
Jadi bilamana kau ke Yaman dan melihat orang-orang berpipi gembung, mereka bukan Popay si pelaut,, bukan pula sakit gigi, kanker mulut maupun tumor leher, tapi hakikatnya mereka sedang menikmati daun Qad.
Mentari senja sudah kembali ke peraduan, desauan angin padang pasir menampar-nampar wajahku dan membawa butiran pasir yang sebagian menyapa mataku.
Bus kami tiba di perbatasan, semua penumpang turun untuk pengecekan barang bawaan. Sebelum tiba di tempat pengecekan mobil-mobil antrian panjang dan penumpang boleh turun untuk ke toilet, sholat maghrib, membeli makanan ringan maupun minuman. Menunggu antrian untuk pemeriksaan barang memakan waktu hampir satu jam. Aku kelaparan dan langsung cari makanan ringan. Biskuit pilihanku tambah teh susu dan sandwich ecek-ecek hanya bermodal telur bulat dimasukkan dalam roti rasanya cukup untuk menganjal perut sementara.
Lepas menyantap makanan ringan aku sholat maghrib berjamaah dan setelahnya kembali ke bus. Tak lama bus bergerak menuju tempat pengecekan bagasi.
Di Yaman kulihat tak ada Customs dan hampir tak terlihat peran polisi, di manapun berada semua pekerjaan di handle oleh tentara bersenjata lengkap.
Masing-masing penumpang mengambil tas besar di bawah bagasi bus untuk diperlihatkan pada tentara yang memeriksa. Aku segera bergegas mengambil koper dan membukanya di hadapan tentara, hanya melihat sepintas lantas ia menyuruhku menutup koper kembali dan memasukkannya dalam bagasi.
Aku mengira pengecekan barang sudah cukup, tapi ternyata setelah bus jalan beberapa kilometer bus kami diberhentikan kembali dan seorang tentara masuk ke bus menyuruh untuk menunjukkan paspor masing-masing.
Setelah selesai kami kembali bergerak dan sekitar beberapa kilo bus berhenti lagi untuk melakukan cop keluar Yaman di imigrasi.
Kami berjalan menuju antrian, sementara disamping kami lewat lori-lori besar dan kontainer keluar dari perbatasan. Sebentar-sebentar aku harus menyeka wajah yang terkena debu dan pasir efek lewatnya kendaraan-kendaraan besar tersebut.
Selepas cap paspor keluar dari Yaman aku berjalan jauh mencari bus kami dipintu gerbang perbatasan, qaddarallah ternyata busnya menunggu di pemberhentian awal. Proses awal periksa barang hingga cop paspor dengan menunggu penumpang masuk memakan waktu sekitar tiga jam juga.
MENUJU PERBATASAN MASUK SAUDI
Dari jam enam sore hingga jam 09. 40 malam, barulah bus selesai dari ke imigrasian Yaman untuk masuk ke imigrasian saudi setelah pengecekan akhir cop keluar Yaman dan pengecekan barang untuk kedua kalinya.
Sungguh tidak efesien sekali negeri ini, pulang balik turun naik bus, chek pasport dan chek barang penumpang berkali-kali.
Sebelum masuk Saudi Supir Bus memerintahkan seluruh warga Yaman agar memastikan telah membuang daun candu Qad mereka karena haram masuk Saudi.
Karena itulah Popay Yaman secara otomatis kan hilang bilamana telah masuk Saudi.
ANTRIAN PANJANG
Sejak keluar dari perbatasan Yaman dan bergerak menuju perbatasan Saudi, kami dihadapkan pada kenyataan sulit, yaitu antrian yang begitu panjang untuk proses imigrasi.
Bayangkan dari jam 10 malam hingga jam 03.10 dini hari kami masih terjebak dalam antrian bus dan mobil-mobil yang luar biasa panjang nya. Hingga mata hari terbit pun juga proses imigrasi belum juga kelar.
ALTERNATIF KEDEPAN
Aku masuk ke Saudi sebelum ke Yaman pakai visa ziarah multiple dengan tujuan lepas ziarah kembali dari Yaman akan berangkat ke Indonesia dari Madinah-Kuala Lumpur- Senai- Batam. Maksudku agar bila kembali ke mekah bisa umrah kembali baru lanjut perjalanan.
Namun melihat sulitnya kejelasan kapan aku bisa selesai proses ke imgrasian ke Saudi yang serba tak jelas, berjam-jam dalam antrian dengan sekian puluh chek point dan tetek bengek lainnya, ke depan kusarankan kembali ke Indo melalui Oman saja yang jelas dan perbatasannya tidak padat mengantri sebagaimana masuk ke Saudi.
