Kaedah asal dalam menyikapi fitnah adalah upaya menjauhkannya sebelum terjadi. Dalam hal ini hendaklah orang-orang awam bertanya kepada para ahli ilmu di negerinya masing-masing yang lebih paham membaca situasi dan keadaan.
Jika hal tersebut diabaikan, biasanya fitnah akan terjadi dan akan menyebabkan kekacauan, perpecahan, saling mencela, mengadu domba, saling hasad dan boleh saja berakhir pada pertumpahan darah.
Beragam tingkatan manusia dalam menyikapi fitnah:
1. Orang berilmu ( مستبصر ) yang mengetahui fitnah sebelum terjadi dan mengingatkan manusia agar tidak terjebak padanya.
2. Orang yang tidur (النائم) yaitu orang yang tidak perduli dengan fitnah bagaikan orang tidur yang tidak mengetahui apapun.
3. Orang yang berbaring (مضطجع )yaitu orang tidak mengetahui fitnah kecuali sedikit dan tidak tergerak untuk duduk dan bangun menyambutnya.
4. Orang yang duduk (القاعد )yaitu orang sekedar mendengar fitnah dan tidak tergerak untuk bangun melihat lebih jauh dan menghampirinya.
5. Orang yang berdiri (القائم ) melihat fitnah.
6. Orang yang berlari ( الساعي ) menyambut fitnah.
7. Orang yang mendekati fitnah(المستشرف لها )
8. Orang yang terjebak dalam fitnah (الواقع فيها )
Nabi bersabda:
سَتَكُونُ فِتَنٌ ، الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ ، وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي ، وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي ، وَمَنْ يُشْرِفْ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ ، وَمَنْ وَجَدَ مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ ) رواه البخاري (3601) ومسلم (2886)
“Akan muncul fitnah(kekacauan dan huru-hara masal), maka orang yang duduk lebih baik dari yang berdiri, dan yang berdiri lebih baik dari yang berlari, dan yang dekat menyambutnya akan terperangkap, maka barang siapa yang mendapati tempat berlindung atau tempat menghindarinya hendaklah segera menghampirinya. HR. Bukhari dan Muslim.
Ada juga tambahan riwayat” النائم فيها خير من اليقظان “. Orang yang tidur lebih baik dari yang terjaga”.
Dan tambahan ” ألا فإذا نزلت أو وقعت فمن كان له إبل فليلحق به” …bila fitnah telah terjadi maka hendaklah yang memiliki unta mengungsi membawa untanya…”.
Hadis di atas menunjukkan standar kebaikan seseorang diukur dari sejauh apa ia menghindar dari fitnah. Orang terbaik adalah orang yang menjauhkan manusia dari fitnah dengan ilmu dan hikmah yang dimilikinya.
Selanjutnya keburukan seseorang akan ditimbang dari seberapa jauh ia mendekat kepada fitnah. Semangkin mendekat maka semangkin dahsyat keburukan menghampirinya,dan yang paling celaka dari semua tingkatan di atas adalah orang yang menjadi penyebab munculnya fitnah.
* faedah kajian Syeikh Sulaiman Ruhaili
—————-
Malang, Batu 15 Syawal 1437 /20 Juli 2016
Abu Fairuz Ahmad Ridwan MY.