Selamanya Selingkuh itu Menyakitkan

Lelaki itu telah lelah mencari istrinya yang tak kunjung pulang sejak berangkat menjadi TKW di negeri Kaya Minyak tersebut. Kabar terakhir yang sampai kepadanya bahwa istrinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Mekah Almukarramah. Lorong-lorong sempit kota Mekah telah dia telusuri, rumah-rumah lama di daerah Ma,la, Syubaikah, Misfalah, Syari’ Mansur,Syamiyah, Ajyad, Sulaimaniyah, Aziziyah dan tempat lainnya yang belum terkena penggusuran Penguasa Haramain juga dia datangi untuk menayakan keberadaan istrinya yang tercinta.

Menyesal rasanya dahulu dia izinkan istrinya pergi mengadu nasib di negeri orang meninggalkan dirinya dan anak-anaknya. Sungguh Riyal-Riyal Saudi telah membutakan matanya, membiarkan istrinya pergi melenggang dengan segala beban ibu rumah tangga yang pindah ke pundaknya.

Apalagi banyak para istri tetangga yang bekerja di negeri Petro Dolar tersebut berhasil membangun rumah yang megah, membeli sawah dan ladang yang luas, serta mengangkat harkat dan martabat keluarga mereka di kampung.
Mimpi-mimpi hidup mewah itulah yang membuat istrinya getol memaksakan diri pergi sebagai TKW- yang konon tulang punggung negeri ini sekaligus sebagai pemasuk devisa terbesar negara. Ah…nasi telah menjadi bubur, tiada perlu disesali yang telah terjadi, yang jelas di hadapannya kini, dia wajib menemukan istrinya dan memboyongnya pulang ke tanah kelahiran mereka.

Berminggu-minggu pencarian itu, tidak menemukan hasil, dengan langkah gontai dia mengayunkan langkahnya mendatangi Masjidil haram, sebagai tempat mengadu kepada Rabbul Alamin atas segala duka nestapa yang dia rasakan.
Setelah sholat dia duduk-duduk sambil berzikir merenungi nasib anak-anak yang dia tinggalkan. Sudahlah mereka kehilangan ibu bertahun-tahun, kini harus juga kehilangan ayah mereka, duhai nasib… semoga Allah menjaga mereka.

Di sudut masjid itu, dia mengamati seorang yang sedang duduk santai menyandarkan punggungnya ke salah satu pilar-pilar masjid sambil melihat rombongan manusia yang sedang thawaf di Baitullah, sambil menyuarakan lantunan-lantunan, tasbih, tahlil, tahmid, tahtim dan doa-doa yang dipanjatkan. Sungguh pemandangan relegius yang begitu indah.

Sambil iseng-iseng dan tujuan beramah-tamah, dia mendatangi lelaki tersebut yang besar kemungkinan sebangsa dengannya. “Dari mana mas?” sapanya. Lelaki itu menjawab:”dari Jawa mas, tetapi saya telah lama menentap di Mekah, lah sampean dari mana? …..akhirnya keduanya terlihat akrab berbincang-bincang dan berbagi pengalaman masing-masing.
Setelah merasa dekat dengan taman barunya itu, dia mulai menceritakan sebab kedatangannya ke Mekah, yaitu mencari istrinya yang telah lama raib di kota berpenduduk padat ini seolah ditelah bumi. Segala uneg-uneg dan curhat mengalir deras dari mulutnya untuk meringankan beban derita yang dia pikul.

Sahabat barunya ini begitu kasihan dan prihatin terhadap nasib lelaki itu..ingin rasanya dia turut memikul beban tersebut, minimal untuk mengurangi bobot penderitaan yang menderanya.“Gini aja lah mas…bagaimana jika lepas Sholat Isya anda berkunjung ke rumah saya, saya berniat ngundang anda makan malam sambil memperkenalkan istri saya, jangan-jangan dia tau info tentang istri anda, sebab istri saya sudah lama mukim di kota ini, bahkan jauh lebih dulu dari saya” tutur lelaki itu menawarkan kebaikannya.Merasa ada orang yang turut prihatin dengan penderitaannya, lelaki itu mengikuti undangan sahabat barunya, semoga kelak dia dapat informasi tambahan dari istri sahabat barunya itu. Lepas Isya keduanya berjalan beriring menuju salah satu Syuqqah(apartement) kecil melalui lorong-lorong kecil dibalik bukit.

Mereka tiba di rumah yang menyatu dengan rumah-rumah mukimin lainnya, karena syuqqah ibarat bangunan bertingkat yang dibagi-bagi menjadi rumah-rumah yang dipisah dengan dinding-dinding. Rumah itu tampak telah dimakan usia, begitulah kebanyakan rumah pemukim tanah haram yang suatu saat tinggal menunggu masa penggusuran dan pe-remaja-an.