MENUNGGU ANTRIAN SAMPAI LIMA HARI
Menurut pengalaman sebagian kawan-kawan dari Yaman nyebrang ke Saudi, di perbatasan ini pernah ada yang menunggu antrian berhari-hari untuk dapat masuk ke Saudi, bahkan ada yang pernah menunggu selama lima hari.
Coba kau bayangkan betapa sulitnya menunggu antrian hingga lima hari, dalam bus dengan gerak yang terbatas, membeli makanan untuk konsumsi yang juga serba tak jelas. Padahal keberangkatanku dari Yaman ke Saudi terhitung di musim sepi bukan musim liburan sebagaimana bulan Desember maupun Ramadhan.
Bagi kawan-kawan yang mau kembali ke Indonesia selepas kunjungan ke Yaman, ada jalur alternatif lain yang lebih realistis dan jelas tak pakai antrian lama yaitu berangkat ke Omman naik bus yang lebih dekat dari ke Saudi dengan tiket yang tidak kalah murahnya. Terbang dari Bandara Muscat ke Jakarta maupun ke Kuala Lumpur. Inilah yang lebih mudah dan jelas dan ini yang ku sarankan.
Membeli tiket kepulangan dari Saudi harus benar-benar diperhitungkan dan dijauhkan jarak keberangkatannya dari yang biasa, sebab jalan darat via Yaman -Saudi adalah jalan yang serba tidak jelas dan tidak terukur.
Sukur saja keberangkatanku dari Saudi yang awalnya ku jadwalkan di tanggal 01 Okt 2024 ku reschedule ulang menjadi tanggal 04 Okt 2024 bila tidak niscaya hangus sia-sialah tiket kepulanganku.
Alternatif yang juga mudah adalah berangkat naik pesawat dari Aden atau Saiyun terbang menuju Kairo, baru ke Indonesia atau Kuala Lumpur dengan tiket ke Kairo yang lumayan mahal berkisar antara 400-500 dolal US, atau dari bandara Almukalla menuju Jeddah yang hanya ada jadwalnya seminggu sekali di hari sabtu dengan harga yg juga mahal berkisar di 350 hingga 450 Dolar US.
Satu kesulitan lainnya terbang dari Yaman bahwa anda tidak dapat melakukan pembelian dari Traveloka, Trip dan Tiket.com, dan yang sejenisnya karena jalur Yaman memang tidak tersedia di sana. Darimana membelinya? Jawabnya minta belikan dari relasi berupa kenalan atau mahasiswa yang belajar di Yaman.
Terbang dari Yaman menuju jalur kairo juga tidak begitu nyaman, sebab kau haris siap menunggu di kairo untuk terbang lanjutan selama 7-8 jam. Satu hal lagi penerbangan lanjutan biasanya tidak connect hingga apabila pesawatmu delay lambat dari aden atau Saiyun, resikonya engkau akan ditinggal pesawat di cairo dan engkau tdk bisa komplen.
DUA GADIS YANG MALANG
Aku pernah dua tahun lalu menemukan kasus semacam ini, dimana dua wanita yang mau berangkat ke Tarim, terlambat pesawat dari Abu Dhabi membuat keduanya terlantar di Cairo.
Dengan kondisi menangis karena ditinggal rombongan ke Yaman, dan kesulitan keduanya berbicara bahasa Arab dengan petugas bandara, aku coba bantu menterjemahkan kondisi mereka dan menghubungi kedua orang tua mereka di Jakarta dan Jawa. Singkat cerita keduanya harus beli tiket baru ke yaman dan berangkat esok harinya. Entah dimana mereka menginap malam itu, bila masuk Kairo harus ada visa, di bandara pun tak mungkin, besar kemungkinan keduanya diinapkan di kantor maskapai Yemenia, atau diberangkatkan ke Turki untuk balik kembali besok ke Kairo.
15 JAM MENUNGGU DI DUA PERBATASAN NEGARA
Setelah ku hitung-hitung, perkiraanku masa menunggu proses imigrasi di dua negara memakan waktu lebih dari 15 jam. Sejak tiba di perbatasan Yaman-Saudi jam enam petang dan baru selesai cop paspor di imigrasi Saudi jam sembilan pagi, itupun masih lagi menunggu masuk bus di ruang tunggu.
Perjuangan menghantarkan anak-anak belajar ke Yaman, ternyata tidak semudah yang ku bayangkan, dipenuhi dengan segala pernak-pernik kesulitan, penderitaan dan kesabaran. Semoga saja apa yang kita lakukan menjadi timbangan kebaikan di akhirat kelak. Wallahul musta’an.
Bersambung …
Manfaz, 28 Rabiul Awwal 1446/ 1 Okt 2024
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My