku terhadap mereka yang senantiasa mengirini Nabi bukan sekedar pernah melihatnya atau mendatanginya sejenak, dan ini adalah

Semua pendapat yang menyempal di atas di tolak dan menyelisihi ijma kaum muslimin dari zaman ke zaman. Anehnya pendapat-pendapat “nyeleneh” ini yang sekarang gencar di suarakan oleh orang-orang munafik ummat ini untuk meruntuhkan bangunan sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Ciri-ciri ahlus sunnah sejati dalam menyikapi para sahabat

Berkata Ibnu Taimiyah-rahimahullah- dalam karyanya aqidah al-wasitiyyah:
وَيَتَبَرَّءُونَ مِنْ طَرِيقَةِ الرَّوَافِضِ الَّذِينَ يُبْغِضُونَ الصَّحَابَةَ وَيَسُبُّونَهُمْ .
وَطَرِيقَةِ النَّوَاصِبِ الَّذِينَ يُؤْذُونَ أَهْلَ الْبَيْتِ بِقَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ .
وَيُمْسِكُونَ عَمَّا شَجَرَ بَيْنَ الصَّحَابَةِ ، وَيَقُولُونَ : إِنَّ هَذِهِ الْآثَارَ الْمَرْوِيَّةَ فِي مَسَاوِيهِمْ مِنْهَا مَا هُوَ كَذِبٌ ، وَمِنْهَا مَا قَدْ زِيدَ فِيهِ وَنُقِصَ وَغُيِّرَ عَنْ وَجْهِهِ ، وَالصَّحِيحُ مِنْهُ هُمْ فِيهِ مَعْذُورُونَ : إِمَّا مُجْتَهِدُونَ مُصِيبُونَ ، وَإِمَّا مُجْتَهِدُونَ مُخْطِئُونَ .
وَهُمْ مَعَ ذَلِكَ لَا يَعْتَقِدُونَ أَنَّ كُلَّ وَاحِدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ مَعْصُومٌ عَنْ كَبَائِرِ الْإِثْمِ وَصَغَائِرِهِ ، بَلْ يَجُوزُ عَلَيْهِمُ الذُّنُوبُ فِي الْجُمْلَةِ .
وَلَهُمْ مِنَ السَّوَابِقِ وَالْفَضَائِلِ مَا يُوجِبُ مَغْفِرَةَ مَا يَصْدُرُ مِنْهُمْ إِنْ صَدَرَ ، حَتَّى إِنَّهُمْ يُغْفَرُ لَهُمْ مِنَ السَّيِّئَاتِ مَا لَا يُغْفَرُ لِمَنْ بَعْدَهُمْ ؛ لِأَنَّ لَهُمْ مِنَ الْحَسَنَاتِ الَّتِي تَمْحُو السَّيِّئَاتِ مَا لَيْسَ لِمَنْ بَعْدَهُمْ .
Mereka(ahlus sunnah) berlepas diri dari jalan sekte Rawafidh(Syiah) yang membenci para sahabat dan mencela mereka. Juga berlepas diri dari jalan sekte Nawashib(khawarij) yang mencela Ahlul Bait dengan perkataan dan amalan. Mereka menahan diri (tidak ikut -ikutan)dengan apa yang terjadi antara sahabat, mereka berkata: Sesungguhnya seluruh atsar yang diriwayatkan yang berisikan celaan terhadap mereka, diantaranya adalah riwayat yang dusta, diantaranya ada yang ditambah-tambahi atau dikurang-kurangi dari aslinya, kalaupun ada riwayat yang sahih( tentang celaan pada mereka), sesungguhnya mereka lakukan dengan ijtihad yang boleh jadi mereka benar, dan boleh jadi mereka salah.
Meskipun demikian mereka(ahlu sunnah) tidak pernah berkeyakinan bahwa para sahbat maksum dari dosa besar maupun dosa kecil, mereka boleh saja tergelincir melakukan dosa-dosa, tetapi mereka memiliki keutamaan dan kemuliaan yang membuat mereka layak mendapatkan ampunan Allah dari kesalahan yang mereka lakukan, bahkan kesalahan yang mereka lakukkan benar-benar akan diampuni, tidak sebagaimana yang terjadi dengan orang-orang yang datang setelah mereka, karena mereka memiliki kebaikan-kebaikan yang menghapuskan dosa-dosa mereka, dan hal ini tidak terjadi dengan orang-orang yang datang setelah mereka.

Penutup

Ya Allah..sesungguhnya kami berlepas diri dari setiap pencela Sahabat Nabimu, dan Saksikanlah bahwa kami memusuhi mereka dan menjadikan “kebencian ini”sebagai bentuk ibadah padaMu.
Semoga salawat dan salam senantiasa tercurah atas Rasulullah-shallallah a’alaihi wa sallam-para ahlu baitnya, para istri-istrinya, dan seluruh sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.

Batam, Senin, 16 Desember 2013 /12 Safar 1435 H

Abu Fairuz Ahmad Ridwan Muhammad Yunus