Allah berfirman:
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ (19) وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ (20) وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ (21) لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ (22)
Dan datanglah sakaratul maut dengan hak, itulah yang membuat engkau tidak dapat berlari darinya, dan ditiup sangkakala itulah hari yang dijanjikan, dan tiap jiwa datang bersamanya ada malaikat yang menggiring dan yang bersaksi, sesungguhnya engkau dalam keaadaan lalai dan kami menyingkap penutup matamu dan pandangan matamu sekarang-benar-benar tajam. QS. Q:19-22
Sakaratul maut adalah tamu yang merusak semua kenikmatan, tamu yang datang tidak diundang, tidak dapat ditolak dan dihindari, tamu yang tidak pernah takut pada raja-raja, tamu yang dapat menembus istana dan pengawalan ketat manusia, tamu yang tidak menerima suap dan hadiah…dialah tamu yang akan datang menjemput kita.
Inna lillahi wa inna ilahi rajiun…detik-detik yang paling menyeramkan dari seluruh hidup manusia, siapa saja yang membayangkan kedatangannya, nisaya hilang segala kenikmatan dunia dan akan menjadi hina di matanya segala yang dia miliki, dan akan berubah seketika kegembiraan menjadi kesedihan, bagaimana tidak, dirimu akan segera meninggalkan harta dan anak, kerabat dan sanak keluarga, menuju kampung yang belum diketahui, apakah ke surga atau neraka….????
Begitu dahsyatnya detik-detik sakaratul maut, seandainya ada manusia yang boleh lepas dari deritanya, maka Nabi kitalah orangnya. Namun tak pandang bulu, dia tetap menghampiri Makhluk yang paling mulia di jagad raya ini-Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-. beliau bersabda sambil memasukkan tangannya ke dalam bejana dan mengusap wajahnya:
لا إله إلا الله , إن للموت سكرات.(أخرجه البخاري وأحمد)
“La ilaha illallah, alangkah dahsyatnya sakaratul mau”t.HR Bukhari dan Ahmad.
Berkata Khalifah Abdul Malik bin Marwan dalam kondisi sakit menjelang kematiannya:” angkat saya, maka orang-orang mengangkatnya hingga dia menghirup udara, dan berkata: wahai dunia, alangkah indahnya dirimu! Sungguh masamu yang panjang begitu cepatnya berlalu, dan sungguh gemerlap dirimu begitu hina, sungguh kami tertipu denganmu”.(al-Bidayah wa an-nihayah 9/75).
Pernahkah terlintas dalam alam pikiranmu wahai anak Adam hari tatkala sakaratul maut menjemputmu, bagaimana dia memindahkanmu dari dunia yang luas, rumah yang lapang, istana yang megah ke tempat yang begitu sempit dan gelap, hari ketika kekasihmu tidak lagi setia menemanimu, bahkan kerabat dan sanak saudaramu meninggalkanmu, ketika mereka menelanjangimu dari pakaian lembutmu untuk digantikan dengan kafan, empuknya ranjang dan semerbak harum kamarmu akan mereka ganti dengan kerasnya tanah liat dan semerbak debu yang menjadi selimutmu.
Aduhai para pecinta dunia dan pengumpul gemerlapnya, para pecinta istana dan villa-villanya, tidak ada yang kau bawa kelak-demi Allah- kecuali kafan,bahkan kafan itu pun kelak akan hancur binasa, sebagaimana tubuhmu yang akan menjadi tengkorak dan tulang-belulang . Mana harta yang kau kumpulkan? Apakah dapat menyelamatkanmu dari derita alam barzakh, bahkan kau tinggalkan dia untuk keluargamua yang boleh jadi tidak pernah berterima kasih padamu atas jerih payahmu, sementara dirimu datang dengan dosa-dosa menghadap Zat yang tidak lagi akan memberikan bagimu uzur.
Diriwayatkan bahwa Ya’qub-‘alaihis salam –berkata kepada malaikat maut: satu permintaanku . malaikat maut bertanya: hendaklah kamu memberitahukan padaku jika ajalku telah dekat sebelum kau datang menjemput ruhku. Malaikat maut menjawab: ya, aku akan mengirim dua hingga tiga utusanku untuk memberitahukanmu bahwa ajalmu telah dekat.
