Berbagai teori dan pendapat tentang sebab tercetusnya pemberontakan Hutsyi terhadap pemerintah resmi, sebagian kalangan berpendapat bahwa hal itu terjadi karena hutsyi merasa dianak-tirikan oleh pemerintah resmi, diabaikan hak-hak mereka hal yang membuat mereka ingin merdeka.
Sebagian menyebutkan Hutsyi adalah perpanjangan tangan Iran untuk memperluas pengaruh Syiah dan hegemoninya atas negeri-negeri Arab Ahlus Sunnah di Timur Tengah, wallahu a’lam.
BERTOLAK KE YAMAN
Pukul 11.40 an sebelum zhuhur bus kami mulai bergerak menuju Almukalla Ibu Kota Hadramaut-Yaman. Perkiraan perjalan ditempuh dalam 20 jam dengan jarak tempuh sekitar 1.722 km diluar waktu sholat, makan, istirahat dan antrian kala di perbatasan imigrasi.
Secara umum jalan darat di wliayah Saudi jalan tol yang mulus dan sepi. Sepanjang mata memandang kiri kanan jalan dipenuhi dengan padang pasir tandus dan sesekali rumah-rumah masyarakat.
Dari jauh nampak kemah-kemah dan tenda-tenda dikelilingi puluhan ekor unta dan kambing-kambing peliharaan orang tempatan.
Bus berhenti mengikuti jadwal waktu sholat dan makan. Untuk makan malam kami berhenti di wadi Ad-Dawasir, menyatap lezatnya roti “Dhabel/ tammiz mirip dengan roti “nan” dengan menu “khilabah tuna” dan “shaksuka” dengan tetap setia menyeruput hangatnya teh adni.
BELAJAR DI YAMAN
Para penimba Ilmu di Yaman kebanyakannya belajar dengan sistem mulazamah/sorogan di markaz-markaz yang tersebar seluruh negeri Yaman.
Memang ada juga universitas-universitas di sana, namun kebanyakan murid-murid indonesia yang datang ke sana duduk dan mukim di markaz sambil intisab/ ikut kuliah universitas terbuka untuk mengambil gelar dan ijazah. Untuk program ini mahasiswa cukup datang ketika ujian saja.
Biasanya setiap universitas mengeluarkan iqamah/ izin tinggal untuk setiap mahasiswa yamg diperbaharui setahun sekali. Biaya pembaharuan iqamah itu tersebut sekitar 100 dolar us pertahunnya.
Secara garis besar sebagian markaz-markaz juga punya link ke pemerintah dan dapat juga mengeluarkan iqamah untuk pelajarnya.
Bagi yang ikut belajar ke universitas mereka diwajibkan membayar uang kuliah persemester dan uang ujian permateri yang mereka ambil.
JANGAN SALAH MEMILIH TEMPAT BELAJAR
Siapa yang ingin belajar ke Yaman wajib memastikan bahwa ia masuk di markaz- markaz Ahlus Sunnah, karena tidak semua markaz itu bermanhaj ahlus sunnah sesuai pemahaman salafus sholih.
Di Yaman banyak sekali markaz-markaz belajar sufi dengan segala pernak perniknya. Bila anda salah masuk maka keluar dari markaz anda kan menjadi sufi tulen yang ciri-cirinya senang ngalap berkah di kuburan-kuburan keramat, beribadah dengan alat-alat musik/hadroh, kultus pada guru, syeikh, habib, muaallim dst, berebut mengambil barokah dari bekas air minum, pakaian, serban, sepatu/ sandal dan tubuh mereka, membungkuk-bungkukan badan mencium tangan hingga kaki mereka.
Ajaran sufi begitu mengakar di Yaman, dengan kedatangan Syeikh Muqbil lah tersebar markaz-markaz belajar Ahlus sunnah yang diampu murid-murid beliau.
Ajaran sufi memang kental dan laris di sana, siapa tak kenal kota Tarim dengan segala khurafatnya, tempat belajar para sufi dari seluruh dunia.
Di sisi lain, di Yaman utara juga ada sekte Syiah Zaidiyah yang kini sudah campur baur dengan dogma Syiah Imamiyah dari Iran, meski jumlah mereka belum mendominasi di sana namum mereka memiliki kekuatan dan kekuasaan penuh atas wilayah tersebut dengan senjata dan militernya.
BELAJAR DI YAMAN ITU GRATIS
Sebagian besar markaz ahlus sunnah di Yaman tidak memungut biaya belajar apapun dari para murid-murid. Tak ada uang masuk, uang spp bulanan, uang gedung, uang pengkal dan segala tetek bengek belajar di negeri kita.
Tak ada uang semester ataupun uang tahunan. Seluruh murid-murid belajar dengan gratis, makan minum dan bertempat tinggal gratis.
Tentunya semua itu dengan fasilitas apa adanya karena untuk operasional markaz biasanya yang nirlaba ini biasanya di dapat dari para muhsinin dan para donatur.
Karena gratis, maka jangan banyak berharap di sana makan dengan menu yang istimewa, enak dan lezat, semua dihidangkan dengan ala kadarnya.
Biasanya menu makan nasi hanya sekali sehari di waktu makan siang saja, untuk sarapan dan makan malam, mereka biasa mengkonsumsi roti dan lauknya.
TIDAK ADA ISTILAH TAMAT, WISUDA, IJAZAH DAN GELAR
Bilamana di seluruh kampus dunia ada masa selesai belajar, ada alumni dan ada wisuda dengan gelarnya, maka belajar dengan sistem mulazamah/sorogan di Yaman tidak ada istilah tamat belajar, wisuda dan pulang membawa ijazah dan gelar akademis.
Jangan harap ada jebolan Yaman pulang ke infonesia bawa ijazah, gelar akademis dan almamater. Kalaupun ada maka dapat dipastikan ia mengambil ijazah dan gelar itu dari kampus-kampus seperti yang saya sebutkan sebelumnya.
MAU ILMU AMBIL DI MARKAZ, MAU GELAR AMBIL DI KAMPUS
Istilah ini santer di kalangan para pelajar di sana, bahwa hakikat ilmu yang diperoleh dengan ta’shil yang kuat itu hanya ada di markaz tidak di kampus. Karena itulah kita mengenal ustadz-ustadz kita yang pernah belajar di Yaman pulang dan berdakwah tanpa embel-embel gelar akademis, namun sebagian mereka tak diragukan kapasitas keilmuan dan kedalamannya yang terkadang mengalahkan para alumni yang bergelar dan bertitel.
Tapi juga jangan salah, tidak sedkit pula yang pulang dari Yaman tak membawa ilmu karena di Yaman banyak lalainya dan sedikit fokus dan seriusnya dalam belajar.
Bila gelar akademis di kampus berbatas waktu maka belajar di markiz unlimited /tidak berbatas waktu. Kau boleh belajar setahun, empat tahun, enam tahun ataupun selamanya. Sesuai hajatmu pada bidang ilmu yang kau minati.
Biasanya belajar di markaz itu disesuaikan dengan kitab, menghafal mutun dan tanpa ujian akademis dengan akhir lulus atau tidak lulus. Karena itulah istilah lulus dan tidak lulus itu tidak ada dalam kamus belajar di Yaman.
Bersambung…
Tengah malam jelang perbatasan Saudi-Yaman, 21 Rabiul Awwal 1446/ 25 Sept 2024
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My