Belajar Untuk Berhusnuz zhan

Belajar tuk berhusnuz zhan dengan ketentuanNya.

Liku-liku hidup anak manusia penuh dengan teka-teki dan rahasia. Tiada yang dapat menyibak catatan takdir kecuali Dia semata. Perjalan hidup yang penuh corak,terkadang mendaki ke puncak, terkadang menurun ke lurah,terkadang berkelok ke kiri,terkadang berkelok ke kanan,terkadang buntu tak ada jalan…seluruhnya penuh hikmah ilahi yang tak dapat disibak kecuali segelintir manusia.

Masalahnya kita selalu berprasangka jelek pada gurat -gurat takdir. Kenangan pahit masa silam selalu kembali terulang membuat lisan ini kembali bertutur menghujat:
” seandainya dulu aku tidak……”.
“mengapa dulu harus………”.
“Kalau saja….”.
“Jika ….pasti…….”.
“Mengapa harus…”. Dst..

Padahal apapun kejadian yang menimpa kita tidak pernah lepas dari empat hal:
1. Allah mengetahuinya.
2. Allah telah menuliskannya.
3. Allah mengkehendakinya.
4. Allah menetapkannya.

Segala yang Allah gariskan tidak pernah lepas dari:
1. KeadilanNya.
2. KebijkasanaanNya.
3. Rahmat dan karuniaNya.
4. KelembutanNya.

Jikalah kita gagal meraih sesuatu yang kita cita-citakan…pastilah Allah mengetahui hal itu tidak layak bagi kita dan karna rahmatNya semata Dia tidak wujudkan mimpi-mimpi yang kita anggap indah itu. Padahal sekiranya terwujud,boleh jadi disitulah kebinasaan hamba dan kehancurannya.

Terkadang kita begitu kesalnya tatkala orang yang kita dambakan menjadi pasangan hidup ternyata bukan jodoh kita. Setelah daya upaya dikerahkan,segala doa dan harap dipanjatkan,segala ikhtiar telah sempurna…toh akhirnya dia jadi pasangan orang lain.

Ketika hal ini terjadi, hanya segelintir jiwa yang siap menerima dan tidak berkeluh kesah. Kebanyakan menjadi emosi,meradang,frustasi,putus asa,depresi,stress, bahkan ada yang gila dan bunuh diri.
La haula wala quwwata illa billah.

Ketika usaha yang dirintis gagal, jabatan yang dikejar terluput, gelar akademik batal,keturunan yang diharap tak kunjung tiba, jodoh yang ditunggu tak kunjung datang sementara usia semangkin menua, anak yang diharap berbakti ternyata sebaliknya,istri yang disunting tak seindah yang dibayangkan sebelum pernikahan,penyakit yang mendera tak kunjung sembuh,melamar kerja ngak dapat-dapat, hidup semangkin melarat,dst…

Dalam keadaan seperti itu banyak yang menghadapinya dengan perasaan yang masyghul seolah tiada lagi kebahagian dan kenikmatan yang Allah limpahkan padanya…seolah seluruh penggalan-penggalan kehidupannya hanyalah derita dan bencana.
Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.

Seluruh kita wajib berikhtiar dan berdoa, namun kita ini hanyalah hamba yang naif…bukan Tuhan, kita ini diatur bukan mengatur,kita ini hanyalah sahaya yang ikut skenario. Dan Maula kita tidak akan pernah menzalimi hambaNya. Dia telah berjanji”Aku tidak pernah menzalimi hambaKu”.”duhai hambaKu sungguh aku mengharamkam kezaliman bagi diriku maka janganlah kalian saling menzalimi.”

Keadaan terbaik adalah apa yang ditentukan Allah untukmu. Bukan apa yang kamu inginkan.
Sekalipun kejahilanmu membuat dirimu terasa dizalimiNya. Maka beristighfarlah..!! Tangisi kebodohanmu…semoga Dia mengampuniMu.

Batam,19 Rabiul Akhir 1436/8 Feb 2015.

Abu Fairuz