Meski Tak Setenar Joni

Negeri ini dibangun, dimerdekakan oleh jiwa-jiwa besar, para pahlawan nasional, pahlawan kemerdekaan, dan pahlawan kemanusiaan.

Sebagian pahlawan melenjit naik bagaikan bintang kejora pada orbitnya, terlihat semua manusia, menuai hormat dan decak kagum masyarakat, diabadikan dalam catatan dan prasasti sejarah yang abadi.

Mereka megharumkan nama agama bangsa dan negara, berlimpah pangkat, jabatan dan lencana karena jasa-jasa dan pengabdian yang mereka torehkan untuk orang banyak.

Namun kuyakin, dibalik ketenaran nama-nama mereka, ada nama-nama yang tak tersebut, tak dikenal, bahkan tak pernah dianggap ada, meski apa yang mereka lakukan sedahsyat dan sehebat para pejuang dan pahlwan bangsa, bahkan mungkin lebih hebat dari mereka-mereka yang terkenal.

Kita dikejutkan bagaimana perjuangan Joni menaiki tiang bendera puluhan meter, demi berkibarnya sang saka Merah Putih. Adegan tersebut diviralkan membuat bocah Joni memanen jutaan pujian dan decak kagum anak bangsa, dielu-elukan masyarakat, pejabat dan konglomerat.

Di bumi lain ada juga bocah bernama Reza, melakukan adegan yang sama, menaiki tiang bendera agar sang saka dapat berkibar pula, namun tidak seviral Joni, dan tidak seindah nasib Joni, meski akhirnya sebagian orang yang prihatin turut pula memberikan perhatian bocah pada yatim piatu tersebut, berjanji akan memberikan baginya biaya siswa.

Meski tak dipanggil pak Presiden, tak disapa para konglemerat dan artis, tapi Reza tetap pahlawan kecil sebagaimana Joni, meski nasib dan perlakuan tak sama.

Dalam bab agama dan dakwah, banyak pahlawan agama yang diabadikan dalam prasasti sejarah. Ditulis dengan tinta emas bersulam perak. Meskipun kita wajib akui adanya orang-orang seperti mereka bahkan mungkin lebih dari mereka yang berjuang untuk agama, mencerdaskan kehidupan ummat dan bangsa, namun sayang tidak dikenal dan ketahui sepak terjang mereka.

Agama ini sampai di nusantara dan tersebar dibawa oleh orang-orang mulia, yang berlayar belasan hari menembuh dahsyatnya samudera Hindia, berlabuh di Pasai ujung sumatera, menerangi manusia hingga ke Jawa, Sulawesi, dan pulau-pulau sekitarnya. Namun hingga kini tidak satupun catatan sejarah yang mencatat nama mereka, biografi dan kehidupan mereka.

Dalam hidup ini, tak semua orang punya peluang untuk naik dan diorbitkan dunia maya, tak semua dapat dipantau kamera dan diviralkan di media-media sosial. Tak semua orang dapat penghargaan dan apresiasi manusia, namun….

Tuhan yang Maha Tahu tak pernah lengah sesaatpun atas hamba-hambaNya. Tak pernah menyia-nyiakan semua kerja keras mereka, sangat mengenal mereka dan punya catatan khusus untuk mereka yang akan ditampakkan dihari terbongkatnya semua keculasan dan kedustaan.

Ada ustadz-ustadz tak kondang, tak pernah road show keliling Nusantara apalagi dunia, tak dikenal di Youtube, Instgram, FB, twitter dan jenis-jenis medsos lainnya. Tak dikenal pejabat maupun aparat…

Tetapi mereka dianggap istimewa di langit sana, di alam Malaikat yang tak kenal kemunafikan dan kedustaan, selalu disebut dan disanjung, didoakan dan dielu-elukan.

Alangkah hinanya makhluk-makhluk yang terpuji dan disanjung setunggi langit, namun dihinakan Pencipta mereka, dicela dan disumpah seluruh penduduk langit, dikutuk dan didoakan kebinasaan sepanjang masa.

Saudaraku, tetaplah bekerja sesuai proporsimu untuk kemaslahatan ummat manusia, meski tak viral dan mendunia, semoga harum namamu meroket pada ketinggian langit. Tetaplah jadi pahlawan meski tanpa tanda jasa dan lencana.

———–
Mina, 11 Zulhijjah 1439/ 22 Agust 2018

Abu Fairuz My