Pasrah Dengan KetentuanNya

Betapa sulitnya menyelami dalamnya lautan takdir…
Sedikit yang berhasil menyibak mutiara ridho yang terpendam..
Kebanyakan manusia tenggelam dalam lumpur hujatan terhadap garis ketentuan-Nya.

Seandainya seseorang dapat menyelam dan berenang merayap diantara terumbu karang..
Perlahan tapi pasti kan terkuak jua lokan yang menyimpan mutiara.

Hidup adalah pilihan…
Tetapi alurnya bukan manusia yang tentukan.
Terkadang alur simpang yang anda pilih ujungnya buntu,membuat manusia harus kembali ke pangkal jalan.

Hudaibiah adalah saksi bisu atas naifnya kehendak hamba berhadapan dengan besarnya gunung takdir yang tak tertembus…
Mereka harus kembali ke Madinah setelah tercium baunya kota Mekkah yang telah tampak dipelupuk mata.

Pupuslah impian thawaf di Baitullah…
Mereka harus dihalau takdir untuk kembali….
Remuk redam,sedih dan pilu menyatu dengan iringan rambut-rambut yang jatuh berguguran.
Sembelihan-sembelihan yng terpaksa dialirkan darahnya sebelum tiba waktunya.

Al-Faruq kesal…marah dan mencoba berlogika tanpa batas….akhirnya ia harus merintih tertunduk di bawah iradah ilahiyyah.

As-Shiddiq dengan tenang dan ridho..datang menasehatinya dan berkata: ikuti Dia…dia Rasulullah dan tidak akan menyelisihi Yang di Atas.

Musim berganti..kerinduan yang menyeruak diantara asa dan kekhawatiran terhalang ke Baitullah telah terbayar….mereka thawaf dan sa’i..mereka bertahallul..

Lebih dari itu….tak berapa lama Mekkah ditaklukkan menjadi milik mereka.

Kalaulah mereka tiada terhalang memasukinya…tak kan ada peristiwa Perjanjian Hudaibiyah…dan tidak termuat dalam sejarah…penaklukan kota Mekkah..

Ilahi… ajarkan kami sabar tatkala jalan ini buntu..
Tatkala harus memilih jalan yang lain..
Bimbinglah kami untuk meridhoi jalan apapun yang telah engkau pancangkan di hadapan.

Perjalanan menuju Johor-KL-Jeddah
Wallahul musta an…..

23 Rabiul Awwal 1436/14 Jan 2015.

Abu Fairuz