Getirnya berpoligami
Aku begitu terkesan dengan lelaki itu. Berkedudukan dan low profile. Ia mulai tertarik pada kajian-kajian sunnah. Itu membuatku lebih tertarik berteman dengannya. Pertemanan itu terjalin ketika kami satu perjalanan dengannya. Ku tau ia orang kaya. Banyak harta dan berpangkat.
Ia telah beristri dan istrinya juga bekerja di suatu instansi. Kudengar mereka telah dikarunia beberapa orang anak. Menurutku lengkaplah sudah kebahagiaan yang mereka miliki.
Belakangan ku tau ternyata dia punya istri lain yang tidak diketahui oleh istri pertamanya. Ku dengar ia juga telah memiliki anak dari istrinya yang ke dua ini bahkan telah sekolah.
Kata temanku,dia terpaksa menyembunyikan istri barunya karena takut menghadapi segala resikon di depan. Takut dikadukan istri pertama pada atasannya yang dapat membuat ia di pecat. Takut dilabrak sang istri,khawatir diketahui keluarga istri maupun pihak keluarganya sendiri.
Kudengar dari temanku ia telah mempersiapkan segala sesuatunya jika kelak perkawinan keduanya terungkap. Katanya ia telah mempersiapkan rumah untuk tempat tinggal istrinya dengan nama istrinya. Dia juga telah mempersiapkan rumah-rumah kontrakan untuk penghasilan istri keduanya dan nafkah maupun biaya pendidikan anaknya kelak jika ternyata kasus pernikahannya terbongkar dan dia terpaksa harus menceraikan istri keduanya.
Ungkapan-ungkapannya itulah yang membuatku kesal dan membuat kedudukannya jatuh di mataku. Betapa rendahnya dalam pandangannya status istri kedua,hingga dia punya niat kelak akan menceraikannya jika istri pertama menggugatnya. Sungguh bukan lelaki sejati. Bagaimana dia rela menceraikan istri keduanya hanya lantaran tuntutan istri pertamanya.la haula wala quwwata illa billahi.
Entah darimana asalnya,sebagian besar orang di negeriku memandang rendah istri kedua. Mengganggapnya sebagai pengacau rumah tangga, perampok suami orang, pembawa malapetaka dalam rumah tangga. Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.
Kulihat sebagian besar masyarakat akan mencibir dan memandang sebelah mata kepada setiap wanita yang mau dipoligami bahkan dicela dan dihinakan.
“Dasar perempuan murahan”itulah ungkapan sebagian wanita kepada perempuan yang rela di madu. Lebih jelek lagi ketika status sosial mereka tidak di anggap,disembunyikan,tidak diberikan hak secara sempurna. Lebih miris lagi tatkala anak-anak yang lahir dari istri kedua tidak diperkenalkan kepada kakak-kakaknya. Alangkah bahayanya kelak jika sang ayah wafat dan terjadi perkawinan antar keluarga sedarah. Betapa menyedihkan ketika anak-anak dari istri kedua kelak tidak mendapatkan warisan semestinya dari ayahnya karena tidak dianggap dan diketahui keberadaan mereka.
Alangkah sedihnya nasib mereka kelak. Hidup tanpa status dimata keluarga suami bahkan di mata masyarakat. Bukankah ini suatu kezaliman yang besar?la haula wala quwwata illa billah.
Diantara syubhat yang selalu dilontarkan pihak istri pertama tatkala suaminya mau menikah lagi adalah ungkapan:
” betapa nikmat hidup wanita itu yang tanpa susah payah menemani suami tatkala dulu hidup melarat dan susah.
“Tatkala suamiku telah kaya,berkedudukan..semua wanita mau menjadi istrinya. Sementara dulu diwaktu susah dan menderita,hanya aku yang mau menikah dengannya.
Dasar suami tak tau diri,dulu misikin setia,setelah kaya lupa daratan dan berselingkuh dengan wanita lain. Dasar suami buaya darat,mata keranjang”..dst.
Apapun ceritanya, aku masih lebih menghormati lelaki itu dibandingkan para lelaki yang berselingkuh dan berzina dengan wanita jalang. Ataupun memiliki wanita simpanan alias gundik dimana-mana, walaupun dimata dunia dia hanya memiliku satu istri.
Bukanlah hal yang aneh zaman ini ketika para pejabat dan konglomerat terlibat skandal dengan wanita -wanita simpanan. Bahkan selalu kudengar berita suami yang ketangkap basah ketika selingkuh dan berzina di hotel-hotel. Barusan ini kudengar ada seorang istri lengkap dengan keluarga dan polisi memergoki suaminya dengan seorang wanita sedang”indehoy”di suatu hotel.
Sudah jadi rahasia umum jika istri para pejabat dan konglomerat kerepotan menahan suami mereka berpergian dengan alasan tugas. Karena khawatir dan tau bahwa suami mereka pasti selingkuh di luar kota. La haula wala quwwata illa billahi. Gejala apakah ini?
Menurut hematku,memang banyak faktor yang membuat suami bisa berselingkuh,namun yang kusoroti adalah salah satu faktor yang paling mendominan menurutku, yaitu ditutupnya pintu pologami yang dihalalkan dalam syariat. Tatkala pintu yang halal itu ditutup…maka secara otomatis pintu-pintu yang haram akan terbuka.
Ketika poligami dipersulit dengan segala tetek-bengeknya, dengan berbagai peraturan yang memberatkan-bahkan dinegeri ini poligami diangap tindakan kriminal yang harus diselesaikan dipengadilan dan dianggap terdakwa, dipecat dari kerjanya bahkan sampai ada yang berujung penjara-dengan segala macam resiko ini,maka terbukalah pintu zina.
Kembali kepada lelaki yang tadi kuceritakan,kudoakan semoga ia dapat merubah kerangka berfikirnya tentang status istri kedua yang harus disamakan dengan istri pertama dalam segala hal baik hak dan kewajiban.
Semoga kelak dia dapat memberitahukan istri pertamanya bahwa kini sang istri punya saudari baru yang juga sama status dengam dirinya,yang turut menjaga dan merawat suaminya.
Semoga kelak seluruh anak-anaknya dari istri pertama paham,bahwa mereka punya adik sedarah daging dengam mereka, saudara seayah yang harus mereka jaga dan kasihi. Amin ya Rabbal Alamin.
Bandara haji Jeddah,6 Rabiul Akhir 1436/26 Jan 2015.
Abu Fairuz.