Tidak Mengucapkan Selamat Hari Natal, Tanda Intolerankah?



NABI SEBAIK-BAIK PANUTAN DALAM BERTOLERANSI

Sebaik-baik panutan dalam toleransi beragama adalah baginda Nabi –sallahu alaihi wa sallam-. Beliau tidak pernah paksakan siapapun beragama Islam.

Beliau menyambut utusan kamu Nashara dari Najran, mendakwahi mereka pada “kalimatin sawain” kalimat yang sama agar menyembah Allah semata.

Beliau membuat piagam Madinah yang berisikan perjanjian dengan kabilah-kabilah Yahudi agar bersama-sama saling menghormati, menjaga negeri Yatsrib dari serangan luar.

Beliau menjenguk pemuda Yahudi yang sakit dan menawarkan padanya Islam. Beliau menerima undangan kaum wanita Yahudi yang akhirnya meracuninya.

Beliau berjual beli dengan Yahudi, mengakui pasar Yahudi Bani Qainuqa dan izinkan kaum muslimin berjual beli di sana. Bahkan beliau wafat dan baju besi beliau masih tergadai pada salah seorang Yahudi.

Di ZAMAN NABI BANYAK PERAYAAN AGAMA

Ketikan Nabi tiba di Madinah, Nabi mendapati orang-orang Yatsrib turut serta merayakan hari raya kaum Persia yang bernama “Nairuz”, maka Nabi melarang mereka turut serta merayakannya dan memberitahukan bahwa Allah telah spesialkan kaum muslimin dengan 2 hari raya Iedul Fitri dan Adha.

Di zaman Nabi kaum Yahudi dan Nashara juga punya hari raya, namun tidak ada satupun keterangan bahwa Nabi ikut serta merayakan perayaan hari raya agama mereka, baik hari raya kaum Yahudi maupun hari raya kaum Nashara.

LARANGAN BERIBADAH DI TEMPAT PENYEMBELIHAN KAUM MUSYRIKIN DAN TEMPAT MEREKA BERHARI RAYA

Jangankan ikut-ikutan merayakan hari raya mereka, mengucapkan “selamat” atas hari raya mereka, bahkan Nabi melarang seseorang yang menyembelih sembelihan untuk melepas nazarnya di tempat penyembelihan dan hari raya kaum Musyrikin.

Tsabit bin Dhohhak meriwayatkan:

” نذر رجل أن ينحر إبلا ببوانة، فسأل النبي ﷺ فقال: هل كان فيها وثن من أوثان الجاهلية يُعبد؟ قالوا: لا. قال: فهل كان فيها عيد من أعيادهم؟ قالوا: لا. فقال رسول الله ﷺ: أوف بنذرك، فإنه لا وفاء لنذر في معصية الله، ولا فيما لا يملك ابن آدم” رواه أبو داود. وإسناده على شرطهما.

“Ada seseorang yang bernazar untuk menyembelih unta di suatu tempat bernama Buwanah, maka ia datang kepada Nabi dan bertanya tentang nazarnya itu, maka Nabi menjawab: ”apakah di tempat itu ada berhala-berhala kaum Jahiliyyah yang disembah?” mereka menjawab: ”tidak”, Nabi kembali bertanya: ”apakah di tempat itu ada perayaan hari raya mereka?” Mereka menjawab:” tidak”. Maka Nabipun berkata: ”kalau demikian penuhilah nazarmu, sesungguhnya tidak boleh menepati nazar jika bermaksiat pada Allah ataupun nazar pada sesuatu yang tidak di miliki anak Adam”. HR. Abu Dawud dan sanadnya sesuai syarat Bukhari dan Muslim.

KHULAFAAUR RASYIDUN TIDAK PERNAH IKUT PERAYAAN AGAMA KAUM MUSYRIKIN

Contoh beragama yang layak diteladani setelah Rasulullah adalah para khalifah yang empat. Merekalah contoh kongkrit yang wajib ditiru dan digugu kaum muslimin agar tidak tersesat, sebagaimana yang dipesankan Nabi: ”ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang terbimbing dan di atas petunjukku, berpegang teguh dan gengam eratlah sunnah itu”.

Pernahkah mereka mengucapkan selamat atas hari raya kaum Yahudi, Nashara, Majusi, dan kaum Musyrikin?

Setelah mereka, para Tabi’in, kemudian Tabi’ tabiin, Imam mazhab yang empat, adakah satu bukti yang otentik mereka turut mengucapkan kata selamat atas perayaan kaum kafirin?

Lantas apakah kau berani mengatakan Nabi, para khulafaaur rasyidin, para tabiin, tabi’ tabiin, dan imam yang empat adalah orang-orang yang radikal, intoleran, tidak membawa misi Islam yang rahmatan lil alamin?

FENOMENA MENYEDIHKAN

Di zaman ini, siapa yang melarang untuk mengucapkan “selamat hari na*t*l” harus bersiap-siap untuk dicela dan dikatakan intoleran, radikal, tidak menghormati kebinekaan dan kemajemukan.

Di zaman ini orang Islam YANG PALING TOLERAN adalah orang Islam yang berjilbab, berpeci dan bergamis datang sambil melantunkan shalawatan dan pujian dalam acara perayaan kaum Nashara dan di gereja-gereja mereka.

Hari ini kau kan lihat para tokoh-tokoh negara dan agama berlomba-lomba mempertontonkan kemesraan mereka bergandengan dengan kaum musyrikin dalam segala perayaan mereka di rumah-rumah ibadah mereka .

Mencari suara dan keridhoan kaum kuffar meski harus membayar mahal dengan mengkaburkan akidah mereka dan akidah kaum muslimin, sambil mendatangkan murka Allah.

LANGIT BUMI DAN GUNUNG TAK RELA ALLAH DIKATAKAN BERANAK.

Bilamana makhluk-makhluk Allah yang maha dahsyat besarnya tak rela, kaum kafirin mengatakan Allah punya anak, mengapa engkau wahai manusia yang kerdil dan kecil rela mengucapkan kepada kaum kafirin ”selamat kelahiran anak tuhan”?

Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92)
“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. ”Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92)

BAHAYA LIBERALISME DAN PLURALISME

Sadarlah kaum muslimin, kaum liberal ingin melepas akidah yang tertanam dalam dirimu, mengkaburkan pemahaman agamamu, agar engkau menganggap dirimu sama dengan kaum kafirin, tak ada beda kecuali apa yang tertulis di KTP dan KK mu belaka.

Pahamilah bahwa kaum liberal dan prulisme, hanya akan datang menjajakan sampah pikiran mereka padamu kaum muslimin, tidak kepada selainmu dan kaum kafirin, dan munafikin.

Virus liberal dan plural ini hanya akan kau dapati di negeri-negeri mayoritas penduduknya kaum muslimin, tidak di negeri mayoritas kaum kafirin.

Senja di Masjidil Haram
Rabu, 4 Jumadal Akhir 1444/ 28 Des 2022

Abu Zubair Ahmad Ridwan My