Rintangan menuju Allah

rintangan menuju Allah

Mukaddimah

Segala sesuatu yang berharga pastilah sulit tuk mendapatkannya. Lihatlah bagaimana sulitnya para penambang emas untuk menggali butir-butir emas dalam perut gunung dengan resiko mati tertimbun, menghisap gas beracun dsb. Lihat pula betapa sulitnya para penyelam yang rela menyelam kedasar lautan dengan beragam resiko yang menghadangnya. Semua rela dia lakukan demi mendapatkan mutiara yang mahal harganya.

Jalan untuk menggapai Allah adalah jalan yang penuh dengan resiko, halangan dan rintangan yang senantiasa menghadang dan mengecoh manusia. Karena beratnya medan yang ditempuh, dan betapa menggiurkannya pemandangan dan persinggahan yang menggodanya untuk tidak melanjutkan perjalanan, maka jarang sekali yang dapat berhasil melanjutkan perjalannya menuju Allah-subhanahu wa ta’ala- .

Ibarat sebuah bahtera yang sedang berlayar menuju suatu tujuan, sementara mereka harus singgah sejenak di sebuah pulau untuk mengisi bahan bakar dan air serta keperluan lainnya. Tatkala para penumpang dibolehkan turun dari kapal sejenak untuk berjalan-jalan di pulau tersebut, nakhoda mengingatkan agar penumpang tidak jauh-jauh meninggalkan kapal dan harus kembali setelah dua jam ke depan.

Satu demi satu penumpang berjalan meninggalkan kapal, untuk melihat-lihat keindahan dan keramah tamahan penduduk pulau tersebut. Singggah di pulau yang indah membuat sebagian penumpang lalai dan baru tersadar tatkala mendengar suara terompet kapal dibunyikan pertanda kapal telah angkat jangkar dan bertolak meninggalkan mereka.

Halangan, rintangan dan godaan untuk menuju Allah, telah ditulis oleh Ibnul Qayyim dengan bahasa yang begitu indahnya sebagai pedoman bagi setiap pengembara yang telah memancangkan niatnya untuk menggapai Allah-subhanahu wa ta’ala-. Mari bersama kita mengarungi untaian-untaian kata itu yang sangat layak jika ditulis dengan tinta emas karena kandungannya.

Godaan syahwat dan gemerlap dunia

Berkata Ibnul Qayyim Jauziyah-rahimahullah- : “tatkala seorang hamba bertekat meniti jalan menuju Allah, maka berbagai halangan dan rintangan akan datang menghentikannya. Rintangan pertama adalah syahwat berupa jabatan,kesenangan, wanita dan pakaian mewah. Jika saja dia tergoda… alamat musnah terputuslah impiannya menuju Allah.”

Begitu indahnya dunia ini membuat orang terkagum-kagum padanya sehingga lalai bahwa mereka diciptakan bukan untuk menghuninya selama-lamanya, dan tidak sadar bahwa dunia hanyalah persinggahan sementara untuk mengumpulkan bekal dalam perjalan panjang menuju kampung abadi.

Lihatlah betapa syahwat menjadi penghalang banyak manusia untuk berbuat ketaatan kepada Allah, menghalalkan segala cara demi memperolehnya. Bukankah kebanyakan pertikaian di dunia ini, perseteruan, peperangan dan pertumpahan darah bersumber dari ambisi manusia yang berlebihan terhadap dunia??.

Allah [swt] telah mengungkapkan bahwa dunia hanyalah sepenggal episode dari kehidupan manusia yang dipenuhi dengan tipu daya, permainan dan sendau gurau dalam firmanNya:

{اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ} [الحديد:20]

Ketahuilah sesungguhnya dunia ini hanyalah permainan,senda gurau, perhiasan dan tempat saling berbangga antara kalian, dalam memperbanyak harta dan anak-anak, bagaikan hujan yang turun dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan membut orang-orang kafir terkagum-kagum melihatnya untuk kemudian layu dan mengering, dan dinegeri akhirat ada azab yang pedih menanti dan ada pula keampunan dari Allah dan keridhoanNya, tidaklah kehidupan dunia ini kecuali hanyalah kesenangan yang penuh tipu daya. QS. Al-hadid:20.

