⚾Biarlah kehilangan segalanya selama tidak kehilangan Allah⚾
Bagaikan ombak yang bergulung-gulung mencecar tepian pantai, demikian juga ujian yang datang menghampiri manusia. Tiada pantai tak berombak dan tiada hidup tanpa ujian. Begitulah ketetapan Yang Maha Kuasa untuk mengangkat derajat hamba-hambaNya dan menghapus dosa-dosanya.
Pengembaraan lelaki itu mengenal Sunnah, berujung penderitaan yang ia rasakan dikucilkan manusia, masyarakat bahkan anak dan istrinya sendiri.
Bila dulu ia dijadikan panutan dalam beragama, kini ia ditentang karena meninggalkan cara beragama masyarakat.
Hanya karena tidak mau mengamalkan amalan yang tidak berdalil…ia harus rela kehilangan anak-anak dan istrinya.
Berbagai tuduhan sinis dialamatkan padanya. Dituduh pengikut paham Islam radikal, pendukung teroris dan pengacau dan pemberontak, membuat dirinya benar-benar terasing dan diasingkan, dibuang dan dicampakkan dari komunitas kerabat dan keluarganya.
Seluruh harta kekayaan yang dimilikinya, habis diambil dan dijual anak istrinya. Ia dipaksa meninggalkan rumah dan kampung halaman tanpa membawa apaun juga. Terpaksa ia terbuang dan hidup terlunta-lunta.
Lebih setahun penderitaaan dan kegetiran hidup ia rasakan sendiri hampir-hampir membuat dirinya binasa dalam kesedihan. Syukurlah Allah Yang Maha Pengasih tetap memberikan padanya ketegaran di atas jalan sunnah sekalipun pahit piala penderitaan yang harus ia tenggak.
Semboyan hidupnya “biarlah aku kehilangan segalanya selama tidak kehilangan Allah, biarlah aku dibuang manusia selama tidak dibuang Allah”.
Kini telah tujuh tahun ia hidup sendiri tanpa keluarga. Tiap kali berusaha menghubungi anak-anaknya seketika nompr hp nya diblok agar tidak lagi dapat menghubungi mereka.
Besar tekatnya untuk menjenguk anak-istrinya, melampiaskan rindunya kepada buah hati dan darah dagingnya, namun semua alamat lama telah berubah. Semua aset miliknya yang berbentuk rumah tempat tinggal telah pula dijual. Haram baginya untuk berhubungan dengan mereka. Karena mereka menganggapnya virus berbahaya dan mematikan.
Kini kesedihan yang ia rasakan telah sirna berganti dengan semangat yang bergelora untuk memperjuangkan Islam. Tanpa ia sadari ternyata dirinya masih memiliki tabungan kerja yang berjumlah lumayan besar yang didapatkannya setelah beberapa tahun berhenti bekerja.
Semangatnya berinfaq yang begitu menggelora’ membuat kita begitu terkagum-kagum dan merasa kerdil di hadapan pengorbanannya.
Dalam kesendiriannya,ia hanya berharap semoga kelak Allah akan gantikan baginya istri sholehah dan anak-anak sholeh yang mampu membahagiakan dirinya di masa tua.
Semoga Allah menjaganya selalu dalam Sunnah, mempertemukannya kembali dengan orang-orang yan dicintainya. Amin.
Bandara Minang Kabau, 2 Ramadhan 1436 h/19 Juni 2015.
Abu Fairuz.