Sambil menunggu hidangan makam malam, keduanya kembali berbincang-bincang ringan bernostalgia tentang kampung halaman mereka. Tak lama pintu tengah yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang keluarga berderit dibuka, dan keluarlah seorang wanita membawa hidangan makan malam mereka. Tatkala lelaki itu melirik ke arah wanita yang membawa hindangan makan malam itu, seketika dia terkejut setengah mati, hampir-saja rasanya jantungnya copot melihat siapa wanita yang ada di hadapannya itu ….ya, wanita itu adalah sosok istrinya yang raib bertahun-tahun,kini wanita yang telah menjadi bagian dari hidupnya tersebut sedang menghidangkan makanan untuknya.

Belum sempat dia berkata-kata, wanita itu kembali ke belakang tanpa menoleh sedikitpun padanya. Kekagetan itu dipecahkan dengan suara sahabatnya:” Mas…itu istri saya yang telah saya nikahi beberapa tahun yang silam, dia saya nikahi berstatus janda, dan kalau tidak salah dia sekampung dengan mas….”.

Serrr..darah lelaki itu mendidih dan hampir-hampir tidak kuasa menahan emosinya, dengan terbata-bata dan nafas tersenggal-senggal dia berkata:” mas…demi Allah itulah istri saya yang telah meninggalkan saya dan anak-anak bertahun-tahun, betapa teganya dia mengkhianati saya, dan mengaku berstatus janda untuk dapat menikah dengan anda”.Kini sahabat barunya itu ganti kaget setengah mati, ia terbungkam seribu bahasa, tidak tau apa yang harus diucapkan.

Untuk sementara keduanya terdiam…diam yang cukup lama. Masing-masing memendam perasaan yang tidak karuan, bagaimana tidak..kedua lelaki tersebut dihadapkan pada kenyataan pahit yang sulit mereka terima.Akhirnya keluar juga ucapan sahabatnya itu memanggil istrinya:” dik…kemarilah sejenak, mari kukenalkan engkau pada lelaki istimewa tamu kita malam ini” serunya. Wanita itu kini datang kembali dan melirik pada tamu istimewa yang disebutkan suaminya….Allahu Akbar, betapa kagetnya dia tatkala melihat bahwa lelaki yang ada dihadapannya itu adalah suami yang telah dia tinggalkan bertahun-tahun tanpa kabar berita, bagaikan disambar gledek..dia menjerit histeris memanggil suaminya:” Mas….ternyata engkau yang datang, masyaallah..bagaimana kabar anak-anak kita? Bagaimana kabar keluarga di kampung..?”kalau tidak sungkan dengan suami barunya ingin rasanya dia berlari ke dalam pelukan lelaki itu, suaminya yang pernah seatap dengannya bertahun-tahun, melewati masa-masa indah dan sulit mereka. Namun hal itu tidak mungkin dia lakukan…kini dirinya adalah istri bagi lelaki yang memanggilnya tadi.

Tiada sepatah katapun yang dijawab oleh lelaki itu, dia menatap kosong ke salah satu sudut ruangan tamu itu, betapa besar kemurkaannya terhadap istri yang telah mengkhianatinya, seandainya tidak menghormati sahabatnya..mungkin dia telah buat perhitungan dengan perempuan ini.

Dengan langkah gontai..dia tinggalkan rumah itu. Ketika tiba di pintu…dia memanggil sahabat barunya itu dan berpesan:” Mas…jaga istrimu baik-baik, semoga kalian berbahagia, dan dengan ini saya ceraikan dia”. Suruh dia bertaubat karena telah berdusta padamu. Jujur pernikahan kalian bermasalah dan tidak sah. Bagaimana boleh anda menikahi seorang wanita yang masih berstatus istri orang. Hubungan kalian berdua adalah zina, suruh wanita itu bertobat dengan segala perbuatannya, suruh dia melupakan saya dan melupakan segala kenangan yang dahulu kami ukir bersama. Semoga Allah memafkan kekeliruan anda, dan semoga apa yang terjadi dengan saya tidak pernah berulang pada anda. Lepas iddahnya nanti, nikahi dia kembali.”

Dalam kegelapan lorong-lorong yang minim cahaya lampu tersebut, lelaki ini berjalan menangisi nasibnya dan anak-anaknya…sungguh dia menyesal dengan segala sikap dan kelemahan dirinya, bagaimana dahulu dia tega membiarkan istrinya pergi mencari nafkah keluar negeri dengan segala bentuk resiko dan bahaya yang menghadang demi mewujudkan mimpi-mimpi mereka menjadi orang kaya. Bagaimana dia tega menjadikan istrinya sapi perah untuk mewujudkan ambisi keduanya. Sungguh nasi telah menjadi bubur.

Dari kejauhan samar-samar dia mendengar suara gaduh pertengkaran antara sahabatnya dengan wanita itu….ya, wanita yang memiliki dua suami..wanita yang mengobral cinta haram dengan lelaki yang tidak layak menjadi suaminya, wanita yang telah merobek-robek ikatan suci pernikahan disebabkan hawa nafsu. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

Kenang-kenangan umrah Syawwal 1435 H.
Diambil dari kisah nyata dari seorang sahabat yang bermukim di Mekah.

Batam, 6 Muharram 1436 H/ 30 Okt 2014

Abu Fairuz