“Di belakang kita berdiri satu tugu yang bernama nasib, di sana telah tertulis rol yang akan kita jalani. Meskipun bagaimana kita mengelak dari ketentuan yang tersebut dalam nasib itu, tiadalah dapat, tetapi harus patuh kepada perintahnya” (Buya Hamka)
Satu dua pulau terlampau
Biduk dikayuh tiada henti
Apa guna hatimu galau
Bila luput ingin di hati
Daun jelatang ia beracun
Terkena kulit gatal tak henti
Bila cinta tiada berhimpun
Usah sesal dibawa mati
Jangan diri berlagak pandir
Bila tak ingin mendapat cela
Jodoh itu suratan takdir
Bila dipaksa tiada guna
Lepas Ashar datanglah Maghrib
Azan terdengar di mana-mana
Kurus badan sesali nasib
Orang dirindu ada yang punya
Mandi di laut baju kan basah
Melihat ikan dipatuk angsa
Orang bijak kan cari hikmah
Orang lemah berputus asa
—————-
Mekah, 3 Ramadhan 1440/ 8 Mei 2019
Abu Fairuz MY