Ketika gundah bercabang
Gundah karena dunia adalah jalan yang bercabang ,simpang yang membingungkan, derita yang tiada berkesudahan.
Semangkin dikejar semangkin berlari, semangkin diimpikan semangkin menyakitkan.
Mengejarnya adalah musibah, mendapatkannya adalah petaka, melepaskannya adalah bencana.
Memperebutkannya melahirkan deraian air mata, genangan darah, mengurai simpul yang terbuhul, menjauhkan yang dekat, mencerai-berai kekasih, menyebar dendam.
Seberapa jauh langkah kita mendekatinya seperti itu pula langkah kita menjauh dari akhirat.
Bersabda Nabi yang Mulia-Shallallahu alaihi wa sallam-dalam hadis yang diriwayatkan ibnu Majah:
” مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ , كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ , وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا , لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ ” .
Barang siapa yang menjadikan segala gundah-gulananya yang bercabang menjadi satu-gundah gulana saja untuk mencapai negeri akhirat, Niscaya Allah akan mencukupkan baginya gundah gulana dunia. Barang siapa yang gundah gulananya bercabang meraih ambisi dunia, Allah tidak memperdulikannya binasa di satu dari lembah-lembah dunia”.
Kebahagian seseorang ketika mampu melebur semua ambisi dunianya untuk satu obsesi terbesar…negeri akhirat.
Abu fairuz, 9 Ramadhan 1436 h/ 26 juni 2015
Abu Fairuz