Kisah itu mengalir deras dari mulutnya menuturkan episode demi episode kehidupan kelam dari perjalanan masa lalunya. Perjalanan seorang anak manusia yang jauh dari pesan-pesan agama dan cahaya petunjuk Ilahi. Perjalanan yang muaranya adalah neraka Jahannam -seandainya ia tidak bertaubat dan Allah tidak merahmatinya.
Di usia 18 tahun ia mengenal seorang wanita yang lebih tua darinya 6 tahun. Wanita ini telah menikah dan memiliki anak, namun karena bertengkar, keduanya berpisah tempat dan putus komunikasi. Apa yang membuat hubungan rumah tangga mereka tidak harmonis…wallahu a’lam, yang jelas, hal ini membuat si wanita bebas bergonta ganti pasangan dengan beberapa lelaki
Entah bagaimana awalnya, atas dasar kasihan, ia selalu menasehati wanita itu untuk kembali ke jalan yang benar. Nasehat-demi nasehat dan petuah demi petuah telah diberikan membuat wanita itu simpati dan menaruh hati padanya. Cinta dan membuat indah hari-hari mereka, namun…dari sinilah musibah itu bermula.
Komunikasi antara keduanya semangkin sering, jika pertama hanya sebatas nasehat dan curhat, lambat laun Syetan memperdaya mereka hingga berhasil merubuhkan benteng pertahanan keduanya sekaligus mengelincirkan keduanya hingga jatuh tersungkur dalam lembah perzinahan yang dalam.
Enam bulan mereka nikmati cinta yang haram tersebut hingga membuahkan hasil, wanita itu positif hamil, sementara statusnya belum bercerai dari suaminya yang sah.
Atas dasar cinta dan tanggung jawab, lelaki ini ingin menikahinya, namun ternyata aral melintang dihadapan keduanya. Orang tua lelaki itu tidak menyetujui pernikahan mereka, apalagi sang wanita masih berstatus istri orang. Dengan segala macam cara, wanita itu berupaya meminta cerai dari suaminya untuk memuluskan jalan pernikahannya dengan pemuda tersebut.
Singkat cerita, mereka menikah dan ini adalah pernikahan ketiga bagi wanita itu, karena sebelumnya dia juga pernah dua kali menikah dan telah dikarunia beberapa anak dari keduanya.
Waktu terus berjalan, dan usia pernikahan merekapun bertambah. Namun sang lelaki terus-menerus dibayangi rasa curiga dan kekhawatiran jika istrinya kembali berselingkuh.
Rasa itu terus dia pendam hingga suatu ketika, tatkala dia pergi meninggalkan rumah untuk suatu keperluan…hatinya syak ada sesuatu yang terjadi di rumahnya. Dia segera bergegas pulang dan ternyata…..
Dia memergoki ada seorang lelaki yang baru saja keluar dari kamar istrinya, la haula wal quwwata illa billahi…
Karena tidak tertangkap ”basah” sang istri tetap tidak mengakui bahwa dia telah berzina dengan lelaki tersebut, meskipun berjanji akan bertaubat dan tidak berselingkuh lagi.
Waktu kembali berjalan, kini sang suami melihat gejala aneh kembali pada istrinya. Sejak kedatangan sepupu suami, sang istri enggan melayani suami, bahkan kerap memotivasi agar suami giat bekerja di luar daerah..
Rumah tangga mereka menjadi hambar, komunikasi tidak berjalan lancar, dan sang istri berusaha melakukan berbagai macam cara untuk menolak suaminya jika diajak berhubungan. Berbagai syarat dan tuntutan dia lakukan, membuat suami kebingungan dan merasa berat melakukannya.
Kini sang suami telah memulangkan sepupunya dan sepupu telah mengakui segala kekhilafannya. Dalam kebingungan dia meminta bantuan untuk menentukan sikap..apa yang harus dia lakukan terhadap istri tersebut..?? bahkan yang lebih dahsyat dari itu…dia juga meragukan anak biologis yang dikandung istrinya dahulu, jangan-jangan bukan berasal dari benihnya…!!
Inna lillahi wa inna ilahi rajiun..
Sungguh benar kata pepatah arab ”kama tadinu tudanu” (sebagaimana engkau berbuat seperti itu pula yang kau dapat) atau ungkapan lainnya “Balasan itu setimpal dengan perbuatan”.
Jika dahulu dia berselingkuh dengan istri orang, kini istrinya diselingkuhi orang. Jika dahulu dia berzina dengan istri orang, kini orang lain, bahkan kerabat sendiri yang menzinahi istrinya…nauzubillahi min zalik.
Dalam penyesalannya, aku memesankan agar dia mengajak istrinya untuk bertaubat kepada Allah, tidak meninggalkan lagi sholat lima waktu dan berusaha untuk menimba ilmu agama.
Kupesankan juga agar dia berupaya mencari lingkungan yang baik, berteman dengan orang-orang yang sholeh serta berupaya tidak bermudah-mudah membiarkan lelaki lain yang bukan maharam berinteraksi dengan istrinya, apalagi membiarkan istrinya tinggal berdua degan kerabatnya.
Sungguh benar sabda Nabi –shalallalhu alaiahi wa sallam– dari riwayat Muslim dari jalur Uqbah bin Amir, yang artinya : janganlah kalian memasuki tempat-tempat wanita! Sahabat Ansar bertanya: bagaimana jika ipar-wahai Rasulullah? Beliau menjawab: ”Ipar itu adalah kematian(kebinasaan)”.
Untuk para pembaca….
Hendaklah kita mewaspadai fitnah wanita,s ekalipun dalam bentuk curhat…konsultasi… mengajarinya Alquran…dst. lihatlah bagaimana kisah ini bermula…berawal dari nasehat tulus yang berujung kehancuran.
Untuk para sahabat..
Berhati-hatilah dalam mencari pasangan hidup, sungguh malapetaka pria terbesar sepanjang masa, tatkala mendapatkan wanita keji yang tidak memelihara kemaluannya dan harga dirinya.
Sungguh para Nabi diuji dengan istri yang durhaka dan kafir, seperti Nuh dan Luth, Namun tidak ada seorangpun diantara mereka yang diuji dengan istri penzina yang mengotori ranjang suaminya dengan lelaki lain.
Terakhir, aku melihat bahwa faktor besar yang mendatangkan petaka dunia akhirat adalah kejahilan dalam agama, yang membuat seseorang melihat suatu perkara yang besar dalam agama, kecil dan sederhana di matanya.
Bagaimana mungkin Anda membiarkan istri anda berduaan dengan lelaki yang bukan mahram baginya-sekalipun kerabatnya ataupn kerabat anda-. Bagaimana mungkin seorang suami membiarkan istrinya dibonceng dan dibawa lelaki lain dengan alasan satu tempat bekerja dsb.
Bagaimana mungkin suami membiarkan istrinya keluar tanpa menutup aurat dan dengan menampakkan lekak-lekuk tubuhnya dan pakaian yang transparan.
Ya Rabb, selamatkan kami dari fitnah wanita dengan rahmat dan kasih sayang-Mu, ampunan ketergelinciran kami di masa yang lalu, buatlah kami cinta kepada ketaatan dan keimanan, dan buat pula hati kami membenci kemaksiatan dan kekufuran.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah atas baginda Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa salam, para keluarga dan sahabat-sahabat.
Batam, Selasa, 7 Dzulqaidah 1435 H /02 September 2014
Abu Fairuz