Perjalanan Ke Negeri Yaman (Bagian 1)

AWAL PERJALANAN

Inilah perjalan keduaku bersama sebagian murid-murid kita yang berasal dari kota Batam. Kutuliskan sebagai untuk kenangan dan semoga saja diriku dan para pembaca dapat mengambil ibroh dan pelajaran berharga dari apa yang kutuliskan.

Perjalanan kami dimulai dengan menyebrang laut ke Johor Bahru- Malaysia- untuk selanjutnya bertolak ke Kuala Lumpur Airport di negeri Upin Ipin.

Setiba di Johor rombongan kita dijemput dan disambut di Pelabuhan Stulang Laut dengan hangat dan di jamu jamuan yang luar biasa bagi oleh salah seorang ikhwan kita yang sangat ramah lagi dermawan. Hafizahullah dan semoga Allah berkahi harta dan keluarganya.

Mendekat tengah malam, kami bergerak dari terminal larkin menuju KLIA (Kuala Lumpur International Airport) di Sepang. Sekita jam 04.15 dinihari bus yang kami tumpangi tiba di bandara dan kamipun turun untuk persiapan melanjutkan perjalan udara.

Selepas Subuh kami berangkat bareng untuk chek in, ambil boarding pass dan memasukkan tas-tas besar kami ke bagasi.

Awalnya semua biasa saja tak ada yang berbeda, namun ketika seorang anggota grup kami dipanggil di lihat namanya di tiket ternyata berbeda dengan namanya yang tertera di pasport, maka dari situlah masalah ini bermula.

BATAL BERANGKAT DENGAN KAMI

Sahabat kami ini baru saja tamat dari pesantren kita. Selepas tamat dan mengabdi di pesantren beberapa bulan ia berazam kuat untuk melanjutkan sekolah ke negeri Abu Hurairah-perawi hadis terbanyak dari Sahabat Nabi- negeri Yaman.

Dengan segala upaya dan dukungan keluarga dan tentunya setelah taufiq dari Allah, ia berhasil juga mengumpulkan bekal untuk berangkat ke negeri impian tersebut.

Semua di Alam semesta ini berjalan dengan ketentuan takdir Allah jua, Apa yang Allah gariskan itu yang terjadi, hamba hanya menjalani dengan penuh keridhoan dan husnuz zhan dengan kententuan-Nya.

Setelah segala upaya maksimal kami lakukan, mulai dari kami kontak roaming international ke agen tempat pembelian tiket, menghadap ke maskapai penerbangan bersangkutan, minta bantuan kawan-kawan di Batam untuk hubungi maskapai agar dapat merubah nama di tiket agar sesuai dengan di Pasport sudah kami coba dan lakukan. namun akhirnya kami menemui jalan buntu dan tetap ia tidak bisa berangkat dengan maskapai kami. Padahal perbedaan itu hanya satu huruf saja antara huruf “A” dengan huruf “O” antara nama “Zahir” di tiket dengan nama “Zohir” di Pasport. Namun tetap gagal untuk bernegoisasi.

Pelajaran berharga dalam hal ini adalah kehati-hatian dalam memasukkan data informasi diri kita, teliti dan cermat dan tidak langsung saja meng “ok” kan sampai data diri kita benar, apalagi jika kesalahan itu datang dari kita sendiri dalam memasukkan data.

GRUP KAMI HAMPIR TERLAMBAT

Karena menunggu teman tersebut maka kami hampir seluruhnya terlambat boarding ke pesawat, alhamdulillah dengan taufiq Allah semata kami dapat sampai ke ruang tunggu dengan waktu yang sangat mepet dan setengah berlari.

“Malang tak dapat di tolak untung tak dapat dikejar”, bak kata pepatah itulah yang terjadi dengan sahabat kita tersebut. Dengan berat hati kami terpaksa berangkat lebih dahulu meninggalkannya sendirian di Negeri yang asing baginya, dan lebih memprihatinkan lagi, bekal uang beliau terbawa oleh salah seorang anggota kami. Murni di tangannya tak ada sepeserpun uang.

Dalam hati kutitipkan ia pada Allah yang tidak akan sia-sia apa yang dititipkan padaNya. Ku upayakan menghubungi salah seorang senior kita di yayayasan kita agar sudi kiranya membantu sahabat kami yang malang tersebut.

BANTUAN ALLAH DATANG

Manakala kita berhadapan dengan masalah hendaknya kita yakin akan pertolongan Allah yang Maha Pemurah. Dalam kegalauan hati, tak putus kami ucapkan ”hasbunallah wa ni’mal wakil wala haula wala quwwatavilla billah” . Ucapan penyerahan diri yang total hanya pada Allah dan ketergantungan yang abadi hanya padaNya selalu ku ulang-ulangi di hadapannya, ternyata membuahkan hasil yang luar biasa.

Singkat cerita senior kita di yayasan -hafizahullah dan semoga Allah selalu berkahi beliau, panjangkan umurnya dan Allah balas segala kebaikannya kelak di hari berbangkit- membelikan tiket baru untuk sahabat kita tersebut dengan maskapai lain dan berangkat di hari yang sama meski beda jam dari terminal lain pula.

Dari terminal satu ke terminal dua KLIA bukan dekat dapat ditempuh berjalan kaki, berbelas kilo meter dengan bus atau kereta shutlle bandara baru bisa dicapai. Apalagi sahabat kita tersebut baru perdana keluar negeri dan baru pertama kali menginjakkankan kakinya di tempat asing tersebut.

