Agama dan Allah begitu kerdil kedudukannya dalam hati sanubari kebanyakan ahli dunia. Kalaupun ada maka porsinya sangat-sangat kecil sekali.
Bila kau masuk hotel-hotel berbintang, plaza-plaza, mal-mal dan tempat perbelanjaan megah, mewah, maupun bandara-bandara di kota-kota besar dan menanyakan di mana tempat sholat, masjid ataupun musholla, kau kan melihat betapa kontrasnya antara keindahan hotel dan kenyamanannya dengan sempitnya tempat sholat dan mushollanya, berada di sudut-sudut dan sisa ruangan yang tak layak karena tidak akan mendatangkan profit duniawi. Sebagian tempat sholat berada di lantai base terendah, bersama dengan tempat parkir kendaraan para tamu.
Bila kau masuk ke dalamnya , sungguh menyedihkan sebab dalam tempat sholat tersebut kau akan lihat di atas kepalamu instalasi pipa-pipa saluran pembuangan air, dengan karpet lusuh dan kamar mandi ala kadarnya. Kalaupun ada sajadah, mukena dan sarung maka sudah lusuh dimakan zaman dan berbau karena tidak diperhatikan.
Perhatikan dirimu wahai hamba, sebagian besar waktumu kau habiskan untuk urusan tetek-bengek duniamu, kalau ada bagian akhiratmu, itupun akan kau kerjakan dengan ala kadarnya sekedar lepas kewajiban semata, sholatmu yang terlambat, tak khusu’ dan asal-asalan, infakmu yang kau keluarkan dari hartamu yang paling tak berharga, hanyalah recehan-recehan sisa dari uangmu yang terbesarnya kau keluarkan untuk kepentingan duniamu.
Untuk dunia segala daya upaya kau keluarkan, letih-lelahmu kau korbankan, tapi untuk Allah, agamanya, membaca kitabnya, mempelajari sunnah nabi-Nya, semua hanyalah sisa-sisa waktumu setelah kelelahan mengejar dunia.
Bilamana kau mati, barulah kau sadar betapa bernilainya ibadah yang kau sepelekan dan betapa hinanya dunia yang kau kejar dan utamakan. Allahul musta’an.
Jakarta, 23 Sya’ban 1443/26 Maret 2022
Abu Fairuz