Tinggal menghitung hari

“Diriku tinggal menghitung hari”, itulah tulisan yang dimuat di status FB salah seorang saudara kita yang telah divonis kanker otak stadium akhir.
Sungguh tulisan ini sangat menyedihkan, membuat semua yang membacanya meneteskan air mata, iba dan prihatin dengan nasibnya.
Begitulah kehidupan dunia ini, fana dan tiada yang abadi. Bahagi berganti dengan derita, tawa berganti tangis, sehat berganti sakit, pertemuan berganti perpisahan….

Kenikmatan yang selalu terlupakan
Rasulullah pernah bersabda dari hadis Ibnu Abbas yang diriwayatkan Albukhari:
((نعمتان مَغبون فيهما كثيرٌ من الناس؛ الصحة والفراغ))؛ رواه البخاري.

dua kenikmatan yang senantiasa manusia tertipu dengannya , nikmat sehat dan waktu yang kosong. HR. Bukhari.

Dua hari yang lalu, saya mengalami operasi dibagian pencernaan bawah,sungguh menegangkan rasanya tatkala tubuh ini digiring menuju ruangan operasi, seolah keadaan saya seperti apa yang difirmankan Allah dalam:
((كأنما يساقون إلى الموت وهم ينظرون))
Seolah mereka digiring kepada kematian dan mereka melihat.QS: Al-Anfal: 26.

Keadaan semangkin parah tatkala punggung belakang disuntik anastesi, membuat setengah badan dari pusar hingga ujung kaki mati rasa dan tidak dapat digerakkan. Operasi dimulai dan pisau bedah mulai mencabik-cabik anggota badan, sementara saya tanpa merasakan apapun kecuali dekatnya kematian.

Alhamdulillah Operasi selesai dengan lancar dan saya dibawa ke ruang perawatan inap. Pada malam harinya, selepas menerima para ikhwah yang datang lumayan banyak, sekitar 35 orang-jazahumullah khairan- atas bezukannya,saya berupaya untuk buang air kecil, tapi subhanallah…ternyata air seni tertahan dan tidak mau keluar dan ternyata seluruh saraf bagian tengah terblock dan tidak dapat berfungsi dampak dari bius tadi.

Allahu akbar, saya bingung karena dalam kantung kemih terasa telah penuh dengan air seni, ketika itulah saya teringat betapa bersyukurnya orang-orang yang diberi kesehatan,sugguh berharganya nikmat sehat yang tidak menghalangi seseorang beraktivitas.

Saya teringat nasehat seorang ulama kepada seorang penguasa:” jikalah air kencingmu tertahan dan tidak dapat keluar…maukah dirimu menggantikan seluruh kerajaanmu dengan nikmat dapat kencing dengan lancar?? Dia menjawab: Ya, kata Ulama tersebut: sungguh kerajaanmu yang besar tidak sebanding dengan nikmat dapat kencing yang diberikan Allah padamu”.

Mau tidak mau, untuk membantu dapat kencing, dokter memasukkan selang pembantu yang lumayan sakit dan membuat saya tidak nyaman dan tidak dapat tidur malam tersebut keculai satu hingga dua jam saja.

Jangan tertipu dengan kesehatan
Ketika para ikhwan datang menjenguk, saya sempat mendengarkan cerita salah seorang teman mereka yang hingga kini dalam kondisi kritis dan merasa tidak ada lagi harapan sembuh, para ikhwan menuturkan prihatin mereka atas musibah yang telah menimpa dirinya dan statusnya yang kira-kira berbunyi”Tinggal menghitung hari”.

Saya katakan kepada mereka agar mensyukri nikmat sehat dan tetap waspada menyambut kematian yang terkadang lebih cepat datang daripada sebagian orang yang status mereka” Tinggal menghitung hari”. Bahkan sebagian dokter yang telah memvonis pasien dengan ungkapan” tidak ada lagi harapan”…ternyata sang dokter tersebut lebih dahulu wafat dari pasien yang divonis, dan terkadang pasien bertahan hidup bertahun-tahun lebih lama dari apa yang diprediksikan dokter.

Terkadang anda yang sehat, lalai bahwa ajal telah menanti di tengah jalan anda pergi kerja, ataupun pulang kerja,tanpa di dahului dengan penyakit. Berkata penyair:”
وكم من صحيح مات من غير علةٍ – وكم من سقيم عاش حينًا من الدهر
وكم من فتى يمسي ويصبح ضاحكًا – وقد نُسِجَتْ أكفانُه وهو لا يدر

Berapa banyak orang yang sehat wafat tanpa penyakit
Sementara orang yang sakit hidup bertahun-tahun
Berapa banyak pemuda yang dapat tertawa disore hari
Padahal kafannya telah disiapkan tanpa sepengetahuannya.

Dalam deritamu ternyata ada yang lebih menderita
Pagi harinya saya dipindahkan ke ruang lainnya berhubung ruang yang saya tempati akan digunakan untuk persiapan pejabat RI 1 yang datang, di kamar tersebut saya bertetangga dengan seorang pasien lain yang telah menginap di tempat itu satu minggu lebih. Mula-mula saya tidak begitu perduli dengannya, karena menganggap penyakitnya biasa-biasa saja atau lebih ringan dari saya, tetapi setelah berdialoq dengannya saya begitu terperanjat mendengar keluhan penyakitnya.

Dia menceritakan bahwa dirinya pernah menderita kanker usus besar yang telah dioperasi pada tahun 2013, tetapi setelah itu ternyata dirinya kini menderita tumor yang tumbuh di daerah lain-kalau tidak salah di kantong prostatnya- yang menurutnya tidak dapat dianggkat karena membahayakan anggota tubuh yang lain yang berdekatan atau menempel dengannya, padahal dia telah lima kali di cammo therapy untuk perkara ini.

Tatkala keadaan sunyi, saya mendengar erangannya yang begitu memilukan dan menyayat hati yang mendengarnya, rintihan demi rintiahan diselingi takbir terdengar dari mulutnya. Saya begitu bersedih mendengarnya dan hanya dapat menghiburnya dengan mengatakan: “sabar ya pak..semoga hal ini menghapuskan dosa-dosa kita yang telah silam”. Dia hanya menganguk lemah dan minta didoakan.

Sebelum pulang saya menyalaminya dan melihat wajahnya yang begitu pasrah dengan ketentuan takdir di Atas, dalam dekapan tangannya yang panas dan demam saya berpesan sebelum meninggalkannya:” Jangan lupa sholat ya pak, semoga lekas sembuh”.

Penyakit yang saya derita yang sebelumnya cukup lumayan dahsyat-menurut saya- ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tetangga saya itu, yang ibarat kata orang” hanya tinggal menghitung hari”.

Sungguh diri kita selalu kufur dengan nikmat sehat yang diberikan Allah pada kita, dan lupa pada Sang Pemberi nikmat. Betapa banyak dan tak terhitung kebaikanNya yang turun kepada kita dan sungguh banyak dan tak terhitung dosa-dosa kita yang naik padaNya.

Ilahi… sungguh diri ini banyak bergelimang noda dan dosa, terkadang kami melanggar perintahMu, dan mengerjakan laranganMu…maafkan diri yang lemah ini dan mudahkan kami untuk dapat mengabdikan diri padaMu.

Batam, Kamis, 05 Juni 2014 /7 Sya’ban 1435 H
Kenangan yang tak terlupakan pasca Operasi di RSOB

Abu fairuz