Cinta itu adalah anugerah terindah yang diberikan Sang Maha Pemurah pemilik cinta yang dengan cinta-Nya tegak segala urusan langit dan bumi dan dengannya dikirim para utusan-utusan untuk membawa cahaya petunjuk kepada Alam rendah ini.
Adapun cinta yang ada pada sesama makhluk dan pasangannya, hanyalah merupakan percikan dari tetes-tetes Samudera cintaNya yang diturunkan.
Pada dasarnya cinta ini tidak dipuji ataupun dicela oleh agama. Tetapi efek dari cinta itu sendiri yang akan dinilai terpuji atau tercela.
Jikalah cinta itu melahirkan kelalaian dalam ketaatan kepada Sang Pemberi cinta.. bahkan menjadi penghalang untuk menuju Samudera cintaNya yang hakiki…maka itulah cinta tercela dan terlarang.
Tatkala Abdullah bin Umar menikahi seorang gadis yang jelita, sungguh hatinya terpaut pada gadis tersebut..membuat dirinya lalai dan ketaatannya kepada Maha Pemberi Cinta semakin melemah, seketika itu Ayahanda tercinta menegurnya dan memerintahkan agar puteranya itu segera menceraikan kekasihnya. Abdulah merasa tidak nyaman dengan perintah itu hingga terpaksa ia mendatangi Nabi dan meminta pendapatnya atau pembelaan darinya. Setibanya di hadapan Nabi dan ia menceritakan segalanya, maka nabi bersabda: “patuhi ayahmu”.
Subhanallah… ia pun menceraikan istrinya dengan segala perasaan sedih yang berkecamuk dan membuncah dalam dadanya. Sungguh keputusan yang berat, tetapi Abdullah tidak punya pilihan kecuali mematuhi orang tua dan Nabinya.
Ikatan cinta itu segera dia putus dan Abdullah kembali lagi pada ketaatannya pada Zat yang Maha Layak untuk di cinta. Kembali dalam kekhusuykannya dan kenikmatannya berjalan menuju samudera cinta.
Jika percikan cinta itu menjadi pendorong seorang hamba untuk semakin cepat bergegas dalam pengembaraannya menuju Samudera cintaNya, maka hal ini terpuji dan bernilai ibadah. Sebagaimana kecintaan wanita-wanita sholeha kepada para suaminya yang menjadi sumber inspirasi positif bagi sang suami untuk melakukan segala bentuk penghambaannya kepada Zat Maha Pemurah dan Penyayang.
Lihatlah kecintaan permaisuri Raja Muhammad bin Su’ud hingga membujuk beliau untuk menjemput ulama besar yang berhijrah ke negerinya Muhammad bin Abdul Wahhab. Dari bujukan inilah terwujud berjuta kebaikan dan tertutup berjuta kejelekan.
Dari cinta inilah terlahir negeri Tauhid yang telah berhasil menumbangkan berhala-berhala kesyirikan di seantero Jazirah. Berhasil meruntuhkan para penguasa-penguasa yang pongah penyeru kepada kesesatan.
Percikan air cinta yang indah itu menjadi tidak indah lagi bahkan menjadi sumber bencana, tatkala menjadikannya sebagai tujuan hidup yang dibangun di atasnya wala dan bara. Cinta mati ini yang akan melahirkan para pujangga dan orang-orang gila semisal Qois majnun Laila, Butsainah dan semisalnya dalam versi Arabnya, ataupun Romeo dan juliet dalam versi Ajamnya. Cinta yang berujung penderitaan melalaikan pemiliknya dari tujuan hakiki menuju samudera cintaNya.
28 Jumadil ula 1436 h/19 Maret 2015 m
Abu Fairuz