Cinta kan melahirkan rindu pada sang kekasih.
Rindu kan melahirkan sebutan, dan sebutan kan melahirkan desah dan tangis.
Kecintaan Ya’qub pad Yusuf yang menghilang dari pelupuk mata bertahun-tahun tak sanggup membendung desahan dan rintihannya yang terlahir dalam bentuk ucapan ”وا أسفا على يوسف” “duhai alangkah kasihan nasibmu Yusuf…”.
Rindu pada sang kekasih kan melahirkan kesedihan yang membuat raga sakit, selera makan menghilang dan badan mengurus.
Kerinduan Ya’qub membuat ia dalam kesedihan yang panjang, desahan dan rintihan yang akhirnya membuat airmata tak henti mengalir dan membutakan kedua matanya. “وابيضت عيناه من الحزن فهو كظيم” matanya menjadi buta karena kesedihan yang ia pendam.
Dalam hidup ini membersamai selalu kekasih hati dengan raga adalah hal yang mustahil, karena kenaifan manusia, kesibukan, pekerjaan, dan aktifitas yang begitu banyak.
Nabi kita saja yang begitu mendalam cintanya pada bunda kita Aisyah, harus siap berpisah dengan sang kekasih, berhari berminggu bahkan berbulan disebabkan perjalanan jihad dan dakwah.
Berpisah raga itu sudah menjadi konsekuensi hidup, tetapi kebersamaan sang kekasih dalam hati bisa melekat selamanya tak mau berpisah meski raga telah hancur berkalang tanah.
Bila kau merasa sunyi dalam kesendirianmu, lihatlah ke langit yang biru, dan rasakan bumi tempatmu berpijak, pandang hangatnya sinar matahari yang menyinarimu, dan lembutnya desiran bayu yang menerpamu, kemudian katakan: “duhai kekasih, memang raga kita terpisah dimensi ruang dan waktu, namun kumampu mengobati rinduku padamu karena ku yakin bahwa kita masih menginjak bumi yang sama, dipayungi birunya langit yang sama, merasakan bias sinar mentari yang sama dan kelembutan desiran angin yang sama”.
Sah saja bila kau katakan: ”kekasih…cintaku padamu abadi tak terhalang dimensi ruang dan waktu, selamanya bersama keabadian itu sendiri. Maafkan bila sejujurnya aku tak kan mampu melupakanmu, meski gugusan hari-hari datang silih berganti, bulan dan tahun mengerogoti umur, ku kan selalu merindukanmu selamanya”.
Di surga jua tempat abadi berkumpul semua orang beriman dengan istri dan anak cucunya, dan rombongan orang-orang yang dia kasihi, dari para nabi, shiddiqin, syuhada dan solihin.
والذين آمنوا واتبعتهم ذرياتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم
“Dan orang-orang yang beriman dan turut diikuti anak keturunannya dengan keimanan, niscaya akan kami kumpulkan mereka semua (di surga).
——————-
Solo, 21 Jumadil Akhir 1444/ 14 Jan 2023
Abu Fairuz My