Sunnah Nabi bagaikan bahtera Nuh yang satu-satunya sarana penyelamat manusia ketika mengarungi samudera di masa topan Syahawat dan Syubuhat datang melanda.
Siapa saja yang tak naik mengendarai kan tenggelam dalam arus syahwat dan syubuhat yang membinasakannya, sebagaimana binasanya kaum Nuh yang enggan menuruti seruan Nabi mereka.
Sunnah Nabi adalah jalan selamat tatkala tradisi, adat istiadat, logika, jumlah mayoritas dan perasaan banyak membuat orang meninggalkan jalan tersebut.
Karena merasa mayoritas lebih utama, kaum Nuh enggan mengikuti jalan segelintir manusia pengikut Nuh yang beriman di atas bahtera.
Karena logika dan perasan, putera Nuh -yang durhaka pada sang ayah-membuat ia tak peduli dengan seruan Nuh “wahai puteraku ikutlah bersama kami jangan kau ikuti orang-orang yang kafir”.
Dengan logikanya ia menentang dan berkata: ”aku akan ke puncak gunung yang dapat menyelamatkanku”. Akhirnya ia tenggelam dalam lautan logikanya sendiri dan binasa.
Barang siapa yang mau selamat, dahulukan sunnah Nabi ketika berbenturan dengan segala macam adat-istiadat, logika berfikir, perasaan, pengalaman dan apapun namanya.
Batam, 23 Syawwal 1441/15 Juni 2020
Abu Fairuz My