Jalan menuju akhirat adalah jalan yang bersimpang dan bercabang, satu alur menuju taman-taman surga sementara seluruh alur lainnya bermuara ke jurang neraka.
Jalan bersimpang selalu meninggalkan kebimbangan bagi musafir tak berbekal kompas tatkala harus memilih.
Nekat mengambil resiko jalan tanpa pedoman kan membuat musafir meniti jalan yang buntu.
Ingin kembali namun bekal usia telah habis.
Pedoman menuju jalan akhirat itu tak kan pernah di dapat dari logika cerdas Aristoteles, Socrates maupun Plato…
Tidak pula diraih dari pengalaman zauq, riyadhah maupun mukasyafah sufi Al Hallaj maupun Ibnu Arabi. ..
Takkan diperoleh dari tradisi turun-temurun bangsa Qibti Firaun, maupun adat istiadat Bangsa Arab Jahiliyyah…
Pedoman itu didapat dalam taman-taman surga di majelis-majelis Ilmu. Tempat mendulang faedah dari warisan Muhammad bin Abdillah Al-Qurasy Al-hasyimi.
* * *
Bila tuan hendak berjalan
fahamilah mana arah tujuan
Bila badan nak selamat
bawa pedoman serta alamat
Bila alur mulai bersimpang
lihat kompas biar tak bimbang
Bila tuan salah alamat
menyesal badan riwayat tamat
Hendak ke pangkal masa lah habis
Merugi masa tinggalah tangis
—————
Batam, 19 Sya’ban 1438/ 15 Mei 2017
Abu Fairuz My