
ORANG YAMAN SELATAN DAN YAMAN UTARA
Ketika di ruang tunggu bus selepas proses imigrasi aku ditanya seorang yang ada di sampingku pakai bahasa arab: ”kamu dari mana?” Kujawab aku dari Indonesia”. Ia kembali bertanya: “bagaimana kamu bisa di sini?” Ku katakan “aku baru saja lima hari yang lalu dari Yaman mengantar anak-anak belajar di sana”. Dia bertanya lagi ”dimana? Ku jawab “di provinsi Sybwah”. Ia berkata lagi: “aku tinggal di wilayah yang namanya ‘ib” setelah Syabwah , tapi sudah masuk ke wilayah Yaman Utara.”.
Kulihat pastur tubuhnya tegap, tinggi, kulitnya putih, dan gagah seperti bintang-bintang bolywood.
Kusapu ruangan tunggu dengan pandangan mataku, ku dapati orang Yaman ada yang bertubuh pendek, berkulit hitam mirip dengan orang-orang Tamil ada pula yang putih dan gagah-gagah. Ternyata ada perbedaan tampilan dan tubuh serta warna kulit orang-orang Yaman.
Orang Yaman Selatan yang menempati daerah Hadramaut, Aden, Syabhwah dll biasanya kulit mereka lebih hitam, sebagian gelap mirip orang Ethiopiya, dengan tubuh yang kecil-kecil dan pendek-pendek serta rambut yang sangat keriting.
Adapun penduduk Yaman Utara yang biasanya menempati daerah Shon’a, daerah ‘ib, Zammar, Ma’rib dll, kulit mereka lebih putih, tubuh tegap dan tinggi, alis mata tebal, rambut yang ikal berombak dan brewok serta gagah-gagah.
Perbedaan itu wallahu a’lam menurutku dampak dekatnya Yaman Selatan dengan Ethiopia, Somalia dan sepertinya mereka telah berasimilasi sejak dahulu dimasa imigrasinya orang-orang Ethipoa ke Yaman sejak zaman Abrahah.
Beda dengan orang utara yang lebih jauh dari laut merah dan benua Afrika, dan lebih dekat dengan arab- Arab di Hijaz, Irak dll.
Karena itulah rumor yang selalu kudengar dari para pelajar Yaman bahwa kalau ingin nikah dengan orang Yaman, pilihlah gadis-gadis dan wanita orang Utara yang konon kata mereka berkulit putih bersih dan cantik-cantik. Wallahu a’lam.
MENIKAHI WANITA YAMAN ?
Bila menikah dengan wanita-wanita Saudi adalah hal yang mustahil bagi orang Arab yang tidak berkebangsaan Saudi, apalagi dengan orang yang bukan Arab, karena dianggap tabu bagi mereka dan merusak nasab mereka serta mahar yang tinggi, maka menikahi wanita Yaman tidak seperti itu.
Kutau ada beberapa pelajar Indonesia yang beristrikan wanita Yaman dan jumlah mereka tidak sedikit juga. Bahkan mereka sudah beranak pinak hidup di Yaman.
Menurut mereka wanita Yaman senang menikah dengan pria Indonesia karena kata mereka orangnya lembut, bertanggung jawab, sayang pada istri dan keluarga, dan juga senang dengan warna kulit mereka yang sawo matang, rambut yang lurus dan mata yang censderung sipit . Intinya menikah dengan orang indonesia mereka berharap ingin merubah keturunan mereka.
KENDALA MENIKAH ANTAR BANGSA
Cinta tak mengenal teritorial dan batasan negara, cinta tak kenal ras dan bangsa, cintapun tak mengenal suku dan bahasa. Bila ia datang menyapa makan siapapun bisa kena jeratnya meski lintas negara, suku, bangsa dan bahasa.
Ada saja kita dengar pelajar Indonesia yang belajar di Mesir menikahi wanita sana, pelajar kita di Turki mendapat orang sana, dan pelajar kita di Yaman menikahi wanita sana pula.
Tetapi dalam banyak kasus -sepanjang pengetahuanku- kisah cinta mereka berakhir dengan pisah dan bercerai, meski ada juga yang ikatan pernikahan mereka langgeng hingga beranak cucu, tua hingga wafat.
SEBAB KEGAGALAN NIKAH ANTAR NEGARA
Diantara faktor kegagalan pernikahan antar negara adalah perbedaan adat istiadat, rasa dan selera, serta faktor jauh dari keluarga.
Ku tau ada sebagian pelajar Indonesia yang membawa istrinya orang Yaman tinggal di negeri kita, namun hanya bertahan empat hingga lima tahun saja dan itupun dianggap sudah lama.
Setiap orang kan bahagia dan suka bila tinggal dengan istri yang satu negara, satu bahasa, apalagi satu suku dan daerah. Karena mereka gampang untuk bersilaturrahmi dengan keluarga, berkumpul bersama, dalam berbagai acara dan kesempatan bahagia seperti hari raya dan semacamnya.
Bila pasangan kita beda negara maka hal ini akan menjadi sebab kerinduan yang memuncak -apalagi bila ada masalah rumah tangga- yang membuat tiap pasangan ingin kembali ke negaranya. Lain cerita bila rumah tangga ini orang berada, gampang pulang ke negaranya kapan teringat.
Bilamana beda suku dan budaya saja kadang berpengaruh mengganggu kehidupan rumah tangga bila tidak diantisipasi dengan saling berdaham dan mengalah, apalagi beda negara dan bangsa. Belum lagi permintaan orang tua yang selalu ingin anak dekat dengannya.
Dengan berbagai faktor di atas, mungkin bisa jadi pertimbangan para pelajar untuk menikahi wanita lain bangsa kecuali siap dengan segala tantangan dan resiko mengalah tinggal di salah satu negara pasangan tersebut.
FOKUS BELAJAR LEBIH BAIK
Bila masih bisa menahan diri, menunda pernikahan bagi para pelajar agar dapat lebih fokus belajar lebih utama, selama dia yakin kan dapat menjaga kesucian dirinya.
Menikah dalam waktu belajar membutuhkan ekstra kerja lebih keras, membagi fokus belajar dengan upaya memenuhi kebutuhan istri dan anak, kebutuhan sandang pangan dan rumah tempat tinggal. Lain cerita bila orang tua mereka mensupport sepenuhnya segala kebutuhan finansial keduanya maka akan dapat meringankan beban pelajar.
Banyak kudengar para pelajar yang bersabar menikmati rumah tangga mereka meski sambil belajar, manakala keduanya saling membantu dalam mencari solusi pemenuhan kebutuhan keluarga.
Misalnya pelajar yamg membawa keluarga di Fiyus ku dengar banyak diantara mereka bekerja sama antara suami istri berjualan makanan ke para pelajar single, katering dan sejenisnya.
Tapi bilamana pelajar merasa khawatir tak mampu menjaga kesucian diri dan hatinya, menjaga indera dan matanya , sebaiknya mereka menikah. Kewajiban orang tua adalah mensupport anaknya yang ingin menikah sekemampuan mereka.
Bersambung…
Keluar Manfaz-menuju Mekah
28 Rabiul Awwal 1446/ 1 Okt 2024
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My