Ulama-Ulama Yang Tidak Ingin Tenar

Ada ulama-ulama salaf yang telah mewariskan kepada kita ilmu yang begitu berharganya tak ternilai, namun tak dikenal jati dirinya, tak diukir biografi hidupnya, bahkan namanya pun diperselisihkan.

Sebut saja penulis kitab “Albaiquniyah” dalam bentuk syair yang begitu indah dan ringkasnya yang ditulis dalam ilmu musthalahul hadis.

Hampir-hampir orang tak mengenal siapa nama aslinya. Ada yang menyebutkan namanya adalah “Thoha” ada pula yang menyebutkan namanya “Umar”. Tak dikenal namanya kecuali dengan judul nisbat diri dengan bukunya, jadilah orang-orang menyebutnya dengan si “Albaiquni” yang terambil dari nama bukunya.

Adapun biografi hidupnya, tak ada yang tau. Menurut Syeikh Abdul Karim Alkhudair –hafizahullah– mereka sengaja menyembunyikan jati diri mereka agar dapat lebih mengikhlaskan diri dan terhindar dari riya.

Ada pula ulama lain seperti penulis matan ilmu Nahu “ibnu Al-Ajrum” yang terkenal dengan bukunya “Al-Ujrumiyah” ataupun penulis kitab “An-Nuniyyah” Al-Qahthani juga tidak diketahui detail biografinya, padahal kitab berisikan syair yang dalam bahasa Arabnya disebut nazham tentang akidah ini begitu berharganya dan layak untuk diambil dan ditulis ulang meskipun harus menyebrangi gurun Sahara yang tandus.

Apa yang mereka tinggalkan berupa buah karya yang monumental, takkan hilang ganjaran pahalanya di sisi Allah meskipun orang-orang tidak mengenal mereka. Cukuplah bagi mereka ungkapan setiap orang yang membaca kitab mereka berupa doa yang mengiringi “berkata pengarang-rahimahullah“…

* * *

Masa ini seorang penimba ilmu pemula yang baru duduk di tangga pertama dalam tangga-tangga ilmu, telah mempopulerkan dirinya dengan berbagai gelar dan mengabadikan namanya dengan biografi yang begitu “wah” lengkap dengan sederet nama syaikh-syaikh yang disebut sebagai gurunya. Terkadang ditambah dengan berbagai embel-embel “tazkiyah” yang membuat orang berdecak kagum membacanya.

Padahal ilmunya hanyalah sebatas retorika yang menarik, tak tegak di atas manhaj salaf yang benar. Tampak penjelasannya tentang manhaj “berserabut” tak jelas dan bercampur baur antara kesesatan dan petunjuk.

Selayaknya setiap da’i dan para penimba ilmu, merendahkan dirinya dan sahaja dalam pakaian tawadhu tak ingin mencari popularitas.

Setiap seseorang berupaya menyembunyikan kebaikannya, maka akan lebih dapat menjaga keikhlasan.

———————————-
Batam, 3 Rajab 1438/31 Maret 2017

Abu Fairuz My