Apa yang kalian cari ?

Apa yang kalian cari ?

Tulisan ini bukan untuk para santri yang telah mewakafkan diri mereka untuk ilmu…
Bukan untuk mereka yang rela meninggalkan pekerjaan demi menimba misykat nubuwwah…
Bukan untuk mereka yang rela bersabar dengan ketiadaan…demi mereguk mata air wahyu quran dan sunnah.

Tulisan ini adalah bentuk keprihatinan melihat orang-orang yang menisbatkan diri pada ilmu…bergelar “santri” mondok di pesantren,tetapi anti belajar dan jauh dari ta’lim.

Ketika diberi kesempatan untuk serius belajar dengan segala fasilitas gratis dan guru yang yang sudi mencurahkan segala ilmunya….malah berlari menghindar.

Jika ditanya bahasa Arab…ia geleng-geleng..
Ditanya nahu shorf…juga geleng-geleng…
Ditanya tentang akidah dan manhaj…lebih geleng-geleng..
Ditanya fikih dan usul fiqh…apa lagi.
Ia dan ilmu berada pada dua lembah yang berbeda…tidak pernah dapat diketemukan.

Jika bicara tentang “menikah”…dia ahlinya.
Tetang “nazhor” tentang “khitbah”…itu spesialisasinya.

Sebulan nyantri…langsung nikah..
Sebulan nyantri …langsung nazhor..
Sebulan nyantri …langsung cari pasangan.
Sebab katanya jika telah masuk pesantren …cepat dapat jodoh.

Mereka adalah rombongan orang-orang yang…..
Lebih mengutamakan kumpul uang daripada kumpul ilmu.
Lebih mengutamakan beli baju-baju, daripada beli buku.
Jagonya “rihlah”…bukan belajar.
Jagonya nazhor…bukan menghafal.
Jagonya ngerumpi…bukan menalar.

Kalaupun belajar…sambil ngantukan.
Kalaupun belajar…hanya sambilan.
Kalaupun belajar…hanya basa basi.
Kalaupun belajar…hanya untuk status pelengkap di biodata.

Alangkah meruginya ummat jika hanya menyiapkan tempat bernama “pesantren” yang hanya mengumpulkan orang-orang numpang tidur di tempat tersebut…
Wakaf ummat sia-sia…
Infaq ummat salah alamat…
Pesantren hanya tempat cari jodoh…bukan cari ilmu.

Terkenang perkataan Sukarno: “berikan aku 10 pemuda niscaya kan kuguncangkan dunia”….

Dimana kudapatkan pemuda-pemuda itu…?
Ah…zaman telah berubah. Sulitnya mencari “1 ekor unta tungangan yang handal dari 100 ekor unta yang hanya layak untuk disembelih.
La haula wala quwwata illa billahi.

Kuterkenang dengan sesorang yang telah masuk di kelas intensif, kemudian keluar hanya gara-gara gaji 1, 2 juta….subhanallah.
Kuterkenang juga santri yg telah masuk intensif kembali keluar gara-gara ingin tetap kerja.

Mana orang-orang yang sudi mewakafkan dirinya untuk ilmu dengan segala kesulitan dan kesabaran dalam mencarinya. Rela hanya menerima 200-300 ribu perbulan untuk ilmu yang tiada tandingannya…??

Betapa butuhnya ummat kepada ilmu dan ulama melebihi kebutuhan mereka terhadap makan dan minum.
Jika tidak makan dam minum, maksimalnya mati raga. Tanpa ilmu manusia mati jiwa menjadi mayat hidup yang berjalan.

Betapa sulitnya mencari orang yang dapat menjadi imam..
Betapa langkanya orang yang dapat menjadi khatib jumat.
Lebih langka lagi orang yang dapat menjadi ahlu fatwa.

Hanya kepada Allah ku mengadu..betapa sedikitnya orang yang benar-benar menjadi santri.

Memory pahit tentang “pondok……..”

Batam, 15 Rabiul Akhir 1436/4 Feb 2015.