Dengan segala keterbatasan pengalaman dan bahasa ia sampai juga di terminal tersebut dan baru bisa berangkat siang jam 14.00 dari Kuala lumpur langsung ke Jeddah. Sementara kami telah berangkat jam 9.45 pagi waktu setempat menuju Jeddah dengan transit 1,5 jam terlebih dahulu di bandara Abu Dhabi Uni Emirat Arab.

Kau bayangkan kawan, ia harus terbang sendiri ke Jeddah dan dari jeddah ke Mekah tanpa membawa uang sepeserpun, tanpa relasi kecuali hanya Allah teman setia dan senjata tawakkal hanya padaNy menjadi teman setia kawan kita ini.

Beberapa jam menunggu membuat ia lapar dan bingung bagaimana caranya membeli makanan tanpa uang di kantong, hanya ada uang di ATM yang tdk tau bagaimana cara menggunakannya untuk beli makanan di negeri asing.

Ada saja orang baik yang Allah kirim memberikan bantuan padanya, memberinya makan dan minum free karena Allah semata untuk mengganjal lapar dan dahaganya, bahkan ada yang membekalinya sedikit uang Ringgit untuk jaga-jaga membeli makanan bila kelaparan datang menyerang.

Subhanallah.. Allah itu Maha dekat dan mendengar rintihan hamba-hambaNya.

Meski sedikit dirundung malang nasibnya yang belum jelas, akankah ia berjumpa kembali dengan rombongan kawan-kawannya di mekah untuk berangkat bareng ke Yaman, atau apa langkah berikutnya bila tidak bertemu, dia pasrahkan pada Allah yang berjanji akan memberikan jalan keluar bagi hambanya yang bertakwa.

SETIA KAWAN DAN TANGGUNG JAWAB

Dalam safar kita dapat mengetahui karakter seseorang dan baik buruknya perangainya. Dengan musafir bersamanya akan tersingkap segala sesuatu tentang dirinya, kan tampak disana kesetia kawanannya atau tidak, egois dan mau menang sendiri atau tidak, sulit membantu dan berbagi atau tidak. Karena itulah Umar bin Khattab memberikan pengajaran pada kita bahwa sesorang itu tak dapat dikatakan kita mengenelnya jauh hanya sekedar selalu melihatnya sholat, menghadiri majlis kajian, duduk-duduk satu majlis dengannya dst, hingga engkau pernah musafir dengannya.

Alhamdulillah setibanya di Jeddah dua orang ikhwan yang baik dan loyal, yang kita tugaskan menjemputnya ke bandara kembali, akhirnya dapat menemukan dia dan membawanya kembali bergabung dan umrah bersama.

TERLALU DEKAT JAM TRANSIT

Diantara masalah dalam safar bila transit di negara lain tujuan adalah jam transit yang singkat. Begitu jugalah dengan penerbangan yang kita pilih. Di Abu Dhabi kita pilih jam transit 1,5 jam saja.

Alilh-alih tak mau nunggu lama di bandara transit, kita kembali hampir ketinggalan pesawat karena berbagai hal.

Manakala dua orang anggota grup kita masuk ke toilet, lama kita tunggu belum juga keluar, kita mengira mereka langsung menuju gate yang ditentukan. Sesampainya di gate ternyata mereka tidak ada dan masih sekitar toilet.

Terpaksa kita berlari mencari mereka keberadaan mereka ke toilet yang lumayan jauh, sementara sudah berkali-kali kita mendengar himbauan “last call” panggilan terakhir untuk para penumpang pesawat kami.

Dengan tergopoh-gopoh kita berhasil menemukan mereka dan bila berjalan kaki pasti kami ditinggal pesawat karena terlambat.

Kebetulan kala itu di depan kami ada bandara car yang seyogyanya mengakut orang tua dan para penumpang yang tak sehat dan cacat, maka dengan merendahkan diri dan bicara baik-baik kita minta bantuannya untuk mengantar ke gate yang ditujukan dan alhamdulillah akhirnya kita sampai di gate yang dituju sementara para penumpang sudah mulai masuk ke pesawat.

UJIAN SAFAR

Safar memang kata Nabi bagian dari azab penderitaan dan keletihan yang sangat membutuhkan kesabaran dan ketabahan.

Banyak resiko safar dengan rombongan, mulai dari kehilangan rombongan, terpisah dari rombongan, tak dapat berangkat karena pernah over stay di negara transit, ketinggalan pesawat karena ketiduran maupun salah menunggu di ruang tunggu yang di pindah, kesulitan berkomunikasi, perbedaan waktu negara dsb.

Teringat beberapa tahun yang silam, manakala kami berangkat berdua dengan salah seorang teman dari Singapura menuju bandara NARITA di Jepang, kami transit di Hongkong sekitar empat jam. Untuk menunggu keberangkatan yang masih lumayan jauh kami manfaatkan tidur dekat gate yang ditentukan.

Ketika bangun kami melihat orang sunyi di tempat tersebut dan ketika tanya ke informasi, pesawat yang akan kami tumpangi pindah gate yang lumayan jauh. Terpaksa dengan berlari menuju gate tersebut dan kami hampir saja ketinggalan pesawat dan masuk kedalam pesawat sebagai penumpang terakhir.

Bersambung…

Mekah, Masjidil Haram jelang sholat Isya..

20 Rabiul Awwal 1446/ 24 sept 2024

Abu Fairuz Ahmad Ridwan My.