Allah berfirman:

{ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ } [التغابن:15]

Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian adalah ujian dan di sisi Allah ada ganjaran yang besar. Q.S: At-Taghabun:15.

Allah berfirman:

{ زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ } [آل عمران: 14]

Dihiasi bagi manusia kecendungan syahwat terhadap wanita, anak-anak, harta yang banyak berupa emas dan perak,kuda-kuda perang yang bagus maupun binatang ternak dan sawah ladang. Itulah gemerlap kehidupan dunia dan di sisi Allah ada ganjaran yang besar dan tempat kebali yang terbaik. QS.Al-Imran: 14.

Bersabda Rasulullah-sallallahu ‘alaihi wa sallam-:

إن الدنيا حُلْوَة خَضِرَة وإن الله مُسْتَخْلِفكم فيها لينظر كيف (1) تعملون، فاتقوا الدنيا، واتقوا النساء، فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء (رواه مسلم)

Dunia ini sungguh indah dan hijau dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai pewaris padanya agar Dia melihat apa yang kalian lakukan, maka waspadalah terhadap fitnah dunia dan waspadalah terhadap fitnah wanita, sebab fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah fitnah wanita. HR. Muslim.

Ujian popularitas dan ketenaran

Berkata Ibnul Qayyim: “Seandainya hamba tidak memperdulikannya, menolaknya dan tetap bertekad untuk meneruskan petualangan, maka ujian kedua akan datang berupa pengkultusan terhadap dirinya, orang-orang mulai mengikuti jejaknya, mencium tangan dan melapangkan majlisnya, meminta doa dan bertabarruk dengannya. Jika saja dia tergoda dan berhenti sampai di situ, maka putus impiannya untuk sampai menuju Allah.”

Tatkala seorang lulus dari godaan syahwat karena dia mampu mengekangnya dan tidak terperdaya dan segala tipuan dan rayuannya, maka janganlah dianggap ujian telah berakhir dan selesai. Ibarat telah naik kelas selepas ujian maka akan datang pula ujian berikutnya untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi.

Para ulama, para penimba ilmu dan ahli ibadah yang telah mendapat predikat mumtaz setelah melewati fase pertama berupa ujian syahwat karena mereka tidak lagi mempan digoda dengan harta, wanita maupun tahta, akan datang ujian berikutnya berupa fitnah popularitas yang membuat dirinya tenggelam dalam lautan pujian dan sanjungan manusia.

Mulailah orang-orang mengelu-elukannya, melapangkan majlis untuknya, bertabarruk dengan bekas air minumnya, bahkan merundukkan diri berebut untuk mencium tanggannya. Namanya masyhur dikenal dan disebut-sebut manusia. Ratusan bahkan ribuan jamaah dan murid-murid yang bersimpuh dihadapannya. Semua orang berlomba-lomba untuk berkhidmat mengabdikan diri untuknya.

Ketika itulah dirinya diuji…tidak sedikit para ulama dan penimba ilmu yang tenggelam dalam pujian hingga lalai dan melambung ke angkasa..mulailah ujub dan kesombongan menjadi pakaian sehari-harinya, merasa orang lain lebih rendah darinya. Muncul pula setelah itu sifat hasad jika melihat ada alim ulama maupun penimba ilmu yang digandrungi manusia, muncul beragam komentar miring yang merendahkan alim ulama dan penimba ilmu lain yang dianggap sebagai saingan bagi dirinya. Dengan demikian terputuslah jalannya menuju Allah, tidaklah yang didapatkannya kecuali pujian dan sanjungan manusia, terkenal di dunia tapi asing di langit. Penduduk bumi memujanya sesaat, tetapi Yang di Langit dan penduduknya membencinya…iyazan billah, semoga Allah menyelamatkan kita dari tipu daya ini.

