Ditanyakan kepada Syeikh Abd Aziz bin Baz tentang hukum menzakati piutang yang statusnya masih di tangan orang dan telah tiba masa mengeluarkannya (haul) namun belum ditangan.
الجواب: إذا كان الدين على إنسان معسر، فلا زكاة فيه حتى تقبضه، وهكذا لو كان الدين على إنسان مماطل، تطلبه الحق ولا يعطيك، فإنه لا زكاة عليك حتى تقبضه وتستقبل به عامًا جديدًا، أما إذا كان الدين على إنسان مليء غير مماطل متى طلبته أعطاك فإن الواجب عليك الزكاة، متى تم الحول عليك أن تزكي ولو ما قبضته؛ لأنه كالذي عندك، ما دام عند إنسان مليء غير مماطل، فهو كالذي عندك فيه الزكاة متى تم عليه الحول.
Jawab: sekiranya hutang itu dipinjam oleh seseorang yang sempit ekonominya (belum bisa membayar) maka piutang tersebut tidak dizakati hingga yang berhutang menyerahkan hutangnya.
Demikian pula piutang yang dipinjami oleh seseorang yang sengaja memperlambat pembayaran hutangnya, meski ditagih berkali-kali namun ia enggan membayar, dalam kondisi seperti ini piutangmu juga tidak dizakati hingga dia serahkan hutangnya dan dimasukkan ke dalam zakat harta pada tahun berikutnya.
Apabila piutangmu yang meminjam adalah seseorang yang mampu membayarnya dan tidak menunda-nunda pembayaran, kapan kau tagih dia bayar, dalam kondisi seperti ini kau wajib zakati piutangmu, manakala telah tiba masa pembayaran zakat(haul) kau wajib keluarkan zakat piutang tersebut meski uangnya belum kau pegang, karena hakikatnya piutang tersebut seolah menjadi bagian milikmu yang dapat kau kuasai karena kau yakin orang tersebut akan komitmen membayar hutangnya tidak menunda-nunda pembayaran. Karena itulah piutang dianggap bagian dari harta miliku yang harus kau zakati bila tiba masanya(haul).
Mekah, 5 Ramadan 1440/10 Mei 2019
Abu Fairuz My