?Ketika keikhlasan diuji?
Alangkah sulitnya ikhlas, sebab ikhlas berarti harus melepaskan segala tendensi diri dan pribadi. Harus tetap istiqomah beramal sekalipun dipuji maupun dicela.
Semangkin tinggi keikhlasan seseorang…ia semangkin tak perduli dilihat ataupun tidak oleh manusia, diketahui ataupun tidak, disukai ataupun dibenci oleh makhluk.
?Keikhlasan Khalid
Adalah Panglima perang tersohor di seantero dunia. Ia tidak pernah gagal dalam semua misi perang. Sejak zaman jahiliyyah hingga masuk Islam, sang Panglima ini selalu berjaya.
Peristiwa Uhud yang menyedihkan, merenggut 70 lebih para ksatria Islam seperti Hamzah dan Mushab bin Umair…tidak dapat dilepaskan dari peran sang Panglima Abu Sulaiman-Khalid bin Walid- yang kala itu masih memeluk agama Jahiliyyah.
Pada peristiwa perang Mu’tah, kembali Khalid berhasil mengukir karirnya dengan menyelamatkan tentara kaum muslimin dari tentara Romawia yang jumlahnya begitu besar bagaikan air bah.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, misinya berhasil menumpas sang Nabi palsu Musailamah Sang pendusta. Kemudian peperangan demi peperangan yang ia pimpin semangkin mengangkat namanya harum semerbak diantara para sahabat.
Karir yang terus meroket membuat Khalid diidolakan manusia, membuat ia menjadi simbol kejayaan dan icon kemenangan. Hal inilah yang membuat Umar ingin merubah persepsi yang dikhawatirkan fatal dampaknya dalam akidah. Seolah tanpa khalid Islam akan hilang dan kalah. Dengan pertimbangan ini, Umar bin Khattab memecat Khalid bin Walid dari Jabatan Panglima menjadi prajurit biasa. Umar memerintahkan Abu Ubaidah Amir bin Jarrah menggantikan posisinya dalam perang Yarmuk. Dengan segala keikhlasan Khalid tidak marah tidak pula frustasi, ia tetap berjuang dimanapun diperintah dan sebagai apapun perannya dalam pasukan.
Dalam satu peperangan Abu Ubaidah sangat membutuhkan Khalid, maka ia menobatkan Kembali Khalid menjadi pemimpin pasukan dibawah komandonya. Abu Ubaidah mengirimkan surat pengangkatan khalid kepada Umar. Setelah membaca surat itu Umar menangis dan berkata sebagai tanda penyesalannya. “semoga Allah merahmati Abu Bakar…sungguh ia lebih paham dariku dalam memilih orang-orangnya”. Sebagai bentuk pujiannya pada Khalid Sang panglima yang tidak mengecewakan.
?berkaca dengan sejarah?
Keikhlasan akan terus diuji hingga seseorang berjumpa dengan Tuhannya. Berbagai amal yang dilakukan anak manusia akan menghadapi banyak tantangan keikhlasan.
Ada sebagian orang yang telah turun dari jabatan kepengurusan di suatu Masjid yang kesal dan tidak pernah lagi mau sholat ataupun membantu segala kegiatan positif di masjid itu.
Ada sebagian orang yang duduk di kepengurusan suatu yayasan, hanya disebabkan berbeda pendapat dan usulannya tidak diterima forum, kemudian pergi meninggalkan yayasan tersebut, bukan karena Allah…tetapi karena kesal dan tendensi pribadi.
Ada orang-orang yang dulu berjuang
Meninggikan Islam dan dakwah melalui media Tv maupun Radio…karena kecewa dengan beberapa oknum tertentu yang ada di dalam institusi tersebut, meninggalkan dakwah dan tidak pernah lagi mendukung maupun membantu sarana-sarana tersebut.
Ikhwati…
Kita memang selalu dikecewakan makhluk, dan boleh saja kitapun telah mengecewakan mereka.
Ikhwati…
Kita terkadang jelas melihat adanya tendensi tertentu dalam muatan dakwah..bahkan mungkin hal itu terjadi dengan diri kita sendiri. Karena sulitnya ikhlas.
Namun sadarlah bahwa kita harus tetap mendukung segala kebaikan yang tersebar dan tidak menghalangi manusia dari jalan dakwah ini. Apalagi menghalangi orang-orang untuk berbuat kebaikan.
Ikhwati…
Sadarlah bahwa amalan kita yang ikhlas tanpa tendesi apapun juga….itulah yang memelihara dakwah ini menjadi langgeng selamanya.
Sebaliknya segala tendesi selain Allah dalam dakwah kita inilah yang akan menghilangkan keberkahan dakwah.
Anda-anda yang pernah berbuat dalam dakwah, kemudian dikecewakan…
Anda-anda yang dulu pembuka segala kebaikan yang kemudian ditinggalkan dan dicampakkan….
Sabarlah…!
Allah ingin menguji keikhlasanmu.
Blang pidie, Aceh Barat Daya,6 Ramdaham 1436 h/ 23 Juni 2015.
Abu Fairuz