Ustadz Adil Yang Ku Kenal

Pertama kali berjumpa dengan beliau pada tahun 2000 dalam acara Daurah Manhajiyah bersama murid-murid Syeikh Al-Albani rahimahullah. Siang itu kami yang berangkat dari medan diperkenalkan dengan beliau dai yg juga berasal dari Sumatera utara alumni LIPIA.

Sejak aku hijrah ke batam 2002, hubungan kami tetap terjaga. Tiap kali saya ke Medan saya sempatkan berkunjung ke kediaman beliau yang kala itu masih aktif mengajar di ma’had Assunnah yang masih berlokasi di Glugur Rimbon Tanjung Anom-sunggal. Bahkan sempat beliau tawari saya ikut mengabdikan diri di mahad Assunnah Medan, namun saya tolak dengan halus karena sudah banyak tugas dakwah di kota Batam.

Tahun 2006 saya menjemput beliau untuk berkunjung ke Batam dalam rangka pengembangan bahasa Arab. Dari hasil diskusi kami beliau terlebih dahulu mengutus dua murid senior beliau sebagai pengajar tetap di Lembaga Bahasa Arab dan Ilmu Islam (LBAIS) yang dimotori oleh beliau. Setahun berjalan baik, kami memfasilitasi beliau untuk bergabung berdakwah di Batam.

Setahun lebih di Batam, beliau diamanahi Yayasan kita untuk bertugas sebagai pengisi tetap dan penanggung jawab dakwah di Radio Hang FM106. Sejak saat itu beliau dkk dengan penuh kesungguhan dan kegigihan berhasil menyebarkan dakwah yang intensif melaui Radio Hang hingga menjadi radio yang besar kontribusinya untuk perkembangan dakwah di Kepulauan Riau dan Negeri Jiran Malaysia maupun Singapura. Besar jasanya dalam dakwah sunnah di Pulau Batam dan sekitarnya.

Setelah Radio Hang Tegak dan Eksis, beliau kembali berjibaku membangun Radio Dakwah Yang Kedua, bernama Radio HIjrah 103.2 Fm bersama ust Syamsul Amin. Dan di Radio ini tak kalah besar pula peran beliau-rahimahullah , meski telah kembali ke kampung halamannya di Sibuhuan untuk membangun dakwah di kampung sendiri “marsipature hutanabe” istilah Bataknya yang kira-kira maknanya kembali membangun kampung sendiri. Ketika akan berngkat ke Batam, beliau berkata pada saya “ana tidak akan permanen di Batam ustadz, ana akan kembali ke kampung”.

Di Sibuhuan-Tapanuli Selatan- beliau kembali berjibaku menapak tilas dakwah, membangun pondasi dakwah untuk mewujudkan sekolah Islam yang bermanhaj Salaf hingga tegak pula sekolah Islam tingakt dasar, beliau juga berjuang untuk membangun masjid dan menyebarkan kajian-kajian sunnah.

Berdiri dan tegaknya ARTIVISI (Asosiasi Radio Televisi Islam Indonesia) besar padanya peran ustadz Adil, demi menyatukan berbagai radio dan televisi sunnah di seluruh Indonesia, bahkan beliau yang ditunjuk sebagai ketuanya-rahimahullah.

Beliau adalah sahabatku yang memiliki semangat besar dan kegigihan yang luar biasa dalam berdakwah.
Banyak majlis dan perjalan yang kami lakukan bersama, terkenang waktu kami berangkat bareng ke Surabaya untuk ikut daurah, kami berjalan bersama dengan taksi yang kami sewa, sang sopir banyak menceritakan tentang jamaah tarikatnya yang banyak dan hebat, maka ust Adil menimpali perkataannya : “Tarikat kami lebih hebat lho mas dari tarikat yang mas ikuti, mas tau apa tarikat kami?” Sopir menjawab dengan antusias: “tarikat apa namanya itu pak kyai?” Beliau menjawab: ”Thariqatur Rasul, tarikat jalannya Rasulullah mas, dalam menuju Ridho Allah untuk mencapai makrifat dan hakikat”. Sang sopir terbengong-bengong dan kagum dengan penjelasan beliau yang dikemas menarik dalam hal manhaj dan dakwah.

Banyak sekali kenangan yang kusimpan bersama beliau dalam arsip hatiku, kenangan baik yang tak akan terlupakan, meski sekali dua kami berselisih dan berdebat, karena berbeda ijtihad dalam beberapa hal di medan dakwah, namun persahabatan kami tetap terajut baik, beliau selalu menghubungiku dan berbagi pengalaman dan cari solusi atas problem dakwah yang kami hadapi.

Seminggu lalu, beliau dalam kondisi kritis memaksakan diri untuk menghubungiku: ”ustadz…
Mohon berilah saya motifasi ustadz, betapa berat kurasakan penyakit ini ustadz, mohon pula doakan ana ustadz, mintakan pula doa kawan dan ikhwan di Batam”, ujar beliau dengan nafas yang tersenggal-senggal.
Aku menghibur beliau: ”semoga cepat sembuh ustadz, banyak bersangka baik pada Allah, ini adalah ujian, untuk mengangkat derajat antum, insyaallah antum akan segera sembuh, antum masih dibutuhkan ummat , para ikhwan di Sibuhuan masih membutuhkan antum”. Beliau hanya menjawab sembari menangis
“Laa ilaaha illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minaz zholimin…”

Ternyata itulah dialog terakhirku dengan beliau, sekarang beliau telah mendahuliku kembali pada Al Khaliq yang maha pemurah, kuharapkan semoga Beliau mendapatkan husnul khatimah, dan banyaknya doa dan pujian manusia pada beliau di berbagai beranda dan status media sosial menunjukkan beliau adalah orang baik, cukup sebagai bukti Allah mencintai beliau, bak kata Nabi ketika seorang Sahabat memuji-muji jenazah yang lewat, ”wajabat (wajib baginya) maka sahabatpun bertanya: apa maksud “wajib baginya” ya Rasulullah, Nabi menjawab:
وجبت له الجنة، أنتم شهداء الله في الأرض
Wajib atasnya surga , dan kalian lah para saksi-saksi Allah(tentangnya) di bumi”.

Beliau wafat meninggalkan dua istri dan sembilan anak yang sebagian besarnya masih kecil-kecil, semoga Allah mengampuni beliau,mengangkat derajat beliau, dan mengasihi keluarga yang ditinggalkan.

Air mata ini berlinangan, hati penuh dengan kesedihan, sungguh tak kuasa berpisah denganmu sahabat, bila memang dunia ini begitu sempitnya untuk mengumpulkan orang yang saling berkasih sayang hanya karena Allah, kuharap akhirat kelak menjadi tempat abadi bagi orang-orang yang saling mencintai, Allahul musta’an.

———-
Bumi Batam, 16 Zulhijjah 1442/26 Juli 2021
Abu Fairuz My