Tatkala ajalnya telah tiba, datanglah malaikat maut mendatanginya, Ya’qub bertanya: apakah engkau datang untuk menjemput ruhku? Malaikat maut menjawab: ya. Ya’qub berkata: bukankah engkau mengatakan akan mengutus dua hingga tiga utusanmu terlebih dahulu ? Malaikat maut menjawab: ya, aku telah mengirim padamu utusan berupa uban yang memutih di rambutmu yang dulu hitam, tubuhmu yang sekarang lemah jika sebelumnya kuat, dan badanmu yang telah membungkuk jika sebelumnya berdiri tegak lurus..inilah utusanku wahai Ya’qub. (irsyadul Ibad hlm.7)
Tatkala kematian akan menjemput Amirul mukminin Al ma’mun, dia memerintahkan untuk diletakkan di atas permadaninya, kemudian dia mengambil debu dan meletakkannya di atas kepala sambil berkata merintih: Wahai zat yang kekuasannya tidak pernah sirna, ampunilah pada hari ini orang yang telah kerajaannya telah berakhir.Berkata Khalifah Abu Ja’far Al mansur:” wahai Rabi’ apakah ini yang disebut dengan kekuasaan, tidak ada berarti kekuasaan bagi orang mati meninggalkannya. (al-Aqibah hlm.128-130).
Berkata Abu Sulaiman ad-Darani: aku pernah bertanya kepada Ummu Harun ahli ibadah: apakah engkau menyenangi kematian? Dia menjawab: tidak,aku bertanya: kenapa? Dia menjawab: seandainya aku berbuat kejahatan terhadap seorang makhluk niscaya aku enggan untuk bertemu dengannya, bagaimana lagi dengan Allah yang Maha Mulia? (al-Aqibah hlm.30).
Tatkala kematian datang menjelang Muawiyah bin Abu Sufyan, dia berkata: dudukkan saya, setelah di dudukkan dia bertasbih dan berzikir kemudian menangis, Muawiyah berkata: sekarang kau baru mengingat Rabbmu wahai Muawiyah setelah engkau tua dan membungkuk, kenapa hal ini tidak kau lakukan ketika dirimu muda? Kemudian dia menangis tersedu-sedu sambil merintih berdoa: Wahai Rabb, ampunkahlah orang tua yang berlumur maksiat dan keras hati ini, duhai Rabb…ampunkan ketergelinciranku, maafkan dengan kelembutanMu …hamba yang tidak dapat berharap dan bergantung selain padaMu…(at-Tsabat ‘inda al mamat hlm.89).
Dalam kondisi penyakit yang merenggut kematiannya, berkata Umar Ibnu Abdul Aziz: dudukkan saya, maka mereka mendudukkannya, kemudian dia berkata: Akulah (ya Allah) orang yang kau perintah tapi aku tidak patuh, engkau larang aku juga tidak patuh, tetapi tidak ada Ilah selain dirimu. Kemudian dia mengangkat kepala dan memandang dengan tajam, mereka bertannya: mengapa engkau memandang dengan pandangan yang tajam? Dia menjawab: sesungguhnya aku benar-benar melihat makhluk-makhluk yang dia bukan manusia bukan pula jin(malaikat), kemudian dia pun menghembuskan nafas terakhirnya.(hilyatul Auliya: 5/335
Begitu cepatnya umur manusia berlalu bagaikan mimpi,sementara manusia menganggap umurnya tidak akan pernah berakhir, sementara anggan-anggan panjang selalu melalaikannya dari mengingat akhirat, karena itulah khalifah Al Mu’tashim berkata di akhir hayatnya: seandainya aku tahu umurku sependek ini niscaya aku tidak akan menjabat(kekahalifahan). (at-tsabat ‘indal mamat hlm. 92).
Ketika akan wafat, berkata Habib al-‘Ajmi sambil menangis: aku inggin pergi jauh dalam perjalanan panjang yang tidak pernah kutempuh, untuk menemui Tuanku yang belum pernah kulihat ,untuk menyaksikan pemandangan dahsyat yang tidak pernah kujumpa sebelumnya.
Sungguh persiapan mereka begitu mengagumkan, persiapan seseorang yang tidak pernah tahu kapan dia akan berangkat, kapan dia pindah, selalu siap sedia dan tidak lalai. Adalah Muazah Al-Adawiyah jika datang siang akan berkata: inilah kelihatannya siangku terakhir akan berakhir ajalku, sejak itu dia tidak tidur hinggga pagi datang.(sifatus shofwah: 4/22).
Abu Hurairah menangis dalam konsisi sakit yang merenggut nyawanya, maka ada yang bertanya padanya: kenapa anda menagis? Dia menjawab: sungguh aku bukan menangis karena takut meniggalkan dunia kalian ini, tapi aku menangis mengingat panjangnya perjalanku dan sedikitnya bekal yang ku bawa, karena sesungguhnya sebentar lagi aku akan berada pada tempat tinggi yang akan digiring turun entah ke surga, atau neraka, aku tidak pernah tahu kemana aku di bawa”.
Saudaraku,Setiap orang akan menemui detik-detik akhir itu,semoga Allah merahmati kita tatkala waktu itu datang…mengampuni semua kekhilapan dan dosa-dosa kita di dunia.Batam,4 Muharram 1434 H/18 Nov 2012
Abu Fairuz Ahmad Ridwan Muhammad Yunus