Bismillah..
Tidak sedikit dari orang tua yang niatnya menyekolahkan anak, agar sang anak kelak berhasil dunianya, berjaya jadi orang berpangkat, menjadi pejabat, konglomerat, agar kelak tidak melarat.
Sebagian lagi orientasi menyekolahkan anak agar kelak bisa mengganti uang yang telah dia keluarkan membiayai sang anak, impas dan tidak merugi, syukur-syukur bisa untung.
Untuk hal tersebut mereka rela mengeluarkan uang berapapun, bekerja apapun bahkan pinjam darimanapun yang penting anaknya sukses sekolah, kuliah, dan meraih gelar sarjana, magister, hingga doktoral.
Terkadang sebagian orang tua merasa rendah menyekolahkan anaknya ke sekolah agama, madrasah, pesantren dan semacamnya karena -menurut mereka- tidak dapat menjanjikan dunia dan harta.
Kalaupun masuk pesantren, yang tergambar dalam benak mereka kelak, anaknya mudah masuk perguruan tinggi ternama, gampang jadi polisi, mudah jadi tentara karena hafal Quran 30 Juz, masuk tanpa test, lulus prioritas.
Sebagian lagi berharap anaknya kan jadi da’i kondang, muballigh tersohor, ustadz ternama, beramplop tebal, kyai terkenal, bermandikan pujian dan sanjungan manusia, jadi da’i sejuta ummat, ustadz selebritis, ustadz viral dengan jutaan follower.
Dari salah niat tersebut, tak jarang datang penyesalan orang tua di kemudian hari dan ratapan tak berkesudahan, manakala melihat anaknya sukses dunia, kaya raya, berkedudukan, namun miskin bakti dan kasih sayang, durhaka dan tak kenal balas budi.
————
Namun alhamdulillah, masih ada orang tua -yang dirahmati Allah- yang menjadikan orientasinya dalam menyekolahkan anak untuk negeri akhirat yang abadi, selamat dari syubuhat dan syahwat, agar anaknya jadi ulama rabbani, lentera penerang ummat, dari gelapnya, kekufuran, syubuhat dan maksiat.
Orang tua semacam ini, biasanya tak begitu ambisi anaknya mengejar gelar maupun ijazah, masuk sekolah dan perguruan tinggi mahal dan ternama.
Tak terbersit dihati mereka kekhawatiran tentang rezeki anaknya kelak, karena mereka yakin rezeki anaknya ada yang mengatur, kaya miskin bukan sebab seorang kan menjadi mulia atau pun hina.
Cita-cita besar mereka menyekolahkan anak adalah bagaimana sang anak tetap lurus dan suci fitrahnya, tau tujuan hidup.
Wahai para orang tua, apa yang kau tanam kelak itu jualah yang kau tuai. Sungguh dunia ini bukanlah tujuan, jangan ajari anakmu menjadikannya sebagai tujuan, niscaya kelak kau kan menyesal.
————
Batam, 10 Jumadal Ula 1443/ 15 Des 2021
Abinya Fairuz, Ahmad Ridwan My