Rindu pada orang-orang dicintai adalah keniscayaan, manakala raga bercerai-berai. Kerinduan Ya’qub pada Yusuf tak pernah pupus, meski sang anak tak tau rimbanya, entah masih hidup atau sudah mati. Menanggung derita rindu berpuluh tahun, memendam kesedihan hingga membutakan mata untuk akhirnya bertemu kembali.
Kenangan pada orang yang dirindu kan muncul dan menguat manakala melihat tempat-tempat yang menjadi saksi bisu bahwa jiwa-jiwa yang saling terpaut itu pernah bersama di sana.
Jalan-jalan yang ku tapaki di kota Suci ini, tak mampu memupus kerinduanku pada orang-orang yang amat sangat kucintai. Syari’ Al khalil, Misfalah, tempat yang selalu menghidupkan kenangan lamaku bersama ibu-rahimahallah-, manakala kami menapaki jalan-jalan itu.
Jauh dari keluarga dan belahan jiwa, selalu melahirkan hangatnya tangisan di hati. Jauh dari tanah kelahiran pun senantiasa menimbulkan degub keras di dada, menyeruak menjadi kerinduan yang serasa ingin ditumpahkan berjumpa dengan sanak keluarga dan handai tolan.
Hanya karena yakin dengan takdir dan mengenal hakikat dunia yang fana ini sajalah membuatku dapat meredam segala getar-getar kerinduan pada semua yang kucinta.
Dunia ini memanglah tempat yang mengumpulkan segala orang berkasih kemudian mencerai beraikan mereka. Kampung akhirat saja tempat berkumpul abadi .
Ya Allah kumpulkan kami beserta seluruh keluarga kami di taman-taman surgamu yang abadi. Bersama rombongan para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan sholihin.
————
Masjidil Haram, 3 Jumadal Akhir 1444/ 27 Des 2022
Abu Zubair My