Rumah tangga tangguh adalah rumah tangga yang antara pasangan suami istri benar-benar membangun pernikahan mereka diatas cinta kasih dan pengorbanan.
Kedua pasangan senantiasa bergandeng tangan untuk memecahkan masalah rumah tangga mereka. Saling memberi, saling berbagi, saling berkorban, saling mengerti.
Bilamana salah satu pasangan, taunya hanya meminta, menuntut, tak mau berbagi penderitaan, tak bernah memikirkan pasangannya yang bekerja setengah mati, banting tulang peras keringat, mengembara keliling dunia, untuk memenuhi kebutuhan pasangannya, sementara ia taunya menuntut, meminta, marah dan emosi bila sebgian tuntutan tak terpenuhi, maka inilah rumah tangga yang rapuh, dan rentan kehacuran.
Sejati rumah tangga yang rapuh ini, tidak ada lagi cinta, sehingga hilang pula ruh pengorbanan, bahkan bisa jadi salah satu pasangan tega mengorbankan pasangannya, menjadikannya sapi perah, ATM berjalan, tumbal hidup, landasan pacu agar ia bisa terbang dengan segala ambisinya.
Bilamana Sarah rela mengorbankan perasaan untuk suaminya Ibrahim, dengan menghadiahkan budak wanita miliknya -Hajar- pada suami tercinta, demikian pula Saudah ibunda kaum mukminin, rela menghibahkan malamnya pada Aisyah -ummul mukminin-, berkorban untuk meraih ridho dan cinta suaminya Rasullah shallalahu alaihi wa salam dan Khadijah -ibunda kaum mukminin- rela mengorbankan seluruh hartanya untuk Rasulullah dan dakwah, maka bagaimana dengan kita?
Cinta itu butuh pengorbanan, maka pasangan yang tidak rela berkorban untuk pasangannya adalah pasangan yang sedang menunggu masa keruntuhan bangunan pernikahan yang mereka bina.
Blang Pidie, 24 jumadil awwal 1445/ 8 Des 2023
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My