Mbah Sarlan dalam kenangan

Masjid Sabilun Najah

Masjid itu bukanlah masjid besar di kota kami, bukan juga masjid yang megah seperti masjid Raya ataupun masjid Agung. Berdiri tegar tanpa menara. Dahulu berdampingan dengan rumah warung liar tempat menjual tuak dan makanan khas non Muslim B1 dan B2. Tapi kini-dengan karunia Allah- setelah warung-warung tersebut digusur, berganti dengan pelataran parkir yang luas dan indah.

Kami menyebut masjid tersebut degan nama “Masjid Sabilun Najati” yang artinya Masjid jalan keselamatan,tetapi dalam lidah indonesia kami mengenalnya dengan sebutan “Masjid Sabilun Najah” yang kalaupun diartikan juga bermakna positif, yaitu Masjid jalan kejayaan.

Penamaan masjid tersebut dengan harapan bahwa masjid yang kami-masyarakat Batam membangunnya dengan keringat, jerih payah dan air mata- dapat menjadi “oase” di tengah” gurun kejahilan” dan minimnya informasi tentang sunnah. Menjadi tempat singgah para pencari kebenaran dan dapat mereguk nikmatnya tetesan-tetesan bening air sunnah yang selalu dipancarkan tiap malam maupun pagi dari para asatidzah-semoga Allah menjaga keikhlasan mereka- yang setia menyampaikan ilmu dari kitab-kitab para ulama sunnah.

Sejak keberadaan masjid tersebut, kami- yang dahulu kesulitan untuk dapat memberikan pencerahan ke masyarakat di masjid-masjid mereka karena selalu digusur- kini dapat dengan istiqomah berdakwah tanpa gusuran lagi.

Bahkan kini kajian-kajian di masjid tersebut begitu diminanti masyarkat dan begitu antusiasnya mereka mendatanginya tiap-tiap hari ba’da maghrib dan ba’da subuh. Sering masjid penuh sesak dengan jamaah hingga sebagian harus rela sholat di teras luar masjid.

Setiap sholat jumat, para masyarakat datang membludak dari seluruh penjuru kota Batam, bahkan sebagaian besar mereka adalah para pekerja yang memilih sholat di Sabilun Najah(SN) dari sholat di masjid-masjid PT mereka.

Begitu kuatnya “maghnet” masjid ini untuk menarik kedatang jamaah, terlebih lagi ketika Ramadhan. Boleh dikatakan bahwa jamaah masjid SN lah yang paling istiqomah dari awal hingga akhir Ramadhan tetap memenuhi masjid.

Belum lagi suasana berbuka puasanya yang ramai diminati masyarakat dengan aneka hidangan dari para muhsinin, sungguh menambah kuatnya pondasi taqwa masjid ini. Terlebih di sepuluh malam terakhir Ramadhan, masjid SN dipenuhi para ikhwan yang beritikaf dan mengikuti sholat qiyam yang kedua hingga menjelang sahur.

Aku berfikir…kalaulah ada puluhan masjid seperti ini di kota Batam, sungguh Islam akan bersinar dan dapat merubah imej jelek tentang Kota Batam yang dahulu dikenal dengan kota maksiat menjadi kota sunnah.
SN dengan segala kontribusinya terhadap dakwah menjadi masjid yang disegani dan diperhitungkan di kota Batam, menjadi sorotan dan acuan sebagian orang sebagai qudwah dalam memakmurkan masjid dan mengembalikan fungsi utamanya sebagai markaz ilmu, tempat berkumpul dan bersilaturrahmi, tempat sharing segala bentuk kebaikan.

Tetapi tahukah anda siapa orang yang paling berjasa dalam mewujudkan kebaikan ini??? siapa sosok yang telah rela mewakafkan tanahnya demi berdirinya masjid ini?? Mari kita kenal bersama profile lelaki tawadhu ini-rahimahullah.

Mbah Sarlan dan keikhlasan

Sekitar tahun 2004, datang dua lelaki ke rumah saya di perumnas Sagulung Blok A Batuaji dengan mengendari motor. Setelah masuk saya melihat salah seorang ikhwan dan seorang bapak yang telah berumur yang diperkenalkan ikhwan tersebut sebagai mertuanya, kami menyebutya Mbah Sarlan.

