Dunia adalah sumber masalah, selama nafasmu masih berdenyut, selama itu pula masalah kan setia mengiringimu.
Manusia tangguh adalah manusia yang mampu mengurai masalah bila ia datang menyapa, berbeda dengan manusia lemah yang hidupnya hanya ahli buat masalah, kemudian manakala ia telah menggunung-karena tak di urai ketika masih kecil-ia malah lari tunggang langgang darinya, menganggap itulah solusi, si pandir tak tau bahwa larinya ia dari masalah, sejatinya hanya akan menambah deretan masalah- masalah baru lagi.
Masalah tanggung jawab hutang solusinya bukan melarikan diri “ngumpet” di dalam bungker tak keluar-keluar hingga mati, seyogyanya hadapi dengan “gentleman” buat komitmen untuk membayarnya, minta uzur kepada yang dihutangi karena telat membayarnya, kemudian jual semua asset yang ada, karena semua assetmu itu takkan sebanding dengan harga dirimu yang mahal, yamg tak layak kau gadaikan.
Bilamana tak berani betanggung jawab dengan masalah yang kau buat sendiri, mengapa tak kau lepas saja “kelelakianmu” pakai daster dan rokmu.
Dunia ini tercipta bak air sungai yang tak selalu jernih. Sesekali kan turun hujan lebat turun mengeruhkan kejernihannya.
Berani membina rumah tangga, harus berani pula untuk menyelesaikan masalahnya. Siapa bilang dalam rumah tangga kan steril dari masalah?. Dalam pergaulan hidup, dalam bekerja, bertetangga dst, pasti telah menunggu segudang masalah untuk diurai benang kusutnya dan diselesaikan dengan cantik.
Orang yang tak siap mengurai masalah akan dibelit benang-benang kusut masalah yang ia ciptakan sendiri. Manakala gagal ia selesaikan di dunia, terpaksa dia akan wajib selesaikan kelak di akhirat, di depan mahkamah abadi dan Allah sebagai Hakimnya.
Kasihan dirimu “kawan” manakala putusan sang hakim kau harus dipenjarakan di neraka, dirimu takkan kuat menerimanya.
———–
Telaga Sakinah, 14 Jumadil Ula 1443/19 Des 2021
Abu Fairuz My