WAKTUMU BAHAGIAMU ATAU CELAKAMU
Suatu hari Syeikh Jamaluddin Alqasimi -salah seorang ulama Syam-melewati kedai kopi sambil menyaksikan orang-orang yang membuang-buang waktu duduk bermain catur dan berbual-bual tanpa makna, maka ia berkata: “Aduhai… sekiranya waktu mereka bisa kubeli niscaya kan kubeli untuk menambah waktuku”.
Dalam kitabnya Shoidul khatir, Ibnul Jauzi pernah menyebutkan keprihatinannya yang dalam terhadap orang-orang yang membuang-buang masanya dipinggir-pinggir jalan, maupun di tepian sungai Tigris dan Eufrat berbual-bual menghabiskan umur, beliau menyebutkan bagaimana guru beliau Abul wafa Ibn Aqil alhambali yang begitu menghargai waktunya.
Ia berkata tentang gurunya: “kudapati dalam catatan guruku ia menulis “tidak halal bagiku menyia-nyiakan waktuku walau sesaat. Bilamana lisanku sudah kelu untuk mengulangi hafalan ataupun berdiskusi tentang ilmu, mataku tak mampu lagi untuk membaca, maka aku akan gunakan akalku untuk berfikir di atas pembaringanku, hingga akhirnya aku takkan bangun di pagi hari kecuali telah ada bahan untuk kutuliskan sebagai buah fikirku tadi malam untuk menjadi buku yang bermanfaat””.
WAKTU ITU ADALAH KEHIDUPAN
Kisah di atas menunjukkan kepada kita bahwa waktu itu adalah kehidupan, yang tak menggunakan waktu untuk kebaikan hakikatnya tidak pernah hidup kecuali sebagaimana hidupnya binatang.
Seorang muslim sadar waktunya di dunia begitu terbatas dan begitu berharga untuk menjadi jembatan kehidupan yang hakiki dan abadi di negeri akhirat.
Seorang mukmin senantiasa akan menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi-Nya sebagai panduan yang mengingatkannya selalu tentang mahalnya harga waktu.
Bila anda perhatikan dengan cermat, alangkah banyaknya ayat yang menyebutkan Allah bersumpah dengan waktu. Lihat saja dalam juz Amma , bertebaran sumpah Allah dengan waktu secara umum maupun penggalan-penggalan waktu. Ia berfirman:
والضحى والليل إذا سجى
Demi waktu dhuha (manakala mentari naik sepenggalah)
Demi malam bila telah sunyi dan gelap
والشمس وضحاها، والقمر إذا تلاها والنهار إذا جلاها والليل إذا يغشاها
Demi matahari dan cahayanya di kala dhuha
Demi bulan yang datang menggantikannya
Demi siang manakala Dia tampakkan
والليل إذا عسعس والصبح إذا تنفس
Demi malam apabila akan meninggalkan gelapnya
Demi subuh apabila fajarnya telah menyingsing
والعصر
Demi masa
Allah bilamana bersumpah dengan makhluknya,hakikatnya sedang menunjukkan pada kita betapa agung dan pentingnya makhluk tersebut, karena penggalan-penggalan waktu tersebut sejatinya adalaah modal besar bagi manusia untuk beramal dan berbekal demi keberuntungan negeri akhiratnya.
KEBANYAKAN MANUSIA MENYIA-NYIAKAN WAKTU
Namun sayangnya kebanyakan manusia lalai menyia-nyiakan waktunya lewat tanpa makna. Itulah kelak yang paling disesali manusia bila ajal datang menjemput. Allah berfirman:
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ [المؤمنون : 99-100]
Tatkala datang pada salah seorang mereka kematian, barulah ia menyesal dan berkata: “Tuhan kembalikanlah aku hidup semoga aku dapat beramal sholeh yang dahulu kutinggalkan, sekali-kali tidak, sesungguhnya itu hanyalah ungkapan penyesalan yang tak berguna, sementara di belakang mereka ada dinding pembatas untuk kembali ke dunia hingga datangnya hari mereka dibangkitkan.
Kebanyakan manusia lalai dalam gelimang kenikmatan dunia dari memahami untuk misi apa mereka diciptakan.
Kebanyakan mereka menghiasi hidup sekedar untuk bersenang-senang, makan minum tak ubahnya binatang yg hidup hanya untuk makan, minum, dan melampiaskan syahwat.
Mengejar ambisi dunia dengan angan-angan panjang tak berkesudahan hingga akhirnya kematian menyudahi mimpi-mimpi dunianya.
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ [الحجر : 3
Biarkan mereka makan dan bersenang-senang dan dilalaian dengan angan-angan yang panjang , kelak mereka akan tau akibatnya.
Saudaraku, jangan pernah lewatkan waktumu untuk hal-hal yang tak berguna, habis di depan android dan handphone pintarmu, tenggelam dalam samudera maksiat memandang yang haram, terlena dengan berbagai ragam medsos dan game-game yang membunuh waktumu.
Terakhir ingatlah ungkapan Imam Syafii rahimahullah: “aku pernah berteman dengan orang-orang sufi dan tak kutemukan dari mereka apa yang berharga selain ucapan hikmah mereka yang berbunyi
الوقت كالسيف فإن لم تقطعه قطعك
“Waktu itu ibarat pedang, bilamana kau tak mampu memotong dengannya (menggunakannya ) niscaya ia akan memotongmu”.
Jeddah, 3 Jumadal Akhir 1441 H/ 27 Jan 2020
Abu Fairuz My