Singkat cerita, beliau datang dengan keinginan untuk mewakafkan tanahnya agar dibangunkan di atasnya masjid yang mengajarkan sunnah. Kala itu jumlah ikhwan masih sangat minim, dan kita belum memiliki banyak relasi, sehingga saya hanya bisa mengatakan insyaallah kita dengan Yayasan Alkahfi akan mendiskusikannya.

Setelah beberapa masa,dengan bantuan Allah..kami bergotong royong mendirikan masjid tersebut dengan infaq patungan dari para ikhwan ketika itu. Alhamdulillah Ramadhan 2005 kita telah dapat memulai tarawih perdana di masjid tersebut yang kala itu hanya satu lantai saja.

Dari sinilah bermula segala bentuk kebaikan. Setelah proyek masjid berjalan, beliau kembali datang menghibahkan yayasan beliau Fajar Ilahi, kepada Yayasan Alkahfi untuk dikelola dan dibesarkan. Berkat keihklasan beliau setelah pertolongan Allah, kini telah berdiri TKIT dan SDIT Fajar Ilahi 1.2.3 yang menampung ribuan siswa.

Mbah Sarlan orang yang kukenal Ikhlas tanpa pamrih dalam memperjuangkan dakwah ini, dia tidak butuh pujian maupun sanjungan dari manusia. Tidak banyak orang tau beliaulah sosok di balik” layar “diantara orang-orang yang paling berjasa-setelah Allah-sebab tersebarnya dakwah di kota ini.

Pada tahun 2012, di musim haji di Mina, aku bertemu beliau di tenda bersama para ikhwan yang haji tahun itu,ku ingat dia membekaliku sambah pecal tatkala mau pulang ke markaz. Kulihat betap gembiranya dia dapat mewujudkan impiannya pergi berhaji tahun itu yang telah beliau rancang beberapa tahun sebelumnya.

Salah seorang ikhwan yang haji bersamanya pernah menyampaikan dialog antara beliau dengan Mbah Sarlan sebelum berangkat haji. Beliau bertanya dengan bergurau: Apa yang Mbah inginkan dan mimpikan dalam hidup ini –setelah berdirinya SN dan Fajar Ilahi-? beliau menjawab: melaksanakan Ibadah haji. Ikhwan itu kembali melanjutkan: setelah haji apa lagi Mbah ? beliau menjawab: setelah haji… ya tidak ada lagi kecuali mati.”

Husnul khatimah

Satu hari setelah pulang haji aku masih melihat beliau duduk-duduk dikantin rumahnya di pagi hari sedang beramah tamah dengan sebagian ikhwan. Ketika sore hari aku dikejutkan dengan berita kematiannya yang tidak disangka-sangka. Wafat dalam shaf tatkala sholat ashar berjamaah. Sebagian ikhwan menuturkan beliau wafat pada rakaat kedua ketika berdiri sholat , tiba-tiba beliau jatuh dan sakarat diangkat para ikhwan, tak berapa lama beliaupun menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan dunia fana yang penuh tipu daya ini, menuju Allah –ta ala-.

Begitu cepat proses penyelenggaraan jenazah beliau dan betapa banyak yang hadir melayat dan menguburkan beliau lepas sholat maghrib. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Telah berpulang orang tua yang menjadi kebanggaan kita, semoga segala jerih payah beliau dalam dakwah diganjari Allah dengan ganjaran yang berlipat.

Sungguh indahnya kematian beliau yang membuat kita iri,meninggal selepas melaksanakan ibadah haji, meninggal setelah mendirikan masjid dan sekolah, dan meninggal dalam keaadaan sholat dan di masjid yang beliau wakafkan untuk kaum muslimin, belum lagi banyaknya jumlah jamaah yang mensholatkan dan menghantarkan beliau.

Setiap kali dilaksanakan sholat di SN, setiap kali dilaksnakan kajian di SN, tiap kali diajarkan agama kepada anak didik di Fajar lahi, segala bentuk kemajuan dkwah dan tersebarnya dakwah di kota ini, wallahi….insya allah beliau akan mendapatkan ganjaran abadi sekalipun telah terkubur berkalang tanah.

Semoga Allah memberikan kepada beliau ganjaran yang tidak terhingga di alam Barzakh sana,semoga Allah memberikan bagnya ganti rumah di surga Firdausil A’la, semoga Allah menjaga anak keturunan beliau dan kita semua hingga akhir hayat kita. Amin

Semoga selawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad-shallallahu alaihi wa sallam.

Batam, 4 Syawwal 1435 h/ 31 juli 2014

Abu Fairuz

One thought on “Mbah Sarlan dalam kenangan