Ujian memiliki keramat dan ilmu kassyaf

Berkata Ibnul Qayyim al-Jauziyah:” Seandainya hamba tidak memperdulikannya dan tetap meneruskan petualangan, maka ujian ketiga berupa keramat dan ilmu kasyyaf yang diberikan padanya. Jika saja dia tergoda, takjub dan bangga dengan hal ini maka terputuslah jalannya menuju Allah dan hanya sampai di situ sajalah keberuntungannya.”

Tatkala hamba lulus dari ujian popularitas dan kultusisasi manusia,mulailah Allah uji dirinya dengan berbagai keramat yang tidak dimiliki manusia. Boleh saja dia mampu berjalan di atas air, terbang di udara, mendapatkan makanan dari surga…dsb.Bertambah tajam pula firasatnya sehingga pandangan batinnya mampu menembus apa yang tidak tampak oleh kasat mata manusia biasa, yang dalam bahasa para sufi disebut dengan ilmu kassyaf.

Dalam kondisi seperti ini, seorang alim ataupun penimba ilmu benar-benar dalam ujian yang maha berat. Karamat yang dimilikinya terkadang membuat dia bangga dan takjub terhadap dirinya yang berdampak selalu menggangap dirinya suci dan wali Allah. Lambat laun memudarlah sifat tawadhu’ nya terhadap makhluk, berarti sampai di situ terputuslah jalannya menuju Allah.

Gemar berkhulwat dan zuhud meninggalkan dunia

Berkata ibnul Qayyim Al-Jauziyah:”Seandainya hamba tidak memperdulikannya dan tetap meneruskan petualangannya, maka berikutnya adalah ujian inggin menyendiri, merasa nikmat dengan berkhulwat dan meninggalkan dunia. Jika saja dia tergoda maka terputuslah jalannya untuk sampai tujuan.”

Tatkala keramat dan ilmu kasyyaf tetap tidak menggoyahkan keimanan seorang hamba, maka untuk mencapai jenjang lebih tinggi, datang pula ujian senang berkhulwat meninggalkan manusia, menyendiri dalam beribadah menyembah Rabbnya. Mulai pula muncul keingginannya untuk meninggalkan segala gemerlap dunia, tidak lagi berkecimpung dalamnya, bahkan meninggalkan semua kemewahan yang dia miliki,berlari ke gunung-gunung dan lembah-lembah menyembah Allah. Mencukupkan diri hanya dengan sedikit dari kenikmatan dunia. Memakan apa adanya dari makanan yang bermutu rendah, berpakaian ala kadarnya yang bertambal-tambal..hidup menyendiri dengan satu dua ekor kambing yang dia gembalakan untuk diambil susunya.

Mulailah dia meninggalkan manusia, tidak bergaul dengan mereka, meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar dengan alasan zaman telah rusak, khawatir dengan fitnah dunia..lambat laun sholat berjamaah dengan manusia ditinggalkan karena tempatnya yang jauh dari keramaian, sholat jum’at pun gugur.

Tenggelam dalam ibadah dan zikir, merasat nikmat berkhulwat berdua dengan Allah, maka manusiapun tidak lagi mampu mendapatkan ilmu dari dirinya, tidak pula dapat belajar dari akhlak dan budi pekertinya.

Jika hal ini terjadi dan dia merasa rela dengan pilihan ini, maka terputuslah jalannya menuju Allah hanya sampai di situ, berarti itulah jenjang terakhir yang dia capai, dan dia belum dapat dikatakan lulus sampai pada pemberhentian dan tingkatan terakhir, allahul musta’an.

Pengembara yang sukses menuju Allah

Berkata Ibnul Qayyim: “Seandainya tekadnya tetap membaja untuk melanjutkan perjalanan menuju Allah, berupaya selalu mengetahui apa diinginkan dan dicintai Tuannya(Allah), mengerjakannya dalam segala keadaan dan tempat, dalam letih dan semangat, dalam senang dan susah, baik karenanya dicintai manusia atau diasingkan mereka, kondisi dimana dirinya tidak memilih kecuali apa yang dipilihkan oleh Tuannya(Allah), senantiasa siap untuk melaksanakan perintahNya dalam segala kondisi, merasa betapa hina dirinya jika mendahulukan kesenangannya daripada melakukan apa yang dicintai Majikannya dan apa yang diperintahkanNya… maka dialah sebenar-benar hamba yang telah berhasil sampai kepada Tuhannya, lulus dari segala ujian dan rintangan yang menghalangi niatnya.”(Fawaid hlm.223)

