Syair”kaji diri”
Wahai insan berbudi fikirkan
Asalmu tembikar jangan lupakan
Dari setetes mani yang dipancarkan
Kepada tanah jua engkau dikembalikan
Terlahir engkau tanpa busana
Menangis tersedu dikau menghiba
Jabatan dan harta tiada berpunya
Menanti belas kasih ibunda
Jahil itulah predikat seseorang
Keluar dari rahim bunda tersayang
Kini dirimu megah terpandang
Harta berlipat gelar bersandang
Engkau tercipta tak sia-sia
Untuk diperintah paduka Yang Kuasa
Menjadi hamba sahaya setia
Mengabdikan hidup sepanjang masa
Nak kemana tuan berlari
Yakinlah maut akan menanti
Harta terlepas jabatan pergi
Masa muda tiada lagi
Kubur digali lahat di isi
Kafan dibuka setali-setali
kemana sanak keluarga pergi
Di dalam kubur seorang sendiri
Mungkar dan nakir pasti bersoal
Jenazah bungkam pertanda sial
Dipecut disiksa laksana tumbal
Menjerit merintih tanda menyesal
Sadarlah insan kemana tujuan
Ke negeri akhirat itulah tumpuan
Siapkan bekal dalam berjalan
Agar tak rugi diri dan badan
Bekal akhirat bukanlah harta
Pangkat jabatan tiada berguna
Kecuali iman dan bekal takwa
Teman pengiring yang setia
Duhai insan bernasib malang
Jagalah diri jangan terpanggang
Neraka jahim di negeri seberang
Malaikat Malik berwajah garang
Tiada guna hidupmu sombong
Harta jabatan tiada kau boyong
Sungguh malang bekalmu kosong
Di negeri akhirat engkau melompong
Mana istanamu dan rumah megah?
Istri memikat dan anak-anak gagah?
Apakah berguna dijadikan risywah?
Menyogok Malikat neraka Az Zabaniyah?
Jadikan Firaun sebagai cerminan
Haman dan Qarun jadi pelajaran
Hidup hanyalah persinggahan
Hawa nafsu jangan perturutkan.
Batam, 6 Jumadil awwal 1436 h/25 Feb 2015
Abu Fairuz