Pintu Surga yang Terabaikan

Orang tua adalah pintu surga seseorang atau nerakanya. Bila orang tua dirawat dengan cinta kasih, diperhatikan, dijadikan skala prioritas dalam hidup, niscaya kebahagian kan diraih sang anak di dunia maupun akhirat.

Orang tua itu bagaikan “life jacket” pelampung penyelamat bagi seseorang yang akan tenggelam di air. Bilamana ia ambil dan manfaatkan niscaya akan selamat, bilamana ia biarkan dan abaikan ia akan tenggelam.

Seseorang pernah bertanya pada salah seoeang sahabat: ”sekiranya aku membawa ibuku, menggendongnya dari kampung halaman untuk ibadah haji pulang pergi, apakah kiranya aku dianggap telah dapat membalas jasa ibuku?” Sahabat Nabi menjawab: ”takkan mampu terbalas jasa-jasa ibumu dengan segala baktimu, bahkan tak dapat membalas satu erangan sakitnya dia ketika mengeluarkanmu dari rahimnya manakala melahirkanmu”.

Allah berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. QS: Luqman:14.

Datang seorang menemui Nabi manakala akan berjihad, maka Nabi bertanya perihal kedua orang tuanya, dia menjawab: ”kutinggalkan keduanya menangis dan tak rela atas kepergianku”. Maka Nabi menjawab: “pulanglah dan berjihadlah dengan mengurus keduanya”. HR Bukhari dan Muslim.

POTRET ORANG TUA DI ZAMAN INI

Bila dahulu betapa besarnya salaf mengagungkan orang tua mereka dan menjaga agar tak tertumpah airmata kesedihan orang tua atas perbuatannya, maka anak-anak sekarang begitu mudah membuat kedua orang tuanya menangis, padahal membuat orang tua menangis dianggap Ibnu Umar adalah bentuk dari kedurhakaan.

Bila salafus shalih begitu beradabnya ketika berbicara pada orang tua hingga hampir-hampir tak terdengar suaranya di depan ibunya, kini kita selalu mendapati anak-anak zaman ini membentak dan menghardik orang tuanya.

Manakala ibunda Iyas bin Muawiyah wafat ia berkata: ”Bila sebelumnya aku punya dua pintu surga yang terbuka maka kini tinggal satu pintu lagi yang bersisa, karena yang satu telah tertutup”.

PANTI JOMPO

Bila dulu orang tua tatkala tua diagungkan dan dimuliakan, dirawat dengan sabar hingga Allah mewafatkannya, kini orang tua bila dianggap tak produktif lagi, sakit-sakitan dan pikun, segera sang anak bergegas menghantarkannya ke panti-panti jompo. Hidup jauh dari anak cucunya, bahkan diabaikan dan tak dijenguk.

Anak durhaka ini lupa dengan jasa orang tua yang telah melahirkannya dan menjadi sebab adanya ia di muka bumi ini.

Bahkan ada yang menterlantarkan orang tuanya dengan membuangnya di tepi jalan, di tepi hutan, hingga akhirnya diselamatkan manusia.

SIKAPMU PADA ORANG TUAMU AKAN TERBAYAR KELAK

“Siapa menabur angin maka siaplah menuai badai” itulah kira-kira kata pepatah. Artinya siapa yang nekat berbuat sesuatu dia akan menuai hasilnya kelak. Bilamana engkau berbakti pada orang tuamu, maka kelak dikala tua anak-anakmu kan berbakti pula padamu, sebaliknya bilamana engkau sia-siakan dia, kau bentak dan hardik ia, kau tak urus dan abaikan dia, kau benci dia, maka tunggulah kelak anakmu akan memperlakukanmu seperti itu bahkan lebih jelek. Maka pilihlah nasibmu sendiri di kemudian hari , sesungguhnya apa yang kau tuai kelak adalah apa yang kau tanam sekarang.

Millenium hotel, Jakarta 11 Zulka’dah 1444/31 Mei 2023

Abinya Zubair Ahmad Ridwan MY