Inilah periode akhir dalam perjalan seorang hamba menuju Rabb nya. Kondisi dimana seorang hamba senantiasa stand-by untuk menerima aba-aba dari majikannya, penuh ikhlas dan tulus terhadap segala keadaan yang ditempatkan Tuannya. Jikalah ditempatkan dalam kondisi penuh gelimang nikmat dia syukuri dan menjadikannya sebagai sarana mencari ridho Tuannya, tak ragu sedikit juapun untuk menginfakkannya karena dia tahu Tuannya maha kaya pemilik alam semesta, semua apapun yang ada padanya adalah bagian kecil dari kekayaan Tuannya yang Maha pemurah.

Sebaliknya jika Tuannya menempatkannya dalam barisan para fuqara dan orang miskin, atau hidup dengan apa adanya, juga dia tidak pernah sewot dan menghujat kebijakan Tuannya, karena dia tahu bahwa Tuannya lebih mengerti apa yang terbaik bagi dirinya dan lebih Rahim serta Rahmat kepada dirinya melebihi rahim dan rahmatnya orang tua kepada anaknya bahkan melebihi rahimnya diri kepada diri itu sendiri.

Seandainya dia ditempatkan dalam posisi sehat walafiat… maka dia gunakan seluruh nikmat tersebut untuk mengabdikan diri pada Rabb nya. Senantiasa ada tatkala Allah memerintahkannya. Jika diperintahkan sholat maka dia ada beserta orang-orang yang sholat, takala diwajibkan jihad dia juga bersama para mujahidin, datang seruan hijrah dia akan menjadi orang yang terdepan dalam rombongan muhajirin, tatkala Tuannya memerintahkan bersedekah.. maka dia terdepan dalam barisan orang-orang yang berinfaq.

Segala aktifitas ibadahnya benar-benar di lakukan dengan sempurna seolah-olah dia benar-benar melihat Tuannya sedang memantaunya, sehingga apapun yang dilakukan adalah tingkat ihsan tertinggi dalam rangka menggapai Rabb Tuannya. Seandainya dia ditempatkan dalam kehidupan yang sempit, dengan segala derita penyakit dan kekurangan, dia juga akan senantiasa ridho dan bahagia dengan pemberian Tuannya yang Maha pengasih dan Penyayang, dia yakin bahwa Tuannya tidak akan pernah meninggalkannya dan menerlantarkannya apalagi menghinakannya…semua dia terima dengan lapang dada. Sebagaimana ridhonya Nabi Ayyub ‘alaihissalam terhadap penyakit yang dideritanya, sabarnya Nabi Ya’qub kehilangan putra tercintanya, sabarnya Nabi Yusuf dibuang, dijual dan dijadikan budak. Sabarnya Nabi kita Muhammad-sallalahu ‘alaihi wasallam- menghadapi berbagai ujian berat dalam dakwahnya, dicaci dan di maki bahkan dilempari, dikucilkan dan diboikot…dst.

Inilah yang dikatakan Rasulullah-sallalahu ‘alaihi wasallam- dalam hadis Jibril dengan tingkatan tertinggi dalam agama yaitu derajat ihsan, merekalah yang telah sampai menuju Allah sebagaimana Allah sebutkan sebagai As-sabiqun as-sabiqun dalam firmannya:

وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12

Merekalah orang-orang yang senantiasa terdepan dan di depan, para muqarrabun di taman-taman syurga Jannatun Naim.
Semoga Allah-subhanahu wa ta’ala- dengan kemurahannya menyampaikan kita pada pemberhentian akhir ini, mengampuni kesalahan kita dan menjauhkan kita dari segala kejelekan diri dan syaitan, walhamdulillah rabbil Alamin.

Jeddah,26 Zulkaedah 1433/12 Okt 2012
Abu Fairuz Ahmad ridwan Muhammad Yunus